Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) menilai bencana yang melanda Sumatera menunjukkan lemahnya komitmen negara dan masyarakat dalam menjaga lingkungan. PMII mendorong adanya evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan pengelolaan sumber daya alam.
Atas kondisi tersebut, PMII menyerukan kepada semua pihak untuk melakukan tobat ekologis. PMII menilai bencana ekologis harus dipahami sebagai tanda kegagalan kolektif bangsa.
"Ini bukan semata peristiwa alam. Bencana ini membuktikan bahwa komitmen menjaga lingkungan, yang merupakan perintah inti semua agama, telah terabaikan," ujar Ketua Umum PB PMII, Muhammad Shofiyulloh Cokro, dalam keterangan tertulis, Jumat (5/12/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cokro mengatakan kegagalan tersebut tampak dari masifnya praktik eksploitasi sumber daya yang tidak diimbangi dengan pengawasan ketat dan konsistensi penegakan hukum. Ia menyoroti masih adanya tumpang tindih kebijakan serta lemahnya transparansi perizinan yang membuat kerusakan lingkungan terus berulang.
"Setiap bencana selalu memicu kewaspadaan, tetapi tidak diikuti pembenahan struktural. Negara harus berani mengevaluasi semua izin konsesi dan tata ruang," tutur Cokro.
Selain itu, PB PMII menekankan bahwa menjaga lingkungan merupakan kewajiban moral dan spiritual. Cokro menyebutkan gerakan pelestarian alam bagi PMII berakar pada ajaran keagamaan.
"Al-Qur'an tegas melarang kerusakan (ifsad) di muka bumi. Melestarikan alam adalah bagian dari iman dan tanggung jawab sebagai khalifah," kata dia.
Selain itu, Cokro menjelaskan, tobat ekologis yang diserukan PMII merupakan ajakan untuk mengakui kesalahan, menghentikan pola hidup destruktif, dan mengambil langkah pemulihan secara sungguh-sungguh. Praktik konkret menjaga lingkungan, lanjutnya, mencakup reboisasi, penghematan energi, pengelolaan sampah yang bertanggung jawab, hingga penghentian eksploitasi berlebihan.
PB PMII juga menilai dinamika kebijakan lingkungan di internal pemerintah belakangan ini sebagai tanda perlunya koreksi serius.
"Komitmen menjaga bumi tidak boleh berhenti sebagai slogan. Ia harus menjadi tindakan nyata dan keputusan politik yang konsisten," kata Cokro.
PMII mendesak pemerintah memperkuat pendidikan lingkungan berbasis nilai keagamaan dan kearifan lokal. Selain itu, kata Cokro, penegakan hukum terhadap perusak lingkungan diminta dilakukan tanpa pandang bulu.
Cokro juga mengajak masyarakat sipil terus aktif melakukan kontrol sosial terhadap kebijakan dan aktivitas industri yang berpotensi merusak lingkungan. Ia berharap bencana di Sumatera menjadi momentum terakhir sebelum kerusakan semakin luas.
"Menjaga bumi adalah tugas suci kita bersama. Masa depan anak cucu bergantung pada tindakan kita hari ini," ujarnya.
Lihat juga Video: Misteri Kayu-kayu Gelondongan yang Hanyut Bersama Banjir di Sumatera











































