Jauhkan Cermin dari Penderita Alzheimer
Rabu, 19 Sep 2007 16:30 WIB
        
                
                    Jakarta - Membenahi lingkungan pasien bisa dilakukan untuk mengatasi problem kepikunan alias demensia yang menjadi gejala awal alzheimer. Salah satunya, dengan menjauhkan cermin dari pasien."Ada pasien yang tidak mengenali wajahnya sendiri. Cermin ini malah bisa jadi bahaya," ujar ahli psikiatri dari UI, dr Suryo Dharmono SpKJ (K), dalam media edukasi bertajuk 'Hari Alzheimer Sedunia' di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Rabu (20/9/2007).Penderita demensia, kata Suryo, kerap mengalami misidentifikasi atau tidak mengenali bayangan dirinya sendiri dalam pantulan cermin. Akibatnya, pasien bisa menjadi ketakutan dan bisa menjadi agresif."Lebih buruk lagi kalau dia ketakutan, lalu dia pukul cermin itu," imbuhnya.Suryo menjelaskan, intervensi keluarga, lingkungan dan terapi perilaku juga sangat penting untuk mengatasi demensia. Selain keluarga terlibat, lingkungan juga harus disesuaikan."Misalnya, dinding dicat warna lembut, sinar secukupnya, tata ruang sederhana dan segala kebutuhannya mudah dijangkau. Kemudian disetel musik yang menenangkan dan cocok dengan memori pasien," urai Suryo.Sedangkan untuk terapi perilaku, bisa dilakukan dengan menyusun kegiatan harian untuk pasien dan mengakomodasi perasaan pasien. Misalnya, memberikan pujian untuk perilaku positif dan memberi tugas sederhana dan menyenangkan."Pendekatan lainnya bisa dengan menyediakan waktu bagi pasien untuk bercerita kehidupan masa lalunya. Bisa juga merawat kemampuan koordinasi motorik dengan senam dan olahraga ringan," jelasnya.Selain itu pasien juga bisa diberikan obat anti-demensia, yang bertujuan untuk menghambat kemunduran fungsi kognitif otak."Obat-obatan yang diberikan disesuaikan dengan target gejala. Apakah anti-psikotik, anti-depresan, atau mood stabilizer. Jadi jangan setiap lupa dikasih obat," kata Suryo.Peluang hidupKetua Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI), dr Samino SpS (K) menjelaskan, alzheimer tidak bisa diobati hingga sembuh total. Namun terapi bisa menolong pasien dari efek buruk penyakit itu."Memang alzheimer tidak ada obatnya untuk sembuh total. Dari waktu ke waktu, kemampuan otaknya terus menurun. Namun jika dilakukan perawatan dan pengobatan, efek buruk bisa dicegah dan risiko kematian bisa ditunda," kata Samino.Menurut dia, permasalahan lanjut usia seperti pikun bukan saja masalah medis belaka. "Lebih dari itu, juga bisa menjadi masalah masyarakat yang kompleks," ujarnya.Tokoh dunia penderita kerusakan otak alzheimer adalah presiden ke-40 AS Ronald Reagan. Namun Reagan berhasil bertahan hidup selama 10 tahun setelah divonis menderita penyakit yang tidak ada obatnya itu. Dia meninggal tanpa pernah lagi mengenali istri dan keluarganya sendiri.         
		
        (fiq/sss)
        
            
        
        
        
        
        
    
    








































.webp)













 
  
  
  
  
  
  
 