Ba Polsek Aimas Bripda Chardes Jourdan Otniel Timate bersama istrinya mengelola Panti Asuhan Sinar Kasih di Distrik Mariat, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya. Chardes menginginkan anak-anak asli Papua mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak.
Atas kepeduliannya terhadap anak-anak tersebut, Bripda Chardes diusulkan oleh Polres Sorong untuk program Hoegeng Corner 2025. Panti Asuhan Sinar Kasih ini sudah ada sejak 1995.
"Awal mulanya itu dari 1995 waktu itu, kemudian dikelola dari nenek sampai mama saya, dan nenek waktu itu kelola sampai 2018, kemudian nenek meninggal dilanjutkan oleh Mama. Kemudian Mama kerja, jadi setelah saya lulus jadi Polri dan kemudian nikah tahun 2022, Mama tawarkan kelola panti," kata Bripda Chardes saat berbincang dengan detikcom, Senin (10/11/2025).
Panti asuhan ini sudah mendapatkan SK oleh Dinas Sosial Kabupaten Sorong. Hingga saat ini, ada 50 anak yang tinggal di panti asuhan.
"Kita buat pengurusan semua sampai ke Dinas Sosial, atas nama istri saya. Yang terdaftar 50 semua, termasuk SMP dan kuliah, balita juga ada," tutur dia.
Chardes mengatakan panti asuhan ini memiliki dua gedung. Gedung pertama dibangun pada 2002, sementara gedung baru dibangun pada 2022 atas dana hibah dari DPR Provinsi Papua.
"Yang terbaru kami punya ini 3 lantai itu bantuan dari dana hibah DPR Provinsi. Semua dari Dewan itu, kemarin total pembangunan 3 lantai itu Rp 6 miliar," jelasnya.
Biaya operasional panti asuhan ini setiap bulannya sekitar Rp 15-20 juta. Biaya berasal dari dana pribadi Bripda Chardes dan istri, bantuan dari donatur, hingga Dinas Sosial.
"Kalau dengan istri ya kurang lebih Rp 8-9 juta (per bulan), karena kita ada usaha juga, terus Mama juga ada kerja, Bapak juga ada kandang babi, ternak kan, dan kita semua bantu-bantu, dari uang Dinas Sosial juga," ucap dia.
Anak-anak yang tinggal di panti asuhan belajar di sekolah negeri dekat lokasi. Tiga anak di panti asuhan ini telah kuliah.
"Sekolah negeri, di kompleks sini kan ada SD dan SMP. SMA dan kuliah yang agak jauh, harus pakai transportasi. Kalau SD-SMP dekat, jalan kaki. Yang kuliah tiga orang, di Sorong, dekat saja," sebut dia.
Selain kegiatan sekolah, anak-anak di panti asuhan juga mengikuti program. Salah satunya terkait program keagamaan.
"Program kami ya jelas untuk menuntut pribadi yang mengenal Yesus dan kemudian punya pendidikan dan bisa belajar dengan baik dan bisa punya masa depan yang baik," ucap dia.
Anak-anak yang tinggal di panti asuhan ini mayoritas anak asli Papua. Bripda Chardes mengajak anak-anak agar memiliki masa depan yang lebih baik.
"Memang kami sudah punya hati dan komitmen yang besar untuk bisa peduli dengan anak-anak ini. Makanya kami langsung terima dan sampai sekarang ini," ucap dia.
Bripda Chardes mengatakan kepedulian terhadap anak-anak ini telah diajarkan oleh neneknya. Chardes mengatakan kepedulian ini sudah ditanamkan sejak dirinya kecil.
"Tergerak ya karena sudah lihat dari Nenek, Mama, kita anak-anak juga pasti otomatis punya kepedulian, apalagi anak-anak ini kan mereka banyak kekurangan, ada yang yatim, ada yang piatu," jelas Chardes.
Terlebih, kata dia, anak-anak kampung di Papua masih kekurangan akses pendidikan. Karena itu, dia mengajak anak-anak untuk tinggal di panti asuhan dan disekolahkan di tempat yang layak.
"Kita lihat di Papua kan untuk sekolah, apalagi di kampung-kampung, itu kan gurunya tidak terlalu produktif, makanya kita datangi di kampung-kampung. Kita lihat yang orang tuanya bisa mau memberikan anak-anaknya untuk kita sekolahkan di kota, ya kita ambil terus kita bina di panti asuhan," katanya.
Chardes bersyukur karena anak-anak yang pernah tinggal di panti asuhannya telah sukses. Dia menyebut mereka ada yang menjadi guru hingga tentara.
"Untuk yang sudah berhasil ada sekitar 8 orang, kebanyakan tentara, PNS, dan guru," pungkasnya.
Simak Video "Video: Aipda Santho Tutup Celah Penyimpangan Anggaran, Raih 'Bendahara Satker Terbaik'"
(lir/knv)