Kembangkan Ekosistem Perfilman, Menbud Apresiasi Gelaran LSSFF 2025

Kembangkan Ekosistem Perfilman, Menbud Apresiasi Gelaran LSSFF 2025

Hana Nushratu Uzma - detikNews
Sabtu, 20 Des 2025 15:24 WIB
Kembangkan Ekosistem Perfilman, Menbud Apresiasi Gelaran LSSFF 2025
Foto: Kementerian Kebudayaan
Jakarta -

Kementerian Kebudayaan RI memberikan apresiasi atas penyelenggaraan Malam Anugerah Lawang Sewu Short Film Festival (LSSFF) 2025. Gelaran ini digagas oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.

Apresiasi disampaikan langsung oleh Menbud Fadli Zon atas inisiatif Pemkot Semarang dalam mengembangkan ekosistem perfilman melalui LSSFF.

"Kami sangat mendukung penyelenggaraan Lawang Sewu Short Film Festival ini, dan berharap festival ini dapat berkelanjutan serta berkesinambungan," ujar Fadli, dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/12/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Festival yang berlangsung di Gedung Ki Narto Sabdo, Taman Budaya Gedung Raden Saleh (TBRS), Semarang ini, menjadi ruang apresiasi bagi karya film pendek, sekaligus wadah kolaborasi dan regenerasi sineas muda yang berakar pada kekayaan budaya lokal.

LSSFF menempatkan sinema sebagai medium strategis yang menyajikan keragaman budaya, mendokumentasikan memori kolektif bangsa, dan memperkenalkan jati diri Indonesia ke tingkat internasional.

ADVERTISEMENT

Dalam gelaran perdananya, festival yang dibuka sejak 15 September 2025 ini berhasil menjaring 144 film pendek dari seluruh Indonesia dengan tiga kategori, yakni pelajar, mahasiswa, dan umum. Melalui proses kurasi ketat, 21 film pendek terpilih sukses menembus babak final.

Fadli menegaskan peran film sebagai soft power bangsa. Menurut Fadli, film pendek merupakan sebuah peluang besar dalam pemajuan kebudayaan.

Film merupakan medium yang sangat dekat dengan berbagai cabang seni, mulai dari seni peran, sastra, musik, seni pertunjukan, tari hingga fesyen.

Menyoroti hal tersebut, Kemenbud secara konsisten memperkuat ekosistem perfilman nasional melalui berbagai program strategis, antara lain penyediaan dana perfilman Indonesia melalui skema matching fund serta memfasilitasi keikutsertaan sineas Indonesia dalam berbagai festival film internasional.

"Di Cannes, Prancis, kehadiran Indonesia kini semakin diperhitungkan. Mudah-mudahan pada 2028 Indonesia dapat menjadi 'guest of honor' di festival tersebut," ujar Fadli.

Sementara di dalam negeri, Fadli menyoroti penyelenggaraan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) Film Festival dan JAFF Market sebagai platform strategis yang membuka ruang kolaborasi, jejaring, dan penguatan ekosistem bagi insan perfilman Indonesia.

Fadli berharap kolaborasi yang lebih luas dan berkelanjutan agar dapat tumbuh festival film serupa di setiap kota dan provinsi.

"Dengan demikian, ekosistem perfilman nasional akan makin kondusif dan berkembang, bahkan film dapat menjadi salah satu pendorong utama bagi penguatan budaya kita," kata Fadli.

Wali Kota (Walkot) Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti menyampaikan apresiasi atas perhatian Fadli terhadap pelestarian warisan budaya Kota Semarang.

Agustina menilai peninjauan sejumlah situs budaya yang dilakukan oleh Fadli sebagai langkah strategis, sekaligus menyambut antusias rencana renovasi dan pengembangan ruang aktivitas budaya bagi masyarakat Semarang yang akan dilakukan Kemenbud ke depan.

Lebih lanjut, Agustina mengungkapkan rencana penyelenggaraan kembali LSSFF pada tahun depan dengan pelaksanaan yang semakin baik, serta rencana menghadirkan Festival Keroncong sebagai bagian dari penguatan ekosistem seni budaya.

Agustina juga menegaskan upaya Pemkot Semarang dalam menyiapkan berbagai sarana bagi para seniman lokal.

"Tunjukkan profesionalitas dan keindahan, karena itu yang akan jadi daya tarik dan itu yang akan menghidupkan kita," kata Agustina.

Ketua Komite LSSFF 2025 Samuel JD Wattimena menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para insan film pendek yang telah berproses dan berkarya dalam menyulam kisah, menyuarakan rasa, serta menghidupkan cerita di layar sinema.

Samuel menegaskan rangkaian kegiatan LSSFF 2025, mulai dari lokakarya hingga gelar wicara, dirancang tidak hanya untuk menghasilkan karya, tetapi juga membangun kapasitas dan memperluas perspektif para sineas.

Samuel berharap melalui kegiatan ini, dapat tercipta ekosistem perfilman yang sehat, kolaboratif, dan berkelanjutan bersama komunitas film lokal, nasional, hingga internasional.




(anl/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads