BraveHeart Brawijaya Latih Warga Tangani Henti Jantung Lewat CPR

BraveHeart Brawijaya Latih Warga Tangani Henti Jantung Lewat CPR

Ihfadzillah Yahfadzka - detikNews
Minggu, 09 Nov 2025 17:27 WIB
Brawijaya Hospital
Foto: Ihfadzillah Yahfadzka
Jakarta -

Layanan unggulan Jantung BraveHeart Brawijaya Hospital menggelar penolongan pertama risiko jantung dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN). Melalui demonstrasi simulasi BHD (Bantuan Hidup Dasar), BraveHeart mengajak masyarakat mempraktikan Resusitasi Jantung Paru (Cardiopulmonary Resuscitation/CPR).

President Director Brawijaya Hospital, Devin Wirawan menegaskan komitmen Brawijaya Hospital untuk terus memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat.

"Brawijaya Hospital berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik," ujar Devin di Jakarta Selatan, Minggu, (9/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam acara bertajuk 'Basic Life Support & Sudden Cardiac Death' ini, Chief Commercial Officer drg. Hestiningsih, SE, MARS mengungkapkan pelatihan BHD diharapkan dapat membuat peserta mampu menolong rekan atau keluarga yang mengalami serangan jantung melalui pemberian pertolongan pertama.

"Bahkan bisa menolong rekan ataupun keluarga yang saat mengalami serangan jantung, dengan memberikan pertolongan pertama melalui edukasi pelatihan BHD ini. Edukasi ini tidak terbatas pada acara hari ini saja, tetapi akan terus dilanjutkan melalui kegiatan promotif dan preventif kepada sejumlah rekanan maupun komunitas yang membutuhkan pelatihan serupa," tuturnya.

ADVERTISEMENT

BraveHeart Brawijaya Latih Warga Tangani Henti Jantung Lewat CPRFoto: Ihfadzillah Yahfadzka

Dalam rangkaian simulasi, masyarakat diajak turun langsung dan mempraktikkan CPR dengan alat bantuan boneka manekin. Masyarakat juga dibekali dengan pengetahuan dasar sebelum praktik langsung.

Instruksi diberikan oleh tim BraveHeart dengan ringkas dan informatif, seperti anjuran untuk melakukan CPR tanpa interupsi, meletakkan salah satu tangan pada bagian tengah dada diikuti dengan tangan lain di atasnya, serta acuan CPR untuk menekan dada pada kecepatan 100-120 kali per menit dengan kedalaman 5-6 cm dan recoil (hentakan) sempurna.

Lebih rinci, Chairman Braveheart Dr. dr. M. Yamin, Sp.JP (K) mengungkapkan BHD merupakan bagian dari aspek moral yang mengharuskan masyarakat mengetahui langkah-langkah pertolongan ketika seseorang mengalami kolaps.

"BHD itu termasuk aspek moral. Jadi, jika seseorang menjadi bystander yang baik, mereka harus mengetahui jika ada orang yang kolaps dan mampu melakukan setiap langkah pertolongan. Hal ini penting untuk digaungkan dan disebarluaskan," ungkapnya.

BraveHeart Brawijaya Latih Warga Tangani Henti Jantung Lewat CPRFoto: Ihfadzillah Yahfadzka

Dia melanjutkan, hal ini penting untuk terus disebarluaskan. Sebab, dia menilai lima menit pertama saat mengalami kolaps sangat menentukan keselamatan seseorang.

"Kita harus berpikir sebaliknya, bagaimana jika hal itu terjadi pada diri kita atau saudara kita, sementara orang-orang di sekitar hanya diam dan bengong? Padahal, lima menit pertama sangat menentukan nasib seseorang," sambungnya.

Sementara itu, Konsultan Bedah Kardiotoraks dan Vaskular Dewasa dr. Sugisman, Sp.BTKV (K) menekankan kegiatan BHD perlu disosialisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat agar mereka mampu menolong diri sendiri, keluarga, maupun orang di sekitarnya ketika menghadapi situasi darurat.

"Karena itu, kegiatan BHD perlu disosialisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat agar mereka dapat menolong diri sendiri, keluarga, dan orang di sekitarnya. Sebab, tidak jarang kita melihat di tempat umum seperti mal atau jalan, ada pasien henti jantung namun kita tidak bisa melakukan apa-apa," kata dr. Sugisman.

Bukan hanya tenaga medis, dia menekankan pelatihan dan pengetahuan terkait BHD merupakan hal yang krusial dimiliki masyarakat.

"Pelatihan BHD merupakan hal yang cukup krusial dan seharusnya menjadi kewajiban untuk diketahui, bukan hanya oleh dokter. Dokter memang dapat melakukan tindakan jika berada di tempat kejadian, tetapi jika tidak ada, masyarakat sekitar lah yang harus menolong. Namun, mereka hanya bisa menolong jika memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai," pungkasnya.




(anl/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads