Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus berupaya untuk membangun sinergi dengan lembaga pendidikan. Hal itu bertujuan untuk merawat nilai-nilai kebangsaan, toleransi dan perdamaian.
Adapun realisasinya yakni melalui kunjungan BNPT ke Pondok Pesantren asuhan KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha yakni Lembaga Pembinaan, Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Al-Qur'an (LP3iA) Narukan, Rembang, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Kunjungan tersebut merupakan silaturahmi bentuk sinergi antara negara, ulama, dan lembaga agama.
"Kami menyampaikan penghargaan mendalam atas penerimaan keluarga besar pesantren serta peran besar pesantren dalam merawat nilai kebangsaan, toleransi, dan perdamaian," kata Kepala BNPT Eddy Hartono dalam keterangan tertulis, Jumat (21/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menambahkan membangun sinergi dengan para ulama dan lembaga pendidikan Islam menjadi bagian yang penting dalam menjaga keamanan Indonesia.
"Lembaga pendidikan Islam selama ini menjadi garda terdepan dalam menyebarkan nilai-nilai moderasi beragama di tengah tantangan global dan dinamika sosial yang cepat berubah," ungkapnya.
Sementara itu, selaku perwakilan pondok KH. Zaimul Umam Nursalim (Gus Umam) menegaskan bahwa pesantren sejak dulu berkomitmen mengajarkan Islam yang damai dan mengharapkan generasi santri menjadi penjaga harmoni sosial.
"Silaturahmi BNPT sungguh berarti bagi kami. Pesantren adalah rumah pendidikan akhlak dan kedamaian, dan kami siap terus bersama menjaga keutuhan bangsa," kata Gus Umam.
Adik Gus Baha ini menambahkan bahwa pesantren memiliki tanggung jawab moral untuk selalu merawat persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menurutnya, nilai-nilai Pancasila, semangat Bhinneka Tunggal Ika, serta landasan konstitusional UUD 1945 harus senantiasa menjadi nafas dalam setiap aktivitas pendidikan dan pembinaan santri.
Sementara itu, Gus Baha berbagi pesan terkait para penyelenggara negara yang harus menjadikan etika sosial sebagai fondasi pembangunan.
"Penting bagi para penyelenggara negara untuk menjadikan etika sosial sebagai fondasi pembangunan. Tidak hanya mendorong pembangunan infrastruktur dan ekonomi tetapi juga menjaga hubungan sosial, adab, dan kepercayaan publik agar pembangunan menjadi menyeluruh," ungkapnya.
Dia melanjutkan, secara peradaban, Indonesia telah mengalami kemajuan karena telah berhasil menyatukan berbagai suku, kesultanan/kerajaan dengan kekhasan dan keistimewaannya sendiri menjadi sebuah negara demokrasi yang mendorong profesionalisme dalam membangun negara.
"Hal ini sejalan dengan pemikiran Ibnu Khaldun, bahwa kemajuan peradaban bukan hanya soal teknis atau kekuatan ekonomi, tapi juga soal adab, tata krama, etika dalam hubungan antar manusia dan social," tutupnya.
Sebagai informasi, kunjungan tersebut tidak hanya untuk berdialog. Namun juga diisi dengan peninjauan lingkungan pesantren dan berinteraksi dengan para santri.
Tonton juga Video: Belajar Zuhud dari Ulama, Jalani Hidup Tanpa Terikat Dunia











































