Jakarta - Tak terasa sudah 50 tahun Indonesia menjalin persahabatan dengan Malaysia. Selama itu, hubungan keduanya memang tak selalu mulus.Di mata orang Indonesia, Malaysia kerap dianggap arogan. Sedangkan orang Indonesia di mata Malaysia dinilai tidak berkompeten.Kesan ini utamanya muncul tatkala membicarakan isu buruh migran. Opini publik yang berkembang, buruh migran diasosiasikan dengan orang yang tidak bersekolah, tidak memiliki informasi, punya masalah sosial, dan tak berdokumen."Seperti kebanyakan stereotipe, imej mental ini secara esensial salah dan menyesatkan," ujar mantan Menlu Ali Alatas dalam seminar publik bertajuk '50 Years Indonesia- Malaysia relations' di Hotel Shangri La, Jakarta, Selasa (28/8/2007).Kini, di Malaysia masih ada tak kurang dari 1,5 juta TKI. Beberapa masalah menyertai keberadaan mereka. Bila tidak ditangani dengan baik bisa menjadi bom waktu yang dapat meledak sewaktu-waktu."Buruh migran Indonesia adalah manusia yang hak-haknya tidak bisa dicabut, apapun situasinya," beber Ali.Apalagi, lanjut dia, TKI berkontribusi pada negara asal dan negara penerimanya.Malaysia dianggap arogan karena adanya persepsi, pekerja migran Indonesia kerap diancam dengan ketidakbebasan, dan juga kekerasan."Stereotipe ini sudah berlangsung lama dan bisa menimbulkan ketegangan 2 negara. Karena itu perlu ada upaya menyelesaikan masalah-masalah itu," imbuh Ali.Persahabatan 2 negara lebih dari sekadar hubungan institusional, melainkan juga hubungan personal.
(nvt/mly)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini