Jurus 'Doraemon' Adhyaksa Dault

Jurus 'Doraemon' Adhyaksa Dault

- detikNews
Kamis, 13 Sep 2007 15:04 WIB
Jakarta - Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menneg Pora) Adhyaksa Dault membanggakan 'doraemon' miliknya. Doraemon Adhyaksa Dault ini manjur untuk mengatasi globalisasi yang terjadi saat ini. Adhyaksa memaparkan Doraemon dalam diskusi 'Ketahanan Nasional bertema Pendidikan dan Tantangan Global' di Gedung Rektorat UI, Jl Salemba Raya, Jakarta Pusat, Kamis (13/9/2007). Menurut Adhyaksa, dalam menghadapi globalisasi, pemuda Indonesia harus berpegang pada delapan dimensi. Delapan dimensi inilah yang disingkat Adhyaksa dengan 'DORAEMON'. Pertama, 'Dream,' yakni memiliki visi ke depan. Kedua, 'Oppurtunity', dalam arti pandai melihat kesempatan untuk maju. Ketiga, 'Reformasi' dalam artian mereformasi diri dengan standar serta patokan yang jelas. Keempat, 'Action', yakni setiap keprihatinan harus diwujudkan dalam bentuk aksi.Kelima, Energi, yaitu memanfaatkan energi sebaik-baiknya. Keenam, lanjut Adhayksa, pemuda Indonesia harus melakukan 'Mapping', yakni pemetaan yang jelas situasi sekitarnya. Tujuh, 'Organizing', yakni membangun sumber daya berdasarkan aturan yang baik. Kedelapan adalah 'Network', pemuda harus membangun jaringan seluasnya."Saya menyingkat seluruhnya menjadi DORAEMON, para pemuda ingat dan laksanakanlah prinsip itu. Maka kita akan berhasil bersaing di era globalisasi," ujar Adhyaksa penuh semangat.Dalam diskusi ini, Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono juga menjadi pembicara. Menurut dia, untuk mempertahankan sebuah generasi di era globalisasi, bukanlah melalui perang secara fisik lagi. Untuk itu, Juwono meminta agar para pemuda Indonesia mau meng-update ilmu pengetahuna, jika menghadapi persaingan globalisasi ini."Kunci bertahannya sebuah generasi adalah update ilmu pengetahuan. Pemuda kita, kalau mau bertahan, mau tidak mau harus selalu updating ilmu pengetahuannya," kata Juwono. Juwono menjelaskan, perang di zaman globalisasi saat ini sudah bukan lagi diartikan sebagai perang fisik bersenjata. Tapi perang itu dalam arti persaingan ekonomi dan persaingan pengetahuan. "Dalam konteks ini, para pemuda Indonesia saat harus berhadapan langsung dengan para pemuda dari negara lain," tandasnya. Menurut Juwono, pemuda Indonesia juga harus berpikir dalam spektrum lima tataran sekaligus, yaitu tataran lokal, tataran provinsial, tataran nasional, regional, dan tataran global internasional. "Berpikirlah dalam lima tataran itu sekaligus. Apa yang terjadi pada lima tataran itu? Sehingga kita bisa mendapatkan solusi yang lengkap," ujar dia. (zal/asy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads