×
Ad

Barantin Perkuat Sinergi Jaga Biodiversity demi Ekonomi Tumbuh

Hana Nushratu Uzma - detikNews
Selasa, 25 Nov 2025 10:05 WIB
Foto: Andika Prasetia
Jakarta -

Badan Karantina Indonesia (Barantin) menggelar talkshow 'Sinergi Menjaga Sumber Daya Hayati, Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi'. Talkshow ini digelar dalam rangka merayakan hari jadinya ke-148 tahun.

Membuka acara, Menteri Koordinator Bidang Pangan RI Zulkifli Hasan (Zulhas) menilai peran karantina sangat strategis karena menjadi pintu awal pengawasan masuk-keluarnya komoditas. Ia menekankan bahwa fungsi karantina bukan hanya urusan teknis, tetapi berkaitan langsung dengan perlindungan sektor pertanian dan ketahanan pangan nasional.

"Badan Karantina adalah pintu paling depan untuk melindungi Indonesia. Jadi fungsinya sangat strategis," ujar Zulhas, Sabtu (22/11/2025).

"Bagaimana kita melindungi pertanian kita, kita melindungi pangan kita dari serbuan, dari produk-produk yang sudah bisa kita produksi atau produk-produk yang bisa merusak apa namanya, pangan kita di dalam negeri," sambungnya.

Dalam sambutannya, Kepala Barantin Dr Sahat Manaor Panggabean menekankan pentingnya kesatuan langkah antara pemerintah dan pelaku usaha. Menurut Dr Sahat, kelancaran logistik dan perdagangan tidak akan tercapai jika koordinasi antar pihak berjalan sendiri-sendiri.

"Saya sudah katakan, kalau membangun Indonesia itu, hanya bisa jalan, ketika pemerintah dan pelaku itu satu tim menghadapi negara mitra kita. Kalau pemerintah dengan pelaku usaha itu tidak satu tim, pasti pergerakan barangnya nggak akan lancar, pasti ada masalah," jelas Dr Sahat.

Talkshow ini hadir sebagai momentum refleksi sekaligus peneguhan komitmen untuk memperkuat peran strategis karantina. Acara berdurasi sekitar 60 menit ini menghadirkan narasumber dari berbagai sektor, antara lain: Deputi Bidang Karantina Ikan Barantin Dr Drama Panca Putra; Anggota Komisi IV DPR RI Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri; Guru Besar FKM UI, Prof. drh. Wiku Bakti Bawono Adisasmito, M.Sc, Ph.D; Sekjen GPEI, Toto Dirgantoro; serta Direktur Utama Nusatic Nusapet, Sugiarto Budiono.

Talkshow Badan Karantina Indonesia Foto: Andika Prasetia

Dari sisi karantina ikan, Deputi Karantina Ikan Barantin, Dr Drama Panca Putra menjelaskan bahwa transformasi karantina dalam dua tahun terakhir tidak lagi berorientasi pada pencegahan semata, melainkan membangun sistem pengawasan yang lebih menyeluruh.

"Dalam dua tahun ini, kita sudah melakukan berbagai upaya untuk transformasi diri, saya kira. Awalnya kami berfokus pada pencegahan, pencegahan terhadap hama penyakit," kata Dr Drama.

"Tapi saat ini kita tidak hanya fokus pencegahan. Tindakan yang tadinya hanya tindakan sendiri, tetapi sudah tindakan sistem," sambungnya.

Ia juga menyinggung isu keamanan udang Indonesia yang sempat dikhawatirkan kualitasnya, dan menegaskan hasil pengawasan menunjukkan komoditas tersebut aman. Sebagaimana diketahui, udang Indonesia diduga tercemar radionuklida Cesium-137.

"Itu seperti gas balik, jadi jangan ada kekhawatiran udang kita tercemar. Dan satu-satunya untuk menjaga sumber daya hayati ini adalah ya karantina, keberadaan karantina di border ini," kata Dr Drama.

Anggota Komisi IV DPR RI Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri turut mengingatkan kekuatan terbesar Indonesia terletak pada biodiversity (keanekaragaman hayati). Oleh karena itu, karantina dipandang sebagai instrumen penting menjaga keunggulan komparatif tersebut agar tetap menjadi modal pembangunan nasional.

"Kalau saya serius Pak Sahat ya, dengan kerangka ilmiah dan sains yang saya miliki, harusnya negara ini maju ya. Asal semua pihaknya mengeluarkan jurus terbaik, kami DPR mencoba begitu dengan Ibu Titiek, Mas Wiku ya," kata Prof Rokhmin.

"Kemudian birokrasinya, pengusahanya, dan observasi penelitian profesional saya mengatakan bahwa komparatif advantage yang dimiliki bangsa Indonesia yang paling raksasa tidak lain, tidak bukan adalah biodiversity," sambungnya.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Prof drh Wiku Bakti Bawono Adisasmito, PhD menyoroti tantangan menjaga keseimbangan antara pengawasan ketat dan kelancaran ekonomi. Ia menilai pendekatan berbasis sains dan teknologi, termasuk pemanfaatan basis data Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) hama penyakit, bisa menjadi solusi agar pemeriksaan lebih cepat tanpa mengurangi aspek keamanan.

"Tetapi kalau menjaganya terlalu ketat, tidak ada pergerakan. Jadi kan yang penting adalah lancar secara ekonomi, tapi aman terhadap hama dan penyakit," kata Prof Wiku.

Prof Wiku sendiri dipercaya sebagai Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 pada Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Menurutnya, hal itulah merupakan PR yang dihadapi saat pandemi melanda.

"Bayangkan kalau Indonesia, ini belum ada nih di dunia yang pakai seperti ini. Kalau daftar hama penyakitnya itu masuk dalam list yang ada DNA-nya, kita bisa masukkan dalam database sehingga pemeriksaannya lebih mudah," tutur Prof Wiku.

Dari kalangan eksportir, Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Toto Dirgantoro menilai kemajuan karantina berdampak langsung pada kelancaran arus barang. Ia mengingatkan pengalaman sebelumnya ketika karantina berada di belakang proses kepabeanan, sehingga menimbulkan kerugian bagi importir maupun eksportir.

"Di situlah kita berjuang untuk bagaimana karantina bisa di depan bea cukai. Karena pada saat itu banyak barang-barang import kita, terutama daging dan lain sebagainya yang sudah SSP (Surat Setoran Pajak). Berarti importir kita sudah bayar pajak, PDRI (Pajak Dalam Rangka Impor), semua ini," ujar Toto.

Talkshow Badan Karantina Indonesia Foto: Andika Prasetia

"Tapi begitu di pelaksanaan, karantina tidak boleh masuk. Kita sangat bersyukur sekali dengan kemajuan karantina yang ada," sambungnya.

Toto mengatakan adanya kemajuan karantina di Indonesia menguntungkan semua pihak. Sehingga barang-barang ekspor Indonesia juga tidak tertolak di negara tujuan.

Pelaku usaha lain, Direktur Utama Nusantic Nusapet Sugiarto Budiono mendorong penguatan promosi produk unggulan Indonesia di pasar global. Menurut Sugiarto, keberhasilan ekspor tidak hanya ditentukan kualitas produksi, tetapi juga sistem karantina yang kuat dan sinergi semua pihak.

"Kami bersama dengan teman-teman, ada 53 orang. Kita berkumpul bersama, share bersama, membuatlah acara Nusatic (Nusantara Aquatic) di tahun 2016," kata Sugiarto.

"Dan terbukti 2023 kita sudah melampaui Singapura. Kami ingin mempromosikan produk-produk unggulan Indonesia," sambungnya.

Sugiarto menambahkan baik di komoditas, peternakan, perikanan, hortikultura (termasuk herbal Indonesia). Menurutnya, herbal Indonesia punya nilai jual global, sehingga harus lebih serius dipromosikan keluar negeri.

"Jadi kami berharap nanti dari seluruh kita (pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha) bersatu," kata Sugiarto.

Talkshow 'Sinergi Menjaga Sumber Daya Hayati, Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi' menegaskan penguatan peran karantina tidak bisa dipisahkan dari kolaborasi semua pihak. Dengan pengawasan yang makin berbasis sistem dan sains, Barantin diharapkan mampu menjaga keamanan hayati sekaligus mendukung kelancaran perdagangan nasional dan daya saing ekspor Indonesia.

Sebagai informasi, acara ini didukung oleh PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA) dan PT Suri Tani Pemuka.



Simak Video "Video Airlangga Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Sepanjang 2025 Capai 5,2%"

(anl/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork