Sempat Mati Suri, Pemkab Badung Dorong Kebangkitan Komoditas Kakao

Sempat Mati Suri, Pemkab Badung Dorong Kebangkitan Komoditas Kakao

Gezita Inova Rusyda - detikNews
Kamis, 04 Des 2025 17:35 WIB
Sempat Mati Suri, Pemkab Badung Dorong Kebangkitan Komoditas Kakao
Foto: Pemkab Badung
Jakarta -

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung terus mendorong kebangkitan komoditas kakao yang sempat mati suri di wilayahnya. Upaya revitalisasi kini mulai membuahkan hasil, ditandai dengan tumbuhnya kembali minat petani hingga kesuksesan ekspor fermentasi biji kakao.

"Kakao juga salah satu komoditi yang sudah kami garap. Kami ingin menghidupkan kembali komoditi kakao di Badung, yang sekitar tahun 1980 sampai 1990 itu sempat menjadi salah satu primadona petani," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Diperpa) Kabupaten Badung, I Wayan Wijana, dalam keterangan tertulis, Kamis (4/12/2025).

Minat petani Badung terhadap kakao sempat menurun drastis setelah komoditas ini terserang penyakit. Selain itu, kondisi tanaman kakao yang mayoritas sudah tua turut menjadi penyebab terhambatnya produksi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setelah itu karena ada serangan penyakit, jadi minat petani menjadi berkurang. Sekarang kondisinya sudah banyak yang umur tanaman kakao kita itu rata-rata umurnya sekitar 20 sampai dengan 35 tahun," jelas Wijana.

ADVERTISEMENT

Melihat perkembangan harga kakao dunia yang membaik dan permintaan yang meningkat, Diperpa Badung memulai lagi program pengembangan kembali komoditas ini. Program ini merupakan bagian dari misi Pemkab Badung untuk menumbuhkan pusat-pusat perekonomian baru.

"Maka kami mencoba sejak 2 tahun lalu untuk membangkitkan kembali pengembangan tanaman kakao. Kita dorong, beri motivasi lagi ke masyarakat agar merawat tanaman kakaonya," ujar Wijana.

Hasilnya, lahan perkebunan kakao aktif salah satunya terdapat di Banjar Lipah, Desa Petang yang dikelola swadaya oleh warga seluas 20 hektar. Kemudian, Diperpa Badung menambah luasan demplot kakao dan hingga kini masih aktif seluas 35 hektar.

Wijana menerangkan bahwa pengembangan kakao di Badung dilakukan melalui pendampingan intensif kepada petani dalam hal perawatan dan pemeliharaan, termasuk kerja sama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Jember. Petani juga mendapat bantuan bibit varietas baru yang lebih produktif dan dilatih membuat kakao fermentasi.

"Kami kolaborasi meremajakan tanaman kakao. Kemudian kami dampingi bagaimana memelihara supaya kakao yang dihasilkan ini kualitasnya oke. Yang penting juga, kami latih petani supaya bisa membuat fermentasi kakao," terang Wijana.

Menurut Wijana, hasil dari pendampingan dan peremajaan ini memperlihatkan minat petani kembali tumbuh, dan produksi kakao Badung kembali meningkat. Bahkan, Badung sudah mampu mengekspor biji kakao fermentasi, meski volumenya masih kecil.

"Produksi kakao kita juga sudah mulai tumbuh, dan bahkan beberapa waktu lalu kami juga sudah bisa mengekspor fermentasi kakao ke luar negeri, walaupun jumlahnya masih kecil," papar Wijana.

Ke depannya, Pemkab Badung berencana fokus pada program hilirisasi kakao agar komoditas ini menjadi andalan petani Badung. Pemerintah akan terus mendampingi petani untuk memaksimalkan potensi kakao.

"Nah, dengan perkembangan ini tentu kami berharap para petani kakao kita semakin bergairah, dan tentu juga pemerintah akan terus mendampingi, terutama dalam hal bagaimana kita bisa hilirisasi kakao, sehingga betul-betul nanti kakao bisa menjadi salah satu andalan petani Badung," pungkas Wijana.

Tonton juga video "Membuat Cokelat Tanpa Biji Kakao Bisa Jadi Solusi Ramah Lingkungan"

(anl/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads