Jakarta - Penumpang bus kota atau angkot mungkin sering jengkel dengan ulah sopir yang ugal-ugalan dan suka ngebut. Apa sih sebenarnya yang dipikirkan para sopir dengan menyetir bak pembalap F1 di jalan raya?Pendapat pemenang I Awak Angkutan Umum Teladan Nasional 2007 Muslih Rifai mungkin bisa memberikan sedikit gambaran."Mungkin itu karena darah muda , Mbak. Saya dulu juga seperti itu, waktu masih muda. Sukanya ngebut," kata Muslih kepada
detikcom usai acara Pemilihan Penguji Kendaraan Bermotor Teladan dan Awak Kendaraan Umum Teladan Tingkat Nasional 2007, di Ruang Nanggala, Departemen Perhubungan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2007).Selain itu himpitan kebutuhan hidup sehari-hari juga memicu para sopir berlaku ugal-ugalan. "Jaman susah ini, yang ada dipikiran itu yang penting cepat sampai, cepat dapat setoran untuk keluarga di rumah," ujar sopir bus antar kota dalam provinsi (AKDP) dari Perusahaan Otobus (PO) Hasil Tani ini.Muslih juga menceritakan mengapa bus kota atau angkot kebanyakan suka berhenti di tengah jalan, bukannya di pinggir jalan."Itu biar yang di belakang nggak bisa nyalip. Kalau bisa nyalip kan, penumpang yang di depan habis semua," tutur pria yang 10 tahun berprofesi sebagai sopir ini.Sekarang dengan Muslih menerima penghargaan ini, perilaku mengemudi dengan ugal-ugalan agak berubah."Akhir-akhir ini, apalagi setelah ikut pemilihan ini saya sudah nggak berani ngebut lagi. Ngeri resikonya itu lho, akibat yang ditanggung itu," ujar pria asal Ungaran ini.Resikonya, lanjutnya, hasil kerja yang susah payah diperoleh bertahun-tahun bisa ludes. "Iya, bisa habis hanya untuk mengganti rugi. Jadi kerja bertahun-tahun cuma habis untuk itu," kata dia.Sampai saat ini, Muslih bersyukur karena selama dirinya menjadi pengemudi truk, bus, maupun angkot, belum sampai mengalami kecelakaan atau tabrakan. "Ya, jangan sampai lah," kata dia.Muslih mengikuti pemilihan ini dari 8-12 Agustus 2007 dari tingkat kabupaten hingga tingkat provinsi. Dia mengaku didaftarkan PO-nya. Lolos seleksi, dia pun dikirim ke Jakarta untuk mengikuti serangkaian tes dari tanggal 10-11 September 2007.Tes yang dihadapi anatara lain mengenai lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ), keselamatan pengemudi, cara mengemudi defensif, asuransi, dan psikotes.Pemilihan ini sendiri sudah digelar Ditjen Perhubungan Darat sejak tahun 1992. Masing-masing provinsi mengirimkan 1 wakilnya. Muslih mengaku senang mendapatkan gelar ini. Apalagi, pemenang mendapatkan insentif dari pemerintah maupun dari perusahaannya bekerja."Iya jelas ada. Kalau nggak ada, saya nggak mau capek-capek ke sini
ninggalin kerjaan," tuturnya dengan polos.Memang berapa insentif yang didapat? "Waduh, nggak etis ya Mbak. Pokoknya cukuplah untuk yang di rumah," kata pria beranak 1 ini.
(nwk/bal)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini