Sekolah Rakyat menjadi ruang pembinaan bagi para siswa untuk mengasah bakat dan karakter, salah satunya dialami M. Rifda Rifaqi yang berhasil mengembangkan kemampuan menggambarnya hingga meraih prestasi.
"Waktu di sekolah dulu, gambar saya banyak yang bilang bagus, tapi cuma didiemin. Enggak pernah dipakai buat ikut lomba," ujar Rifda dalam keterangan tertulis, Kamis (11/12/2025).
Selama kurang lebih empat bulan bersekolah di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 10 Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, bakat menggambar Rifda semakin diasah. Ia mendapat dorongan dari wali kelasnya untuk berani menunjukkan karya-karyanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada lomba perdananya, Rifda berhasil meraih juara 2 menggambar di peringatan Hari Anak di Sentra Terpadu Inten Soeweno (STIS). Hadiah berupa krayon dan uang Rp 750 ribu pun menjadi penyemangat baru baginya.
"Senang banget bisa menang. Jadi termotivasi buat ikut lomba-lomba lain. Sampai saya tanya-tanya sama Bu Guru, kapan ada lomba lagi," kata Rifda.
Rifda yang kini duduk di kelas 7 merasakan perubahan besar dalam dirinya.
"Dulu di rumah belajar malas-malasan, kebanyakan main handphone. Di sini saya lebih disiplin, bangun jam 4 subuh, olahraga, sekolah, belajar. Jadi lebih tekun dan mandiri," lanjutnya.
Dahulu Rifda tinggal di rumah seluas 30 meter persegi. Remaja 13 tahun ini berdomisili di Kelurahan Cibuluh, Bogor Utara bersama orangtua, adik, kakek-nenek, dan paman. Tanpa kamar, Rifda dan keluarganya tidur di satu kasur.
Sang ayah bekerja sebagai buruh harian lepas dengan penghasilan Rp 1,8 juta per bulan, sementara ibunya sebagai ibu rumah tangga. Kondisi itu membuat Rifda sulit belajar dengan fokus.
"Kalau di rumah ribut, sempit, banyak gangguan. Jadi belajarnya ditunda-tunda. Di sini tempatnya lebih nyaman, lebih bisa belajar fokus," jelasnya.
Meski hidup dalam keterbatasan, Rifda punya cita-cita besar menjadi animator. Ia terinspirasi dari Masashi Kishimoto, kreator anime Naruto, namun ingin membawa ciri khas Indonesia dalam karyanya.
"Saya ingin bikin cerita fantasi tapi tetap ada nuansa Indonesianya. Supaya orang-orang tahu ini buatan Indonesia," tutur Rifda.
Sekolah Rakyat pun mendukung penuh mimpinya. Rifda mulai menulis naskah cerita di komputer sekolah sambil menunggu fasilitas laptop tersedia.
"Katanya nanti ada. Sementara saya bikin dulu ceritanya, nanti bisa jadi animasi," ungkapnya.
Sebagai anak pertama, Rifda merasa bertanggung jawab untuk masa depan keluarganya. Ia bertekad melanjutkan SMA di Sekolah Rakyat agar bisa meraih beasiswa kuliah.
"Saya di sini ngebulatin tekad buat sukses gitu. Saya niatnya mah mau lanjut kuliah gitu, nanti SMA-nya mau lanjut di Sekolah Rakyat lagi. Kan katanya kalau Sekolah Rakyat gitu, gampang dapat beasiswa buat kuliah," ujarnya.
Sekolah Rakyat telah memberi Rifda bukan hanya ilmu, tetapi juga panggung untuk bakatnya. Dari karya yang dulu didiamkan, kini ia mulai menuai prestasi dan semakin berani mengejar mimpi.
(akn/ega)










































