Program Optimalisasi Lahan (OPLAH) 2025 membawa perubahan nyata bagi petani Jember, terutama bagi mereka yang sebelumnya tidak tersentuh bantuan. Kini, banyak petani bisa menanam padi lebih dari sekali setahun sekaligus terlibat langsung dalam pembangunan infrastruktur pertanian di desa mereka.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember di bawah kepemimpinan Gus Fawait menjalankan program ini dengan mekanisme swakelola, memberi kebebasan pada petani untuk mengelola kegiatan sesuai kebutuhan lapangan.
"Dalam program ini, seluruh kegiatan dijalankan menggunakan sistem swakelola tipe IV, di mana dana ditransfer langsung ke rekening kelompok tani dan dikelola sepenuhnya oleh mereka," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (28/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Program yang dikelola oleh Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DTPHP) Jember ini mengalokasi lahan hingga 4.410 hektare dengan melibatkan 107 kelompok tani. Hingga akhir November, progres pembangunan fisik telah mencapai sekitar 80% dengan serapan keuangan sekitar 72%, menjadi salah satu realisasi tertinggi untuk program pemberdayaan pertanian di Jember.
Bagi petani yang selama puluhan tahun tidak pernah menerima bantuan, OPLAH menjadi momentum penting. Banyak daerah terpencil kini dapat menikmati akses air untuk pertama kali, meningkatkan peluang menanam padi lebih dari satu kali setahun, sekaligus menumbuhkan rasa memiliki terhadap infrastruktur yang mereka bangun sendiri.
Kepala Dinas DTPHP, Ir. Mochamad Sigit Boedi Ismoehartono, M.P, menegaskan tidak ada pungutan dalam pelaksanaan program. Ia menambahkan bahwa OPLAH bukan sekadar program teknis, tetapi gerakan besar untuk mewujudkan kedaulatan pangan Jember.
"Seluruh anggaran diterima utuh oleh kelompok tani dan diawasi melalui tim teknis serta tim pengawas agar tetap sesuai pedoman," jelasnya.
Program OPLAH 2025 sendiri menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur air dan dukungan sarana produksi bagi petani. Langkah-langkah penting termasuk perbaikan saluran irigasi, normalisasi alur air, dan pemanfaatan sumber air baru, yang memungkinkan peningkatan indeks pertanaman (IP) dari IP 1 menjadi IP 2, bahkan menuju IP 3. Selain itu, para petani menerima dukungan biaya olah lahan dan pupuk urea non-subsidi sebanyak 30 kilogram per hektare, yang telah tersalurkan dan dimanfaatkan sepenuhnya oleh kelompok tani.
Adapun dampak dari program ini dirasakan langsung oleh petani di berbagai kecamatan. Banyak dari mereka yang sebelumnya hanya menanam padi sekali setahun kini bisa memperluas pola tanam. Antusiasme ini terlihat dari usulan OPLAH 2026 yang mencapai 11.000 hektare, padahal kuota awal hanya sekitar 5.000 hektare, menunjukkan program ini relevan, efektif, dan memberi solusi nyata atas permasalahan pertanian yang lama tidak terselesaikan.
Dengan kolaborasi erat antara pemerintah, penyuluh, kelompok tani, dan masyarakat, OPLAH 2025 menjadi tonggak penting dalam pembangunan pertanian Jember. Target produksi padi ditetapkan hingga 1 juta ton pada 2026, sementara saat ini Jember berada di angka 602 ribu ton, menempati posisi keempat di Jawa Timur dan bersaing dengan Lamongan, Ngawi, dan Bojonegoro.
Tonton juga video "Spirit Narji Cagur Dorong Anak Muda Bertani: Negara Ini Subur"
(ega/ega)










































