Kementerian Kebudayaan RI telah menyelenggarakan special screening film Awal Mula Buya Hamka Volume 3 di studio XXI Ciputra Kuningan dalam rangka memperingati Hari Islam Internasional dan menyemarakkan Santri Film Festival 2025.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon menyampaikan film Awal Mula Buya Hamka (Vol. 3) merupakan sebuah biopik yang dia harapkan dapat memperoleh apresiasi besar dari masyarakat Indonesia. Menurutnya, hampir seluruh aspek produksi mencapai tingkat artistik yang tinggi, sekaligus menyimpan banyak pelajaran penting yakni sejarah, ekspresi budaya, konflik, alur cerita, hingga sisi-sisi pribadi Buya Hamka.
"Kita juga disajikan perjalanan Buya Hamka mengembangkan dirinya sebagai ulama, belajar dari banyak guru, serta berbagai hal menarik yang dapat menginspirasi dan memotivasi kita. Buya Hamka adalah sosok multi-talenta: ulama, penulis, wartawan, pendidik, sekaligus sastrawan dengan karya-karya besar, termasuk Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka'bah, dan roman-roman lain seperti Si Sabariah," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Kamis, (20/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Fadli menilai film yang mengangkat keteladanan perjuangan, pemikiran, dan spiritualitas Buya Hamka ini menggambarkan sosoknya yang juga seorang ulama, sastrawan, dan tokoh bangsa dengan warisannya yang terus menginspirasi lintas generasi. Melalui narasi kuat dan sinematografi yang menyentuh, menurutnya Buya Hamka Vol. 3 menjadi ruang refleksi mengenai keikhlasan, keberanian, dan kecintaan terhadap Tanah Air.
Fadli menambahkan, pesan-pesan budaya dapat disampaikan dengan cara yang mudah dipahami lewat film seperti ini. Menurutnya banyak ekspresi budaya yang muncul, mulai dari adat istiadat, sejarah, arsitektur rumah, keindahan visual, hingga fesyen atau pakaian tradisional. Semua itu jelasnya, adalah ekspresi budaya penting yang dapat langsung dilihat tanpa perlu banyak penjelasan.
"Film ini juga memperlihatkan bagaimana identitas budaya yang kuat dapat berakulturasi dan bersinergi, meskipun terdiri dari beragam suku bangsa. Kita lihat Buya Hamka berada di Mekah, Jeddah, Medan, dan berbagai tempat lain, bekerja bersama orang-orang dari latar belakang berbeda. Ini menunjukkan bahwa sebagai manusia, kita harus selalu bekerja sama dan saling menolong," tukas Fadli.
Lebih lanjut, Kementerian Kebudayaan menegaskan bahwa special screening ini merupakan bagian dari upaya untuk mengangkat figur-figur inspiratif dalam sejarah Islam Indonesia, sekaligus memperkuat ekosistem perfilman nasional yang berakar pada nilai budaya.
Pemutaran terbatas ini juga menjadi bagian dari Santri Film Festival (Sanfest), yang didukung oleh Kementerian Kebudayaan untuk mendorong ekspresi kreatif santri melalui medium film, menumbuhkan literasi visual dan naratif di lingkungan pesantren, dan menjembatani nilai-nilai keislaman dan kebangsaan melalui bahasa sinema yang inklusif dan transformatif.
Sementara itu, Produser Falcon Pictures Frederica menyampaikan bahwa film ini akan ditayangkan tahun depan. Saat ini menurutnya Falcon Pictures sedang bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan agar film ini dapat lebih dulu disosialisasikan dan ditonton oleh para pelajar di seluruh Indonesia, termasuk para santri dan kemudian akan dirilis secara nasional.
Turut hadir dalam screening ini antara lain Direktur Film, Musik, dan Seni, Syaifullah Agam; Sutradara, Fajar Bustomi; Penata Musik, Purwacaraka, serta kalangan santri dan juga masyarakat Muhammadiyah.
Simak juga Video: Respons Keluarga Buya Hamka Lihat Make Up Vino G Bastian











































