Belajar Iptek Lewat Doraemon
Rabu, 12 Sep 2007 15:47 WIB
Jakarta - Agar masyarakat tidak alergi terhadap teknologi maju, maka perlu ditanamkan budaya iptek sejak dini. Salah satunya melalui film kartun."Ada kartun Doraemon. Itu selalu ada teknologi baru, ada benda baru yang bisa dibuat apa.... tapi selalu terjadi kecelakaan," kata Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Lukman Hakim.Pernyataan ini disampaikan dia usai seminar bertajuk 'Indikator Iptek Indonesia, Evaluasi Pemanfaatan serta Pengembangan Konsep ke Depan', di Gedung LIPI, Jl Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Rabu (12/9/2007).Menurut Lukman, kartun Doraemon dapat mengantarkan pesan bahwa secanggih-canggihnya teknologi, tapi kalau digunakan oleh orang yang bukan ahlinya tetap saja akan menimbulkan bencana."Itu gambaran budaya teknologi. Doraemon yang selalu punya alat hebat tapi kecelakaan kalau salah dipakai," ujarnya.Iptek KonsumtifNani Grace Simamora dari Manajemen Litbang LIPI juga mengatakan hal yang sama. Menurut Nani, kartun yang edukatif seperti Doraemon bisa menumbuhkan budaya iptek di Indonesia yang masih tergolong rendah. Dia menjelaskan, Nielsen Index yang dikeluarkan AC Nielsen tahun 2007 mengatakan, anak usia sekolah lebih banyak menonton TV daripada membaca atau belajar."Untuk nonton TV 1.520 - 1.860 jam pertahun, sedangkan untuk sekolah 1.000 jam pertahun," jelas Nani. Angka tersebut, lanjut dia, juga menggambarkan budaya pola pikir iptek masyarakat yang cenderung pasif dan konsumtif. "Maunya hanya membeli, tidak mau berkreasi. Maunya hanya menggunakan teknologi, yang ada tidak menciptakan teknologi sendiri," imbuh dia.Pola konsumtif itu juga terlihat dari Nielsen Advertising Service yang juga dikeluarkan AC Nielsen tahun 2007. Data ini menunjukkan bahwa belanja iklan mencapai Rp 30 trilliun atau 1,3 persen Produk Domestik Bruto (PDB)."Bandingkan dengan anggaran riset yang cuma 0,05 persen PDB," kata dia.LIPI akan membuat indikator budaya iptek masyarakat Indonesia yang mencerminkan persepsi masyarakat terhadap budaya iptek yang sedang tumbuh di masyarakat."Akan kita lakukan melalui survei dan diskusi. Respondennya masyarakat, peneliti, pendidik, mahasiswa, jurnalis, LSM, pemerintah dan industri. Mungkin akan butuh waktu 1 tahun," ujarnya.
(ptr/nrl)











































