Jakarta - Berbeda dengan kapal perang RI lainnya yang sebagian masih mengandalkan sistem manual, teknologi KRI Diponegoro lebih canggih. Semua serba otomatis.Senjatanya pun semakin canggih. Rudalnya mampu menjelajah hingga 75 km.KRI Diponegoro yang baru tiba dari Belanda pukul 09.25 WIB, Jumat (31/8/2007) di Pelabuhan Tanjung Priok memiliki panjang geladak utama 90 meter dengan lebar 12,2 meter, tinggi 8,2 meter, dan mempunyai kecepatan jelajah 25,2 knot (40 km/jam) Interiornya apik, warnanya putih mulus dengan lantai bercat hijau, tidak seseram yang dibayangkan. Dek utamanya seperti kapal pesiar. Di buritan terdapat sebuah landas pacu helikopter dan perahu karet bermesin.Sejatinya kapal ini memiliki tiga dek. Dek pertama digunakan untuk ruang mesin otomatis yang terlihat canggih. Jika di KRI lain ada kerusakan, biasanya mekanik akan meneliti satu per satu bagian yang rusak secara manual. Namun dengan sistem otomatis, kerusakan yang terjadi di bagian KRI Diponegoro akan terlihat di layar monitor.Dek kedua kapal yang mampu menampung kelasi 80 orang ini terdiri dari kamar-kamar tidur, minibar dan ruang pertemuan. Sedangkan dek paling atas untuk ruang navigasi.Di atas ruang navigasi terdapat ruang rudal yang kendalinya berada di dek bawah.Di ruang ini terdapat 4 rudal anti kapal seri MM40-Exocet. Rudal ini memiliki jelajah 75 km. Radar bisa langsung membaca titik sasaran yang diincar.KRI Diponegoro juga memiliki misil rudal anti pesawat (mistral) dengan jelajah tembak 5 km."Kenapa jarak dekat karena dalam pertempuran laut udara, umumnya pesawat menunggu dan tidak berani mendekat ke kapal. Sekali terlacak radar, pesawat bisa langsung kena," kata Panglima Koarmatim Laksamana Muda TNI (P) Moekhlis Sidiq kepada wartawan.Selain itu, di ruang nakhoda ada alat otomatis mengemudi. Apabila keadaan gawat darurat perang dan kemudi manual rusak, alat itu langsung bekerja otomatis dengan komputer. Nakhoda cukup memutar kunci alat ini yang berada di atas kepalanya.Di ruang navigasi, seluruh peralatan juga sudah otomatis. Namun masih ada beberapa layar yang belum terhubung karena masih menunggu peralatan. "Tinggal dikirim, programnya sudah ok," kata dia. Rencananya, TNI AL masih akan terus menambah peralatan tempur secara bertahap. "Beli alat tempur kan nggak kayak beli motor, ada aturan internasional. Ada seleksinya," kata dia. Amunisi, misalnya. Semula KRI Diponegoro akan dipasang peluru 145 mm, tapi karena ada aturan bahwa negara di luar NATO tidak boleh, akhirnya dipilih ukuran 115 mm."Tapi kalau pakai 145 mm memang menambah beban. Saat menembak akan tertekan ke bawah," katanya.KRI Diponegoro digerakkan dengan bahan bakar HSB solar dengan oli dari Shell. Kapal ini memerlukan 350 ton bahan bakar.KRI Diponegoro merupakan satu dari 4 kapal perang yang dipesan dari Belanda. Rencananya 3 kapal lain akan didatangkan secara bertahap hingga 2010. Harga satu unit kapal mencapai 170 juta Euro atau sekitar Rp 2,2 triliun.
(umi/asy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini