Ahli Bersaksi: Lumpur Lapindo Dipicu Gempa & Sulit Dihentikan
Kamis, 04 Okt 2007 15:45 WIB
Jakarta - Semburan lumpur Lapindo Brantas di Sidoarjo, Jawa Timur, belum juga bisa diatasi. Ditengarai, semburan lumpur itu bakal sulit dihentikan."Kalau lumpur keluar dari lubang (pemboran) jumlahnya sekitar 5.000 meter kubik. Tidak seperti sekarang yang volumea sangat besar," ujar geologis Agus Guntoro.Hal itu disampaikan dia ketika menjadi saksi ahli dalam sidang gugatan YLBHI kepada Lapindo Brantas di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Gadjah Mada, Jakarta, Kamis (4/10/2007).Disampaikan dia, volume lumpur yang begitu besar itu keluar dari bidang patahan. Bidang terbentuk karena proses patahan yang bisa muncul karena dipicu gempa."Ini produk bidang atau patahan yang besar, sehingga sulit ditutup. Kalaupun bisa ditutup, maka akan muncul di tempat lain karena ada percabangan," beber Agus di hadapan majelis hakim yang diketuai Moefri.Ditambahkan dia, penyebab semburan juga masih belum diketahui. Bila semburan itu peristiwa alam, kemungkinan lumpur baru bisa berhenti di waktu yang tidak diketahui.Independensi Saksi Salah satu saksi ahli yang dibawa Lapindo selaku pihak tergugat adalah pakar pengeboran Dodi Nawang Sidi dari ITB.Di muka sidang, Dodi menyampaikan, kemungkinan lumpur keluar lewat patahan dan bukang lubang sumur. Karena patahan itu melebar dan panjang, dia tidak yakin semburan lumpur bisa dihentikan."Di Brunai, pernah terjadi semburan lumpur dan diupayakan dihentikan dengan relief well. Setelah 20 tahun, semburan mati. Tapi itu karena relief well atau karena alam," urai Dodi.Dia juga menyatakan, dari hasil penelitiannya, prosedur operasi Lapindo Brantas Inc tidak bermasalah. Dari tahap perencanaan hingga operasi tidak ada yang menyalahi aturan.Namun kuasa hukum dari YLBHI, Taufik Basari, mempertanyakan independensi si saksi."Dia melakukan penelitian pribadi untuk keperluan seminar. Sejak awal, dia menggunakan data sekunder, yang berarti diolah pihak lain," kata Taufik.Data yang digunakan Dodi dalam meneliti berasal dari PT Energi Mega Persada yang notabene salah satu grup Bakrie, yang memiliki saham di Lapindo."Lalu, bagaimana independensi dia," sambung Taufik.
(nvt/nrl)