Kolom
Azas Tunggal
Sabtu, 29 Sep 2007 16:46 WIB
Den Haag - Ke depan semua harus satu, tunggal. Warna-warna juga harus ditunggalkan. Mau kuningisasi, merahisasi? Terserah. Pokoknya tunggal. Hidung kalian yang mancung juga harus dipesekkan, biar seragam dengan hidung kami.Membiarkan hidung mancung adalah penyimpangan. Karena hidung kami mirip tomat, ya hidung kalian juga harus sama, dibuat mirip tomat. Tidak boleh beda! Bagaimana dengan ongkosnya? Tenang. Negara kita kaya. Kalau tenaga spesialis bedah plastik domestik tak mencukupi, nanti kalian kita kirim ke luarnegeri. Rombongan kalian juga harus besar seperti rombongan kami tiap ke luarnegeri. Biar dunia juga tahu bahwa kita bangsa besar.Warna kulit juga harus ditunggalkan menjadi satu warna kulit kami, para anggota dewan. Demikian juga dengan rambut. Karena rambut kami adalah lurus, maka semua rambut harus diluruskan. Rambut Iwan Fals, Rhoma Irama, atau ala Julia Roberts adalah ancaman. Harus dilarang!Karena kami tidak berkumis, maka semua kumis juga harus dilarang. Ini kosekuen dengan azas tunggal, lho. Tidak peduli kumis model Timbul, Gatotkaca, apapun modelnya tanpa kecuali.Kalian siapa? Orang Aceh, Batak, Padang, Jawa, Tionghoa, Arab, Sunda, Badui, Dayak, Bali, Maluku, Sasak, Papua? Nama-nama suku ini tidak boleh lagi disebut, dipakai, apalagi dibicarakan. Ini visi kebangsaan Indonesia versi kami. Mereka semua harus patuh mengikuti kami.Bahasa-bahasa mereka yang aneka macam dan ngak-ngek-ngok tidak karuan juga harus secepatnya ditunggalkan sebagaimana cara kami berbahasa: bahasa Indonesia tidak, bahasa daerah bukan, bahasa asing apalagi.Selanjutnya membiarkan ada masjid, gereja, pura, vihara dan kelenteng tetap ada dengan identitas masing-masing, maka akan sangat membahayakan keselamatan bangsa dan negara. Sebab masjid menjadi sarang mujahidin. Gereja dipakai untuk merekrut prajurit perang salib. Vihara dan kelenteng dipakai kedok untuk kegiatan latihan kungfu yang meresahkan.Oleh sebab itu masjid, gereja, pura, vihara, kelenteng, beserta keyakinannya semua harus dilebur, menjadi satu keyakinan tunggal seperti kami punya versi keyakinan. Arsitekturnya diseragamkan biar semua satu dan sama. Namanya akan jadi apa? Tunggu RUU selesai. Sekarang RUU-nya sedang disiapkan, untuk kemudian diundangkan menjadi peraturan yang memaksa dan mengikat. Terus, semua mobil juga hanya boleh ada satu merk, satu warna, satu model dan satu plat pengenal. Bagaimana nanti membedakan ini mobil milik siapa itu milik siapa? Gampang. Bukankah masing-masing ada kuncinya? Dalam hal terjadi perselisihan, silakan diselesaikan di muka pengadilan.Lampu-lampu lalulintas merah-oranye-hijau di tiap perempatan itu semua harus dicopot. Segera setelah peraturan ini nanti diundangkan, semua harus diganti menjadi satu warna. Bisa merah semua, oranye semua atau hijau semua. Terserah bagaimana nanti ketentuan warna oleh UU.Bagaimana membedakannya? Bukankah kalau begitu sama saja dengan buta warna? Oh, itu nanti akan kami jelaskan melalui konferensi pers. Kalau sudah dijelaskan, pasti rakyat akan bisa menerima.Atas nama keyakinan versi anggota dewan semua ditunggalkan. Bahkan dirasa perlu untuk membuat aturan khusus bahwa jika hari hujan dan muncul pelangi membentang di angkasa, maka seluruh penduduk wajib masuk rumah dan menutup gordennya. Baik. Sekarang kapan para kere, pengemis, gelandangan dan kaum miskin ditunggalkan nasibnya menjadi seperti para anggota dewan?
(es/es)











































