Jakarta - Kemunculan aliran Al Qiyadah Al Islamiyah mengagetkan kalangan muslim. Aliran tersebut dinilai hadir sebagai dampak kebebasan yang berlebihan.Meski difatwakan sesat, pengikut aliran tersebut harus dirangkul dan diajak kembali kepada Islam."Jangan sampai ada penghakiman secara sepihak dan tindakan kekerasan. Mareka harus dirangkul agar kembali ke jalan yang benar," ujar Ketum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.Hal itu disampaikan Din kepada
detikcom di sela-sela acara Ikrar Kaum Muda Indonesia di Gedung Arsip Nasional, Jalan Gadjah Mada, Jakarta, Minggu (28/10/2007).Menurut Din, munculnya aliran-aliran sesat seperti Al Qiyadah merupakan dampak dari era kebebasan yang tidak terbatas serta dakwah islamiyah yang tidak konpehensif. Akibatnya banyak masyarakat awam yang mudah terjebak dengan aliran-aliran sesat yang seringkali mengatasnamakan Islam.Padahal, Din menegaskan, Islam menghargai perbedaan selama perbedaan tersebut seputar persoalan-persoalan yang khilafiah."Perbedaan yang menyangkut hal-hal bersifat cabang atau disebut khilafiah, ada toleransi. Tapi kalau sudah menyentuh dasar keyakinan, tidak ada toleransi," cetus guru besar Pemikiran Politik Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.Meski demikian, lanjut Din, penyelesaian kasus aliran Al Qiyadah jangan dilakukan dengan kekerasan. Apalagi setiap kali keluar fatwa MUI tentang aliran sesat, selalu disambut dengan sikap emosional sebagian masyarakat."Beri kesempatan ulama seperti MUI untuk memberikan pandangan keagamaan seperti fatwa. Tapi pemerintah dan kepolisian harus cepat merangkul mereka supaya kembali ke jalan yang benar," tuturnya.Aliran Al Qiyadah didirikan sejak 23 Juli 2006. Pendirinya, Ahmad Moshaddeq alias H Salam mengaku mendapat wahyu dari Allah dan mengaku sebagai Rasul menggantikan Nabi Muhammad SAW.
(rmd/ken)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini