Kementerian Kebudayaan RI bersama Komite Festival Film Indonesia (FFI) dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar Malam Anugerah Festival Film Indonesia 2025, kemarin malam. Berlokasi di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, perayaan ini menjadi ajang penghargaan tertinggi bagi para insan perfilman Indonesia.
Mengusung tema "Puspawarna Sinema Indonesia", FFI 2025 menekankan spirit keragaman warna, identitas, serta sudut pandang kreatif yang membentuk wajah perfilman nasional. Tema ini merefleksikan keberagaman genre, gaya bertutur, dan ragam pendekatan artistik dalam sinema Indonesia, pada proses penjurian dari karya-karya yang didaftarkan.
Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan, Fadli Zon mengapresiasi keberagaman genre dalam dunia perfilman Tanah Air, yang tidak hanya didominasi genre tertentu. Saat ini, spektrum perfilman Indonesia juga menawarkan spektrum yang luas, mulai dari drama sosial, film dengan narasi lokal yang kuat, cerita kepahlawanan dan sejarah, fiksi ilmiah, hingga film dokumenter.
"Ke depan, saya berharap semakin banyak film Indonesia yang mengangkat narasi kepahlawanan dan sejarah bangsa. Karya-karya yang memperkuat identitas nasional, menumbuhkan kebanggaan, serta mewariskan nilai-nilai luhur kepada generasi muda," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (21/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fadli menambahkan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, Kementerian Kebudayaan memastikan warisan budaya Indonesia tidak hanya terjaga, tetapi juga dimanfaatkan secara optimal. Hal ini bertujuan untuk memperkuat jati diri bangsa, mempererat persatuan nasional, dan memberikan kontribusi bagi peradaban dunia.
Ia juga menyampaikan capaian-capaian dunia perfilman Tanah Air, dimana bioskop Indonesia mencatat hingga November 2025 lebih dari 75 juta penonton yang menikmati film Indonesia. Selain itu, film-film Indonesia berhasil menguasai sekitar 70% pangsa pasar box office nasional.
"Berbagai capaian malam ini merupakan wujud semangat kolektif, keberagaman bangsa, dan kekayaan narasi yang menjadi denyut nadi kebudayaan kita. Mari kita jadikan malam ini momentum untuk memperkuat komitmen bersama memajukan perfilman Indonesia. Dengan kerja keras, kolaborasi, dan semangat yang tak pernah padam, sinema Indonesia akan terus menjadi kekuatan yang menyatukan, menginspirasi, dan mengangkat martabat bangsa," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Komite periode 2024-2026, Ario Bayu menyampaikan semangat yang diusung FFI adalah 'Puspawarna Sinema Indonesia' karena mereka menyadari bahwa kekuatan film tidaklah tunggal. Ia menilai setiap cerita, setiap sudut pandang adalah kepingan mozaik yang membentuk narasi besar tentang Indonesia.
"Kita sedang menyusun bersama sebuah sejarah kolektif tentang siapa kita, di mana kita berdiri, dan ke mana kita melangkah. Tahun ini, kita menyaksikan bagaimana sinema Indonesia tumbuh dengan keragaman yang semakin kaya, puspawarna dari budaya dan imajinasi; serta perspektif yang berbeda-beda namun berpadu dalam satu ruang yang sama, yaitu layar," paparnya.
"Mari kita jadikan malam ini sebagai sebuah refleksi bahwa di tengah hingar-bingar dunia yang semakin cepat, di tengah arus yang tak terbendung, kita para pekerja film Indonesia memiliki peran yang begitu penting. Tidak sekadar menghibur, tetapi juga menjaga martabat kemanusiaan, melestarikan warisan budaya, dan menyalakan obor kritik sosial yang mencerahkan," pungkasnya.
Sebagai informasi, gelaran Festival Film Indonesia mengukuhkan posisi FFI sebagai standar penilaian perfilman nasional yang kredibel, transparan, dan profesional. Proses penjurian telah melibatkan 80 anggota Akademi Citra, 13 asosiasi profesi perfilman, serta Dewan Juri Akhir.
Proses penjurian berlangsung dalam beberapa tahap, yaitu: seleksi awal, rekomendasi akademi citra, penetapan nominasi oleh asosiasi, dan penjurian akhir oleh dewan juri. Pada sejumlah tahap, metode evaluasi mengkombinasikan penilaian berbasis skor atau voting dengan diskusi kualitatif. Penyelenggaraan Malam Anugerah FFI 2025 terasa istimewa karena menandai perayaan usia ke-70 tahun FFI sebagai cerminan kemajuan teknis dan keberagaman sinema nasional.
Turut hadir mendampingi Menteri Kebudayaan, yakni Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha Djumaryo; Sekretaris Jenderal Kementerian Kebudayaan, Bambang Wibawarta; Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra; Staf Khusus Menteri Bidang Media dan Komunikasi Publik, Muhammad Asrian Mirza; Ketua Lembaga Sensor Film RI, Naswardi; dan jajaran Kementerian Kebudayaan. Hadir pula Didit Hediprasetyo; Wakil Gubernur D.K Jakarta, Rano Karno; Duta besar Perancis, Fabien Penone; serta para artis dan juga insan perfilman Tanah Air.
(ega/ega)










































