Dampak bencana banjir di Sumatera begitu signifikan. Ada desa yang nyaris lenyap hingga sungai yang menyerupai daratan.
Adapun dampak ini terlihat dari apa yang terjadi di Aceh hingga Sumatera Utara. Banjir bandang menyisakan material yang begitu banyak.
Seperti misalnya di Desa Sekumur di Aceh Tamiang, Provinsi Aceh. Desa ini disebut hilang disapu banjir bandang pekan lalu. Di kampung itu hanya tersisa masjid dan tumpukan kayu beragam ukuran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir detikSumut, Minggu (7/12/2025), ketinggian banjir merendam desa itu hampir mencapai atap masjid. Beberapa warga berada di atas tumpukan kayu yang tingginya hampir sama dengan atap masjid.
Tidak terlihat bangunan lain di sekitar masjid. Warga menyebutkan desa itu hilang diterjang banjir yang terjadi pada Kamis (27/11) lalu.
"Rumah warga hilang terbawa banjir dengan ketinggian air diperkirakan mencapai 7 hingga 10 meter, Desa Sekumur lenyap dalam sekejap, hanya tersisa masjid," kata warga Aceh Tamiang, Hendra, Sabtu (6/12).
Warga Butuh Bantuan
Hendra menyebut di Desa Sekumur terdapat 280 rumah. Warga saat ini sudah mengungsi ke tempat lebih tinggi dan mereka sangat membutuhkan bantuan.
Juru Bicara Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang Agusliayana Devita mengaku sudah mendengar informasi Desa Sekumur hilang disapu banjir. Saat ini baru satu desa dilaporkan hilang di daerah tersebut.
"Menurut informasi dari pimpinan seperti itu (Sekumur hilang)," kata Devi saat dikonfirmasi terpisah.
Sungai Jadi 'Daratan'
Banjir bandang dan longsor yang terjadi di Sibolga, Sumatera Utara, berdampak signifikan terhadap aliran Sungai Aek Godang. Sungai itu kini mengalami pendangkalan signifikan setelah diterjang longsor pada akhir pekan lalu.
Dilansir Antara, Minggu (7/12/2025), permukaan air Sungai Aek Godang tampak surut. Material pasir, batu, dan batang kayu terbawa arus dan menumpuk di dasar sungai hingga mengubah bentuk alirannya.
Titik sempadan sungai juga kini menjadi lebih besar dibanding aliran yang tersisa. Sementara bagian tengah sungai saat ini lebih menyerupai daratan akibat material longsor yang mengisi dasar alur sungai.
Salah satu warga Sibolga, Sonia, mengatakan intensitas hujan tinggi pada 25-27 November silam telah meningkatkan debit air yang kemudian membawa material longsor dari perbukitan ke hilir. Material itu lalu terbawa ke bagian bawah permukiman hingga menimbun sebagian besar dasar sungai.
"Sekarang sungai sudah menyerupai daratan dan bisa diseberangi warga dengan jalan kaki. Padahal sebelum peristiwa itu alirannya dalam," kata Sonia.
Sungai Jadi Dangkal
Ia menjelaskan penumpukan material menyebabkan pendangkalan yang membuat air mudah meluap saat hujan.
Kondisi itu sempat memicu banjir yang merendam jalan raya dan menggenangi permukiman di beberapa titik sekitar Sungai Aek Godang di jalur Sibolga-Tapanuli Tengah.
Situasi tersebut membuat sejumlah warga mengungsi selama beberapa hari ke Aula Gereja HKBP Sibolga Julu di Kelurahan Angin Nauli. Mereka memilih tinggal sementara di lokasi pengungsian karena khawatir terjadi banjir susulan maupun longsor baru dari kawasan perbukitan.
BPBD Sibolga mencatat sekitar 700 warga mengungsi ke aula gereja selama masa darurat. Namun, sejumlah warga saat ini mulai kembali ke rumah masing-masing setelah hujan reda dan debit air berangsur normal.
"Mereka sekarang pulang dan mulai membersihkan rumah masing-masing," ujar Sonia seraya berharap normalisasi aliran sungai dapat segera dilakukan agar bencana serupa tidak kembali terjadi di masa mendatang.
Simak juga Video Cuplak-cuplik: Bencana & Tebar Pesona











































