×
Ad

Menkop Dukung KPBS Pangalengan Produksi Susu UHT & Masuk Ekosistem MBG

Inkana Putri - detikNews
Senin, 22 Des 2025 16:31 WIB
Foto: Kemenkop
Jakarta -

Menteri Koperasi, Ferry Juliantono mendukung Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan masuk ke sektor Industri Pengolahan Susu (IPS) untuk memproduksi susu UHT, bukan hanya susu pasteurisasi. Dengan demikian, KPBS Pangalengan bisa memperluas peran dalam ekosistem program Makan Bergizi Gratis (MBG).

"Saya berharap teknologi pasteurisasi disini bisa dikembangkan dengan membangun line pabrik baru untuk memproduksi susu UHT," kata Ferry dalam keterangannya, Senin (22/12/2025).

Hal ini disampaikannya saat melakukan kunjungan kerja ke KPBS Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (22/12).

Dalam kunjungannya, Ferry juga menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama antara KPBS Pangalengan dengan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Jayabaya 2 tentang pengadaan susu pasteurisasi dalam program MBG. Kemudian, penandatanganan perjanjian kerja sama antara KPBS Pangalengan dengan Kopdes Merah Putih Margamulya tentang pelatihan koperasi.

Ferry menjelaskan produk susu UHT dan pasteurisasi dari KPBS Pangalengan akan dijual di seluruh gerai milik Kopdes Merah Putih seluruh Indonesia.

"Untuk keperluan industri UHT ini, saya juga pastikan LPDB Koperasi siap membantu bila KPBS Pangalengan membutuhkan tambahan pembiayaan," ungkapnya.

Lebih lanjut ia menambahkan, selama ini industri pengolahan susu di Indonesia mendapatkan bahan baku dari impor susu bubuk skim, yang memang diperbolehkan masuk karena ada aturannya. Namun, saat ini, peraturan menteri tersebut sudah tidak ada lagi.

"Bila koperasi mampu membangun industri pengolahan susu, maka akan menyerap produk susu dari peternak sapi perah kita. Saya pastikan impor susu bubuk skim akan kita larang, karena itu akan mematikan para peternak sapi perah," kata Ferry.

Bahkan, lanjut Ferry, seharusnya Indonesia terus meningkatkan jumlah populasi sapi perah yang amat dibutuhkan para peternak.

"Kita akan dukung program pemerintah untuk menambah populasi sapi perah dan kemudian akan dukung advokasinya untuk menghambat masuknya susu bubuk skim impor," tegasnya.

Ferry pun mendorong seluruh koperasi peternak sapi perah agar bisa sama dengan perusahaan swasta sehingga bisa memproduksi susu bubuk sendiri.

"Kita jangan mau kalah bersaing dengan yang punya swasta, agar dampaknya bisa langsung dirasakan masyarakat," ucapnya.

Terkait program MBG, Ferry berharap keberadaan SPPG di seluruh Indonesia bakal mampu membangun supply chain yang berasal dari koperasi, terutama Kopdes Merah Putih.

"Bukan hanya susu, tapi juga sayur-sayurannya juga nanti akan disuplai koperasi petani sayur dan lain sebagainya. Jadi, tujuan kita memang membangun ekosistem koperasi untuk mensuplai kebutuhan dari SPPG dalam program MBG," katanya.

Menurut Ferry, kualitas dan sertifikasi susu merupakan fondasi utama penguatan koperasi produsen sapi perah. Sebab, susu adalah produk pangan strategis yang berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak.

"Oleh karena itu, pemenuhan standar mutu dan keamanan pangan, serta sertifikasi dari hulu hingga hilir, mulai dari produksi di tingkat peternak, pengolahan, hingga distribusi, harus menjadi perhatian utama koperasi," jelasnya.

Ferry pun mengingatkan peran kolektif koperasi menjadi kunci dalam mendukung program MBG. Untuk itu, koperasi produsen susu harus mampu menjadi penyedia susu yang aman, layak konsumsi, terstandar, dan tersertifikasi, dengan sistem distribusi yang tertib dan akuntabel.

"Suplai untuk MBG tidak hanya menuntut ketersediaan produk, tetapi juga kesiapan koperasi dalam tata kelola, pencatatan, ketelusuran, dan manajemen rantai pasok. Di sinilah koperasi diuji untuk naik kelas menjadi mitra strategis program nasional," paparnya.

Sementara itu, Direktur Utama LPDB Krisdianto mengatakan KPBS Pangalengan merupakan mitra LPDB yang masuk kategori baik. "Mereka juga sudah memiliki mitra offtaker seperti Ultra Jaya dan Frisian Flag, dan beberapa SPPG dalam program MBG," kata Krisdianto.

Ke depan, Krisdianto berharap KPBS Pangalengan bisa menjadi supplier utama dari Kopdes Merah Putih, khususnya untuk aneka produk susu. "Koperasi ini pernah mendapat pembiayaan dana bergulir sebesar Rp15 miliar, dan sudah lunas," ucapnya.

Di sisi lain, Ketua KPBS Aun Gunawan menjelaskan KPBS Pangalengan sudah berdiri sejak 1969 dan kini sudah beranggotakan lebih dari 4.500 orang. KPBS Pangalengan memiliki populasi sapi sebanyak 16 ribu hingga mampu memproduksi susu 80 ton perhari.

Untuk mendukung produksi dan pemasaran susu segar, KPBS Pangalengan mengoperasikan 28 Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) yang terintegrasi. Adapun semuanya dikelola melalui sistem berbasis Enterprise Resource Planning (ERP).

Diantara pusat-pusat ini, kata Aun, delapan diantaranya dilengkapi dengan sistem pendingin susu, yang memungkinkan proses lebih efisien. "Mulai dari pengumpulan susu di tingkat peternakan hingga pengiriman ke industri pengolahan susu," jelasnya.

Saat ini, KPBS Pangalengan terlibat aktif dalam program MBG dengan memasok susu ke 50 SPPG. "Tapi, susu kita tidak di-drop ke SPPG, tapi langsung ke sekolah bersamaan waktu dengan SPPG. Kita siapkan sekitar 700 ribu cup perbulan," pungkas Aun.

Tonton juga video "Menkop Ferry Soal Koperasi Bisa Garap Tambang: Ini Sejarah Baru"




(akd/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork