Kehadiran Sekolah Rakyat tak hanya sekadar tempat menimba ilmu, namun menjadi wadah pembentukan karakter dan kepercayaan diri siswa. Hal inilah yang dirasakan salah seorang siswa Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 10 Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Aray Maulana Alfatih.
Aray menjalani masa tiga bulan di SRMP 10 Cibinong, Bogor, Jawa Barat, sebagai transformasi kepribadiannya. Ia berhasil menumbuhkan keberanian, tanggung jawab, dan keyakinan pada diri sendiri.
Keberanian Aray diuji saat Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, berkunjung ke SRMP 10 Cibinong pada Juli lalu. Di hadapan rombongan tamu penting, Aray dipercaya memimpin laporan makan malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya langkahnya yang terlihat tegap, suara Aray pun terdengar lantang ketika melapor di depan Teddy. Momen itu menjadi titik balik bukan hanya bagi dirinya, tapi juga bagi para guru yang menyaksikan perubahan besar dalam dirinya.
"Waktu pertama masuk, takut nggak ada teman," ujar Aray dalam keterangannya, Sabtu (13/12/2025).
Aray mengaku pernah mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari teman-temannya saat berada di bangku sekolah dasar karena kondisi ekonomi keluarganya terpuruk. Sejak itu, ia sering merasa minder, takut berbicara, dan lebih memilih diam di kelas.
Di Sekolah Rakyat, Aray menemukan lingkungan baru yang menerima dirinya apa adanya. Ia belajar bukan hanya tentang pelajaran akademik, tapi juga tentang arti tanggung jawab, kemandirian, dan keberanian untuk mencoba.
Kepercayaan dirinya pun tumbuh saat dipercaya menjadi komandan makan. Dari tugas ini, Aray belajar mengatur barisan, memberi contoh, dan berbicara lantang di depan teman-temannya. "Suara saya paling mantap di antara teman-teman yang lain," ucapnya.
Meski memiliki kemampuan memimpin yang kuat, Aray masih berjuang menjaga konsistensi semangat belajar. Ia terkadang menunda tugas atau butuh dorongan untuk memulai. Namun, bagi para guru, hal itu bukan kekurangan, melainkan bagian dari proses tumbuh.
"Semangatnya tidak selalu stabil, tapi ketika disemangati, ia akan berusaha keras menuntaskan tugasnya," ungkap salah satu guru SRMP 10 Cibinong, Fuad.
Kemampuan Aray paling menonjol di bidang pelajaran yang ia sukai, seperti olahraga, futsal, dan badminton. Di lapangan, ia bergerak dengan semangat, menunjukkan tekad untuk menang bukan hanya dari lawan, tapi juga dari rasa takut dalam dirinya sendiri.
Di asrama, Aray dikenal sebagai anak yang sopan, disiplin, dan patuh terhadap aturan. Ia tidak pernah absen dari jadwal piket, rajin menjaga kebersihan, dan menghormati pengasuh.
Keteguhan itu tumbuh dari rumah sederhananya. Ayahnya, Asep Saepudin, bekerja sebagai buruh harian lepas sekaligus pengrajin dipan dengan penghasilan tidak menentu. Ibunya, Hera Febriani, seorang ibu rumah tangga yang setia mendampingi anak-anaknya.
Keluarga Aray tinggal menumpang di rumah kecil berukuran sekitar 20 meter persegi di Tanah Sareal, Bogor. Meski tinggal di rumah sederhana, keluarga kecil ini tak pernah berhenti menanamkan nilai kerja keras dan kejujuran kepada anak-anaknya.
Kakak Aray kini kuliah jurusan farmasi di Universitas Nusa Bangsa dengan beasiswa KIP Kuliah, sementara adiknya masih menunggu usia sekolah. Di tengah keterbatasan, keluarga ini tetap menyimpan harapan besar.
Bagi Aray, masa lalu bukan lagi sesuatu yang menyakitkan, melainkan pelajaran berharga. Ia belajar kesederhanaan bukan alasan untuk menyerah, dan rasa malu bukan penghalang untuk tumbuh. Dari lingkungan yang memberi ruang untuk berani, ia menemukan makna baru dalam hidup bahwa setiap anak, dari latar apa pun, berhak untuk percaya diri dan bermimpi.
Tonton juga video "Kemensos Bakal Cek Sekolah Rakyat Terdampak Bencana di Sumatera"
(akn/ega)










































