Asal-usul Gelondongan Kayu Hanyut di Sumatera Mulai Diusut

Duka dari Utara Sumatera

Asal-usul Gelondongan Kayu Hanyut di Sumatera Mulai Diusut

Eva Safitri, Anggi Muliawati - detikNews
Kamis, 04 Des 2025 07:04 WIB
Asal-usul Gelondongan Kayu Hanyut di Sumatera Mulai Diusut
Kayu gelondongan banjir bandang di Tapanuli Selatan. (ANTARA FOTO/Yudi Manar)
Jakarta -

Pemerintah mulai menyelidiki gelondongan kayu yang terbawa arus banjir dan longsor saat bencana di Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar). Pemerintah tak menutup kemungkinan menyasar sejumlah pihak jika ditemukan pelanggaran di balik gelondongan kayu tersebut.

Untuk mengusut gelondongan kayu, pemerintah menerjunkan satgas penertiban kawasan hutan ke Sumatera. Satgas penertiban kawasan hutan terdiri dari lintas kementerian dan lembaga.

"Saat ini satgas penertiban kawasan hutan sudah turun tangan, menelusuri dugaan gelondongan kayu yang terbawa arus banjir," kata Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (3/12).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pengusutan gelondong kayu, pemerintah menggunakan citra satelit. Pemerintah tak main-main membidik aktor pelanggar diduga terkait gelondong kayu di Sumatera.

ADVERTISEMENT

"Pemerintah terus menelusuri pihak-pihak yang diduga melakukan pelanggaran melalui analisis citra satelit," ujarnya.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno bersama pimpinan lembaga lainnya saat konferensi pers Penanggulangan Bencana Sumatera di Posko Bencana Halim, Jakarta, Rabu (3/12/2025). Pemerintah menyampaikan alasan tidak menetapkan banjir di sejumlah wilayah Sumatra sebagai bencana nasional. Pemerintah menilai penanganan yang dilakukan saat ini telah berskala nasional.Menko PMK Pratikno bersama pimpinan lembaga lainnya saat konferensi pers Penanggulangan Bencana Sumatera di Posko Bencana Halim, Jakarta, Rabu (3/12/2025). Pemerintah menyampaikan alasan tidak menetapkan banjir di sejumlah wilayah Sumatra sebagai bencana nasional. Pemerintah menilai penanganan yang dilakukan saat ini telah berskala nasional. (Gilang Faturahman/detikcom)

Hal senada disampaikan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Sigit mengatakan telah berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan untuk memulai penyelidikan. Polri tidak menutup kemungkinan melakukan tindakan hukum terhadap pelanggaran gelondong kayu.

"Terkait masalah penegakan hukum, terkait temuan kayu gelondong yang terkelupas, kami secara lisan sudah berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan. Besok kami akan rapat bersama untuk menurunkan tim gabungan untuk melakukan proses penyelidikan, pendalaman, terkait dengan peristiwa yang terjadi," ucap Sigit dalam kesempatan yang sama.

"Tentunya apa bila ada pelanggaran hukum, kita akan proses," imbuhnya.


Kerusakan Lingkungan Perparah Bencana

Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya menegaskan bahwa bencana di Sumatera bukan semata akibat cuaca ekstrem, tetapi ada pemicu kerusakan lingkungan. Pemerintah kini bergerak mengusut faktor-faktor kerusakan lingkungan tersebut.

"Seiring dengan evakuasi dan penanganan korban yang menjadi fokus utama pemerintah, jadi penyebab bencana ini menjadi perhatian juga, dan selain faktor cuaca yang ekstrem tentunya ada faktor kerusakan lingkungan yang memperparah bencana dan ini terus ditelusuri secara serius," kata Teddy bersama sejumlah menteri dan kepala lembaga.

Teddy memastikan pemerintah akan terus mengevaluasi dan menginvestigasi bencana yang terjadi di Sumatera, tanpa meninggalkan evakuasi dan penanganan kepada warga terdampak.

"Dan seiring dengan evakuasi dan penanganan sebagai fokus utama pemerintah melakukan evaluasi dan investigasi secara menyeluruh terkait bencana ini," ujarnya.


Dugaan Gelondongan Kayu Sisa Buka Kebun Sawit

Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq mengungkap ada indikasi gelondongan kayu terseret banjir di utara Sumatera berasal dari pembukaan kebun sawit. Hanif menyebut aktivitas pembukaan kebun sawit menyisakan potongan-potongan kayu tanpa dibakar.

"Ada indikasi pembukaan-pembukaan kebun sawit yang menyisakan log-log. Karena memang kan zero burning, sehingga kayu itu tidak dibakar tapi dipinggirkan," kata Hanif usai rapat bersama Komisi XII DPR di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (3/12).

Foto udara sampah dari kayu gelondongan yang hanyut di danau Singkarak di Nagari Muaro Pingai, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Minggu (30/11/2025). Sampah kayu gelondongan tersebut menumpuk di sepanjang jalur banjir bandang beberapa hari terakhir.  ANTARA FOTO/Wawan Kurniawan/Lmo/nzFoto udara kayu gelondongan yang hanyut di danau Singkarak di Nagari Muaro Pingai, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Minggu (30/11/2025). Sampah kayu gelondongan tersebut menumpuk di sepanjang jalur banjir bandang beberapa hari terakhir. (ANTARA FOTO/Wawan Kurniawan/Lmo/nz)

Hanif mengatakan volume banjir Sumatera yang sangat besar mendorong sisa-sisa kayu tersebut. Akibatnya, gelondongan kayu itu pun terbawa arus sehingga memperparah dampak bencana.

"Ternyata banjirnya yang cukup besar mendorong itu menjadi bencana berlipat-lipat. Ini juga kami akan cek, jadi semua potensi akan kami cek," ucap Hanif.

"Kami mohon dukungan kepada semua, kita untuk dengan teguh menegakkan aturan lingkungan hidup pada posisi bencana ini," sambungnya.

Saksikan Live DetikPagi :

Simak juga Video: Misteri Kayu-kayu Gelondongan yang Hanyut Bersama Banjir di Sumatera

Halaman 2 dari 3
(rfs/dek)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads