Densus 88: Perekrut Anak ke Kelompok Teror 'Pemain Lama' dari Jaringan ISIS

Densus 88: Perekrut Anak ke Kelompok Teror 'Pemain Lama' dari Jaringan ISIS

Rumondang Naibaho - detikNews
Selasa, 18 Nov 2025 15:28 WIB
Konferensi pers Densus 88 Polri (Rumondang/detikcom)
Foto: Konferensi pers Densus 88 Polri (Rumondang/detikcom)
Jakarta -

Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap lima tersangka kasus perekrutan anak-anak ke dalam kelompok teroris. Salah satu tersangka merupakan 'pemain lama'.

Juru Bicara Densus 88 Antiteror, AKBP Mayndra Eka Wardhana, menjelaskan 'pemain lama' ialah pelaku yang pernah dihukum terkait kasus serupa alias residivis.

"Dalam penegakan hukum ini, dua kategori ini ada ya. Pertama, pemain lama yang juga mencoba merekrut anak-anak kembali ya, dia sudah menjalani proses hukum, kemudian setelah lepas dia coba lagi merekrut beberapa anak," kata Mayndra dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (18/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kemudian Densus mengembangkan sampai dengan saat ini kita mendapati empat pelaku baru lainnya," lanjut dia.

ADVERTISEMENT

Kelima tersangka itu ialah FW alias YT (47) asal Medan, LM (23) asal Banggai, PP alias BMS (37) asal Sleman, MSPO (18) asal Tegal, JJS alias BS (19) asal Agam. Mayndra tak menyebut rinci siapa pemain lama yang dimaksudnya.

Dia hanya mengatakan bahwa pemain lama itu tergabung dengan jaringan Ansharut Daulah. Dia mengatakan jaringan itu berafiliasi dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

"Jadi untuk pemain lama yang ditangkap pertama kali oleh Densus 88, diketahui jaringannya berasal dari jaringan ISIS atau Ansharut Daulah," kata Mayndra.

Para tersangka, kata dia, menggunakan media sosial hingga game online untuk menarik perhatian anak-anak. Mereka diduga menggunakan latar belakang agama untuk mendoktrin anak dengan paham terorisme.

"Mungkin kalau di dalam jaringan terorisme ini dengan menggunakan latar belakang ideologi kanan atau agama. Mungkin ada pertanyaan seperti ini ya, 'Manakah yang lebih baik antara Pancasila dengan kitab suci?' gitu salah satu jebakan pertama," tuturnya.

"Sesuatu yang tidak bisa diperbandingkan, dikomparasikan, karena dua-duanya ini memiliki posisi yang berbeda. Kemudian anak pastinya akan menjawab kitab suci lebih baik dari Pancasila, gitu," lanjut Mayndra.

Lihat juga Video Densus 88 Tangkap 5 Orang Perekrutan Anak ke Jaringan Terorisme

(ond/haf)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads