Jakarta - Banyak yang merasa kehilangan Ong Hok Ham yang tutup usia pada Kamis 30 Agustus 2007 malam. Ong dianggap sejarahwan senior yang cerdas.Itulah kesan kolega Ong, sejarahwan Anhar Gonggong, yang disampaikan pada
detikcom, Jumat (31/8/2007)."Saya sangat merasa kehilangan. Dia itu senior yang cerdas, pintar dan tulisannya banyak. Saya banyak belajar dari dia," kata Anhar.Anhar mengatakan, dedikasi Ong terhadap sejarah luar biasa. Anhar mencontohkan Ong yang mendirikan yayasan untuk mendidik sejarahwan muda."Jadi walaupun dia sakit, tetap memikirkan sejarahwan muda," ujar Anhar.Terakhir kali bertemu dengan Ong, imbuh Anhar, pada tahun 2000 atau 2001 dalam sebuah acara diskusi. "Dia memang sudah lama sakit stroke. Namun, sejak itu saya belum bertemu dia lagi," tutur mantan Deputi Sejarah dan Kepurbakalaan Depbudpar ini.Anhar yang mengenal Ong sejak tahun 1980-an mengaku kaget ketika diberitahu temannya bahwa Ong Hok Ham meninggal kemarin malam. Dia masih menunggu kabar lanjutan dari teman-temannya, Ong akan dimakamkan di mana dan pukul berapa."Saya masih menunggu informasi,"" kata dosen sejarah di Unika Atmajaya, Universitas Indonesia, dan Universitas Negeri Jakarta, ini.Saat ini jenazah Ong disemayamkan di rumah duka RS Dharmais, Jl S Parman, Jakarta Barat.Ong lahir pada 1 Mei 1933. Namanya moncer karena rajin menulis artikel di media massa. Kumpulan tulisannya di majalah Tempo diterbitkan dengan judul
Wahyu yang Hilang, Negeri yang Guncang.
(nwk/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini