Jakarta - Katanya, si A selingkuh dengan si B, lalu si C pacaran dengan si D. Begitu mendengar gosip semacam itu, kuping yang mendengar pun seakan melebar.Tidak selamanya gosip hanya membicarakan hal-hal buruk seseorang. Sesuatu yang baik juga bisa digosipkan. Intinya, gosip itu membicarakan sesuatu yang menyangkut hal-hal pribadi seseorang.Apakah gosip itu buruk? Terkadang gosip memang membuat stres orang yang digosipkan. Sebab, hal itu membuat yang bersangkutan merasa tidak punya privasi.Gosip memang butuh waktu dan perhatian. Karenanya, bergosip kerap dianggap sebagai kegiatan yang tidak baik lantaran banyak menyita waktu kita.Kadang gosip juga digunakan untuk menjatuhkan seseorang. Gosip pun bisa digunakan sebagai alat sosial. Jadi sebenarnya, bergosip tidak selalu menjadi kegiatan yang merusak.Penelitian di Jerman baru-baru ini menyatakan, gosip lebih punya kekuatan dibanding fakta. Para peneliti di Kanada dan Inggris pun pernah berdebat, gosip bisa digunakan sebagai alat kohesi sosial dan bisa juga bertanggungjawab pada evolusi otak manusia.Ratu ngobrol Barbara Walters pernah mengatakan, "Tunjukan padaku seseorang yang tidak pernah bergosip, dan aku akan menunjukkanmu siapa yang tidak tertarik dengan orang." Demikian seperti diberitakan
The Star, Sabtu (20/10/2007).Profesor emiritus bidang filosofi Ronald DeSousa dari Universitas Toronto, Kanada, menyebutkan, kebanyakan orang bergosip seperti melakukan seks."Banyak percakapan pendek yang diberi label gosip. Kita suka membicarakan orang sebanyak melakukan hubungan seks. Ini adalah misteri kehidupan," ujarnya.Dalam kamus bahasa Inggris, gosip disinonimkan dengan bercakap-cakap, dan umumnya tentang hubungan pribadi seseorang atau lainnya. Tentunya definisi itu tidak membuat gosip sebagai sesuatu yang yang menjijikkan."Banyak dari kita yang suka membicarakan orang lain, tetapi kita sering menutupi hubungan pribadi kita. Apa yang pribadi? Ya hanya beberapa hal yang Anda tidak ingin orang-orang tahu. Bukan karena hal itu buruk, tapikarena hal itu pribadi saja," tutur DeSousa.Gosip sebagai kegiatan sosial bukanlah hal yang baru. Kegiatan ini telah ada sejak dulu. Orang-orang Romawi menyebutnya fama, sedangkan Yunani menyebutnya phluaros. Berdasar catatan ahlai primatologi Inggris, menggosip adalah aktivitas setua manusia mulai ada.Robin Dunbar dari Evolutionary Psychology and Behavioural Ecology Research Group dari Universitas Liverpool Inggris melakukan penelitian luas tentang kelompok individu dan aktivitasnya.Yang dia peroleh adalah, ketika ada beberapa primata diletakkan dalam grup yang sama, mereka sering berusaha untuk mengurus satu sama lain. Namun ketika sekelompok orang bersama, 3 dari 4 kali waktunya digunakan untuk menggali percakapan tentang kehidupan sosial.Percakapan secara luas dilihat sebagai cara memicu pertumbuhan neocortex, bagian terluas dari otak manusia.Fakta yang menghubungkan gosip dengan evolusi manusia mungkin terlihat hubungan tidak langsug untuk dibuktikan kebenarannya. Tapi mungkin ngawur jika orang-orang mulai bergosip tentang hubungan.Studi yang baru-baru ini dilakukan oleh ahli biologi evolusioner Jerman menyebutkan, gosip lebih dipercaya daripada fakta. Meskipun fakta mengatakan hal yang jelas berbeda dengan gosip tersebut.Masih lebih baik jika gosip tentang suatu kebenaran, meskipun menyakitkan, beredar luas. Tentang hal ini, negarawan Inggris Winston Churchill pernah mengatakan, "Ada banyak kebohongan mengerikan tentang dunia, dan yangpaling buruk adalah apabila separuhnya adalah benar."Hmm,
ngomongin orang terkadang memang menjadi kesenangan sebagian orang.
(nvt/ken)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini