Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza mengungkap salah satu tugas dari Presiden Prabowo Subianto. Tugas itu adalah menyapa dan berdialog dengan semua komponen, pemangku kepentingan pendidikan termasuk di daerah-daerah yang terdepan maupun terluar.
Hal ini disampaikan oleh Wamendikdasmen Fajar Riza Ul Haq dalam 'Dialog Pendidikan' di Tarakan, Kalimantan Utara, Selasa (2/12). Wamen Fajar membeberkan sejumlah program yang sedang dan akan dilakukan ke depannya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Di antaranya pembangunan infrastruktur, baik itu fisik dan juga infrastruktur pendukung pembelajarannya.
"Ada beberapa hal yang sudah dan akan dilanjutkan ke depannya terkait bagaimana caranya kita sama-sama menggotong dunia pendidikan kita agar betul-betul bisa menciptakan pendidikan yang bermutu untuk semua. Beberapa hal tersebut merupakan mandat dari Bapak Presiden Prabowo, karena beliau punya perhatian yang sangat tinggi terhadap pendidikan kita," ujar Wamen Fajar dalam keterangannya, Kamis (4/12/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fajar kemudian mengungkit pidato Presiden Prabowo pada Puncak Hari Guru Nasional 2025. Menurutnya komitmen Presiden Prabowo terhadap pendidikan sesungguhnya sangat besar. Dia mengatakan bahwa di dalam darah Prabowo mengalir darah seorang tokoh besar bernama Profesor Soemitro Djojohadikoesoemo.
"Profesor Soemitro itu lebih banyak dikenal sebagai seorang ekonom, teknokrat ulung, tetapi belum banyak orang yang tahu bahwa sebenarnya Profesor Soemitro juga merupakan salah satu arsitek kebijakan pendidikan nasional. Beliau adalah anggota Komisi Pembaharuan Pendidikan Nasional yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan Daoed Joesoef. Komisi Pembaharuan Pendidikan Nasional inilah yang merumuskan pokok-pokok kebijakan sistem pendidikan nasional yang pada akhirnya melahirkan Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989," terang Wamen Fajar.
Wamendikdasmen Fajar Riza dalam dialog pendidikan di Kaltara (Foto: dok. Istimewa) |
Dia menyebut konsep sistem pendidikan nasional ada berkat peran dari ayah Prabowo tersebut. Sehingga dia tak heran konsep tentang pendidikan itu mengalir ke Prabowo.
"Peletak dasar kebijakan pada konteks Sisdiknas tersebut adalah salah satunya Profesor Soemitro. Jadi, saya mengatakan bahwa memang dalam diri Bapak Presiden itu ada darahnya seorang yang berkomitmen terhadap pendidikan. Maka tidak heran, banyak kegiatan beliau, kebijakan beliau terkait pendidikan itu sangat bersifat masif dan kolosal," katanya.
Salah satu kebijakan pemerintah saat ini, ungkap Wamen Fajar, adalah pembangunan infrastruktur atau revitalisasi sekolah. Tahun ini ada sekitar 16 ribu lebih sekolah yang direvitalisasi. Padahal, target awal hanya 10.440 sekolah.
"Dengan pendekatan swakelola yang dilakukan secara gotong royong, jumlahnya kemudian melonjak menjadi 16 ribu lebih satuan pendidikan dengan anggaran yang sama. Bapak Presiden di Puncak Hari Guru menyampaikan, sebagai tanda beliau bergembira dengan capaian ini, di tahun depan angka sekolah yang akan menerima bantuan revitalisasi akan dilipatgandakan. Angkanya mencapai 60 ribu sekolah," tutur Wamen Fajar.
Ia menilai sistem swakelola ini mendapat sambutan baik dan dukungan dari banyak pihak, karena dapat menghidupkan ekonomi masyarakat setempat melalui penyerapan tenaga kerja sekitar.
"Dari program revitalisasi yang sebelumnya dan tengah berjalan saat ini, itu sudah bisa merekrut tenaga kerja tidak kurang 300 ribu orang. Artinya apa? Kalau ada 300 ribu orang yang ikut dalam program ini artinya ekonomi mereka juga bergerak. Dapurnya bisa ngepul, dapurnya bisa hidup," jelas Wamen Fajar.
Di samping infrastruktur fisik, pemerintah juga memberikan bantuan berupa interactive flat panel (IFP) sebagai sarana pendukung pembelajaran. IFP ini, kata Fajar, merupakan inisiasi Presiden Prabowo yang meyakini bahwa Indonesia akan mampu melakukan lompatan besar dalam dunia pendidikan, dan salah satu caranya adalah dengan mendorong digitalisasi pembelajaran.
"Ini adalah revolusi sebenarnya. Revolusi dalam dunia pendidikan kita, yakni memperkuat infrastruktur fisik dan juga infrastruktur pendukung pembelajaran yang mungkin di era Reformasi ini baru pertama kali dilakukan oleh Bapak Presiden Prabowo. Setahu saya, yang pernah melakukan revolusi di bidang pendidikan adalah Presiden Soeharto. Beliau membangun yang namanya SD Inpres," ungkapnya.
"Jumlah SD Inpres yang dibangun selama masa Orde Baru mencapai hampir 150.000 unit hingga tahun 1993-1994. Nah, sejak itu, belum ada Presiden yang melakukan pembangunan infrastruktur pendidikan yang semasif, sekolosal Pak Soeharto kecuali sekarang adalah Pak Prabowo," pungkasnya.
Acara ini dihadiri oleh Walikota Tarakan dr. Khairul bersama Wakil Walikota Tarakan Ibnu Saud, PGRI, PKBM, dan seluruh guru di Tarakan.
Wamendikdasmen Fajar Riza dalam dialog pendidikan di Kaltara (Foto: dok. Istimewa) |
Tonton juga video "Wamendikdasmen Mau Guru Fokus Tugas Profesi, Bukan Urus Administratif"
(lir/dhn)












































