Semua Berawal dari Masa Ospek

Praja IPDN Aniaya Siswa SMU

Semua Berawal dari Masa Ospek

- detikNews
Selasa, 11 Sep 2007 15:26 WIB
Pekanbaru - Penganiyaan praja IPDN Anggi Mahesa terhadap Dimas Febri, siswa SMU Pekanbaru, dilatarbelakangi masalah lama. Keduanya pernah terlibat perkelahian semasa sekolah di SMU yang sama. Anggi Mahesa dan Dimas Febri sudah lama saling mengenal. Anggi merupakan alumni SMU I Pekanbaru yang lulus pada tahun 2006 silam. Sedangkan Dimas Febri adalah adik kelas Anggi. Saat Dimas baru masuk ke SMU I Pekanbaru, Anggi sudah duduk di bangku kelas tiga. Seperti banyak sekolah lainnya, SMU I Pekanbaru juga memberlakukan sistem Masa Orientasi Siswa (MOS) atau untuk level mahasiswa biasa disebut Orientasi Pengenalan Kamus (Ospek). Sebagai siswa baru, Dimas wajib mengikuti MOS. Sedangkan Anggi selaku senior bertindak sebagai pengawas. Menurut Malano, ayah Dimas, saat mengikut MOS Dimas dianggap melakukan kesalahan. Entah dapat ide dari mana, Anggi memaksa Dimas kecing di sebuah wadah. Tak hanya itu, Anggi juga meminta adik kelasnya itu untuk meminum air seninya sendiri."Jelas anak saya menolak untuk meminum air kencingnya sendiri," kata Malano. Dimas pun kemudian mengadukan perlakukan Anggi itu kepada kakaknya Masih Hari Saputra. Kebetulan Hari juga duduk di kelas tiga di sekolah yang sama. Hari pun menegur Anggi. Namun Anggi tidak terima dan kemudian memanggil teman-teman sekelasnya. Hari dikeroyok karena dianggap mencampuri urusannya. "Anak saya dikeroyok tujuh orang. Akibatnya gigi depan anak saya patah," terang Malano. Melihat kakaknya dikeroyok, Dimas mencoba membantu. Dia mengambil kayu dan memukul kepala Anggi. Saat itu kedua belah pihak saling melapor ke polisi. Namun kasus ini akhirnya diselesaikan secara kekeluargaan. Hal serupa diungkapkan Anggi, melalui kuasa hukumnya Soehendro. Menurut Soehendro, perkelahian yang kini terjadi ini memang didasari unsur sakit hati kliennya akibat peristiwa semasa di bangku SMU I Pekanbaru. "Kalau klien saya kini melakukan pemukulan, ya mungkin karena rasa sakit hatinya waktu di sekolah pernah dipukul Dimas. Kami menganggap ini bukanlah penganiyaan berat, melainkan hanya perkelahian biasa saja. Namanya juga anak muda, biasalah. Kami tengah mengupayakan untuk berdamai saja," terang Soehendro. Damai? Nanti dulu. Bagi Malano ini bukan masalah sepele. Sebab akibat peristiwa ini, kedua anaknya gagal menjadi anggota TNI. Anak sulungnya, Hari, gagal masuk Akmil karena gigi depannya putus saat dikeroyok Anggi. Demikian pula dengan Dimas, giginya patah dipukuli Anggi."Gagallah cita-cita kedua anak saya itu," keluh Malano. (cha/djo)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads