90 Tahun Berlalu, Revolusi Bolsheviks Rusia Masih Bergema
Rabu, 07 Nov 2007 06:02 WIB
Moskow - Hari ini, Rabu 7 November 2007, Rusia memperingati 90 tahun Revolusi Rusia. Peringatan untuk mengenang penggulingan kerajaan Tsar oleh kaum Bolsheviks pimpinan Vladimir Lenin pada tahun 1917 lalu.Seperti dilansir AFP, Rabu (7/11/2007), Bolsheviks mengambil alih Istana Musim Dingin Santo Petersburg pada 25 Oktober 1917, yang pada kalender hari ini dihitung sebagai 7 November.Sejak runtuhnya Uni Soviet 1991 lalu, tak ada lagi peringatan resmi revolusi ini di Rusia. Namun nostalgia masa lalu Uni Soviet tetap bertahan di hati rakyat Rusia, tak peduli adanya horor jutaan orang ditaruh di kamp penjara di era Soviet."Lenin adalah orang hebat. Di masanya orang memiliki ide, sementara hari ini hanya uang yang dihitung," ujar Anton Dyagterev (18) ditemui AFP antre menjenguk tubuh Lenin yang dibalsemkan di Lapangan Merah, Moskow.Jajak pendapat terbaru dari Yayasan Opini Publik menunjukkan 40 persen populasi masih yakin Revolusi 1917 sangat positif. Bahkan survei dari Pusat Riset Levada lebih menakjubkan lagi, 35 persen orang Rusia ingin kembali ke sistem Soviet, meski 44 persen menentangnya.Banyak orang tua di Rusia tetap mempertahankan dukungannya terhadap sistem komunis dengan mendukung Partai Komunis. Mereka juga rutin memperingati 7 November sebagai hari revolusi."7 November tetap sebuah perayaan besar bagi saya. Revolusi telah memberikan kemerdekaan dan kesejahteraan sosial bagi rakyat. Pemerintahan yang baru telah menyapu habis semuanya. Harga-harga naik dan kami kehilangan kepercayaan pada masa depan," kata pensiunan berusia 75 tahun Galina Ivanovna.Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri menjauhkan diri dari Lenin, yang bukan hanya menyingkirkan Tsar, tapi juga memicu perang sipil melawan pendukung kerajaan. Namun, bagi sejumlah pengamat, Partai Rusia Bersatu yang mendukung Putin tak ubahnya seperti Partai Komunis Uni Soviet di saat jaya.Pemilu Parlemen 2 Desember nanti dikritik akan meniadakan oposisi karena berbagai aturan Pemilu dan pemberangusan pers. Koran Novaya Gazeta memprediksi Rusia kembali menghadapi 'sebuah masa depan Soviet dengan satu partai berkuasa, ekonomi komando dan pemimpin digdaya'."Kami melihat pengkultusan personalitas Putin. Di Moskow dan di daerah-daerah semua orang hanya mendengarkan Kremlin dan Partai Rusia Bersatu telah menggantikan posisi Partai Komunis," kata seorang pengusaha Rusia yang tak bersedia diketahui identitasnya.
(aba/aba)