Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno bercerita terkait kisah masa kecilnya yang penuh kesulitan dan tekanan. Rano mengaku pernah susah dan di-bully waktu kecil.
Hal itu disampaikan Rano saat menghadiri Kampanye Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (HAKTPA) serta Peringatan Hari Ibu 2025 di Balai Kota Jakarta. Rano mengaku tumbuh besar di kawasan Kemayoran, Pasar Senen, yang pada masa itu dekat dengan kawasan prostitusi dan pasar burung. Kondisi ekonomi keluarga membuat Rano sering menjadi sasaran ejekan.
"Apakah tidak terjadi pem-bully-an? Terjadi," kata Rano dalam paparannya, Sabtu (22/11/2025).
Dia menceritakan ayahnya, Soekarno M Noer, adalah pemain panggung yang jarang mendapatkan pekerjaan. Menurut Rano, keluarganya bahkan kerap makan sepiring untuk lima orang.
"Saya punya TV dari hadiah festival film, tapi rumah saya nggak punya listrik," ucapnya.
Waktu kecil, Rano mengaku setiap hari harus berjalan kaki dari Kemayoran ke sekolahnya di Gunung Sahari, Jakarta Pusat, karena tak punya uang untuk naik oplet.
"Jangankan beli permen, naik oplet saja nggak bisa," ujarnya.
Rano pun menekankan kesulitan ekonomi bukan alasan untuk menyerah. Ia meminta anak-anak agar menjadikan pengalaman buruk sebagai pemicu untuk tumbuh lebih kuat.
"Saya bisa menjadi Wakil Gubernur melalui tahapan-tahapan seperti itu," katanya.
Dia juga menyebut kesulitan seharusnya membuat seseorang lebih kreatif mencari jalan keluar. "Kehidupan susah harus membuat kamu lebih berimajinasi bagaimana keluar dari kesulitan itu," imbuhnya.
Simak juga Video: Psikolog Ungkap Bentuk-bentuk Bully Masa Kini
(bel/fas)