Rumah Kardus di 'Tanah Merah' Pedongkelan Itu Akhirnya Luluh
Jumat, 28 Sep 2007 10:03 WIB

Jakarta - Bila tidak diuntungkan dengan lampu hijau, melewati perempatan Cempaka Putih atau yang kerap dikenal sebagai perempatan Coca-Cola (karena dulunya sempat berdiri pabrik minuman bergengsi itu) dipastikan terkena macet. Selain fly over belum selesai, ada pembangunan busway yang menyita ruas jalan itu.Nah, saat Anda menunggu lampu merah selesai, janganlah heran. Puluhan orang bahkan menurut beberapa pedagang mencapai ratusan jika ditotal perharinya, langung menyerbu kendaraan Anda. Crik...Crik..Cirkk...suara pengamen cilik melongok dari balik kaca jendela mobil Anda.Ada saja yang mereka lakukan untuk sekadar mengais receh dari kantong pengendara. Dari yang halal seperti menjual masker hidung ataupun menjual minuman, hingga peminta-minta berkedok mengamen, membersihkan kaca mobil dengan kemoceng ataupun pengemis betulan. Di antara mereka juga ada waria-waria nan kemayu. Di malam hari, tindak kejahatan kerapkali terjadi seperti upaya pencungkilan kaca spion mobil ataupun membaret bodi mobil. Perempatan Coca-Cola adalah salah satu kawasan horor di Jakarta.Lantas di manakah rakyat kelas bawah itu tinggal? Ya tidak jauh dari tempat para pengais receh jalanan itu mengais rupiah, tepatnya di selatan perempatan Coca-Cola. Di lahan kosong yang berbatasan dengan Setu Pulomas, tersedia lahan kosong. Luasnya kira-kira mencapai tiga kali luas lapangan bola.Ratusan warga hidup di sana dengan standar hidup paling bawah. Rumah hanya berdinding triplek dan kardus. Standar air bersih mengandalkan air isi ulang dan MCK yang sangat bau dan jauh dari bersih.Jumlah penghuni di areal itu makin gemuk saat Pasar Pedongkelan yang berada di utara perempatan digusur awal Maret 2007. Penghuni liar di utara perempatan hijrah ke selatan perempatan menghindari penggusuran yang digunakan untuk pelebaran fly over. Alhasil, penghuni rumah liar itu makin tak terbendung.Pertambahan penduduk itu makin membuat persaingan mencari rezeki makin tajam. Bahkan, diduga kelompok perampok Kapak Merah ikut melarikan diri ke Pedongkelan. Sebab, wilayah mereka di utara perempatan kena gusur. Selain itu, gang curanmor yang berbasis kedaerahan dan pengedar narkoba kelas teri ikut bersemayam di wilayah ini.detikcom suatu kali menyempatkan melongok ke daerah slum ini. Tepatnya kesasar karena tujuan awal untuk mencari TKP kasus kriminalitas. Benar saja. Tatapan warga sangat asing, bernada mengancam dan tidak bersahabat. Meski telah berkali-kali keluar masuk sarang penyamun, baru kala itu bulu kuduk ikut merinding.Dapat dikata, kompleks ini selevel dengan Gang Macan di Cilincing Jakarta Utara, yang polisi pun tidak berani memasuki wilayah ini. Karena isinya adalah tukang segala tukang: tukang patri, tukang cuci, tukang copet, tukang mulung, tukang pukul, tukang penjual cinta alias PSK dan waria, tukang tipu, hingga tukang pengedar narkoba."Hati-hati, Mas. Ini 'tanah merah'," ucap perempuan tua mengingatkan. 'Tanah merah' adalah kode wilayah rawan kriminalitas.Nah, pagi Jumat (28/9/2007) pagi hari, entah dari mana api meluluhlantakkan ratusan rumah kumuh itu. Sebuah sumber menyebut korstleting listrik. Ada yang menyebut kompor meleduk. Tapi itu baru dugaan.Kebakaran ini jelas membuat kocar-kacir seisi penghuninya. Tentu tidak ada asap tanpa api. Persoalannya, apakah api itu sengaja atau kebetulan atau benar-benar hanya karena kecelakaan arus pendek listrik."Kami sudah diancam diusir," kata pengemis di perempatan Coca-Cola saat detikcom mencoba mengambil foto para pedagang dan pengemis di perempatan itu beberapa waktu lalu.Bisa jadi, kekhawatiran itu tidak keliru. Karena untuk meratakan tanah kosong itu, bukan perkara mudah. Ada beragam preman dan tukang pukul bercokol di tempat tersebut. Dan kebetulan-kebetulan yang ganjil seperti kebakaran pagi ini selalu menghampiri. Seperti pasar terbakar atau pun kolong tol yang membara oleh api. Akankah misteri ini tersingkap suatu saat nanti?
(Ari/nrl)