×
Ad

Soal Pengaruh Budaya Barat, Ketum PRIMA: Harus Kembali ke Timur

Moch Prima Fauzi - detikNews
Selasa, 11 Nov 2025 17:44 WIB
Foto: dok. Kemensos
Jakarta -

Ketua Umum Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA), Agus Jabo Priyono menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk kembali kepada jati diri bangsa yang berakar pada nilai-nilai ketimuran.

Menurutnya, kemakmuran dan keharmonisan bangsa Indonesia hanya dapat terwujud apabila masyarakat mampu menegakkan prinsip ekonomi dan kehidupan sosial yang sesuai dengan semangat asli bangsa, sebagaimana termaktub dalam Pasal 33 UUD 1945.

"Kita orang timur harus kembali ke timur. Jika selama ini kita dipaksa menjadi Barat, maka kita harus segera kembali ke Timur," tegas Agus Jabo dalam keterangan tertulis, Selasa (11/11/2025).

Hal itu dikatakan Agus dalam peringatan 240 tahun kelahiran Pangeran Diponegoro, di Yogyakarta, Senin (11/11).

Agus Jabo menuturkan sebelum kolonialisme barat masuk ke nusantara, bangsa Indonesia hidup makmur dengan pola kehidupan yang seimbang antara pemasukan dan pengeluaran. Ia mengutip pandangan para pendiri bangsa seperti Bung Hatta dan Bung Karno yang menggambarkan kehidupan rakyat Indonesia di masa pra-kolonial sebagai kehidupan yang makmur dan 'cekapan'.

Namun, lanjutnya, kondisi itu berubah drastis ketika bangsa Eropa datang membawa sistem kolonialisme yang eksploitatif. "Sejak kaum kolonial serakahnomic berkuasa, bangsa kita dieksploitasi dan ditindas. Bahkan di tempat lain seperti Australia dan Amerika, penduduk aslinya dibantai hampir habis," terangnya.

Agus Jabo menyinggung istilah 'serakahnomic' yang beberapa kali disebut Presiden Prabowo Subianto, untuk menggambarkan kekuatan-kekuatan ekonomi serakah yang merampok sumber daya alam dan keuangan negara.

"Saya menerjemahkan serakahnomic ini menjadi tiga golongan, yaitu imperialisme, oligarki, dan birokrat korup. Kekuatan inilah yang sejak lama menjadi musuh bangsa kita, bahkan sejak zaman kolonial," katanya.

Agus Jabo menilai bahwa kekuatan 'serakahnomic' telah hadir sejak masa penjajahan Belanda, dan menjadi lawan utama Pangeran Diponegoro dalam perjuangannya melawan kolonialisme.

Ia menyinggung peristiwa Perang Jawa (1825-1830) yang mengorbankan sekitar 200 ribu pejuang di pihak Diponegoro dan menewaskan 15 ribu tentara kolonial Belanda.

"Perlawanan Pangeran Diponegoro hampir membuat kolonialisme Belanda runtuh. Bahkan akibat perang itu, pemerintahan Belanda bangkrut dan Belgia akhirnya melepaskan diri," ujar Agus Jabo.

Dalam pandangannya, perjuangan Diponegoro bukan hanya bersifat politik dan militer, tetapi juga merupakan perlawanan terhadap cara pandang hidup Barat yang sekuler dan eksploitatif.

"Ada pertarungan pandangan hidup antara orang Belanda yang sekuler-eksploitatif dengan Pangeran Diponegoro sebagai orang Jawa yang menjunjung tinggi harmoni dan religius," tambahnya.

Agus Jabo menekankan pentingnya kembali memahami dan menerapkan jati diri bangsa sebagai fondasi kehidupan bernegara. Ia mengutip semangat Presiden Prabowo yang menekankan pentingnya penegakan Pasal 33 UUD 1945 sebagai dasar sistem ekonomi nasional.

"Pasal 33 UUD 1945 adalah jati diri bangsa. Ekonomi harus diurus secara kekeluargaan, bukan eksploitasi. Di sinilah cita-cita perjuangan Pangeran Diponegoro menemukan momentumnya: kekayaan Indonesia harus digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat," ujarnya.

Agus Jabo mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk tidak hanya memperingati jasa para pahlawan, tetapi juga mewarisi semangat perjuangan mereka.

"Tidak cukup kita hanya menghormati Pangeran Diponegoro. Api semangat juangnya harus kita lanjutkan dan wujudkan, menuju Indonesia yang bermartabat, berdikari, adil makmur, dan bahagia lahir batin," pungkasnya.

Lihat juga Video: Budaya Timur Tengah dan Jawa Berpadu di Kopi Pasir Jogja




(prf/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork