Gubernur Riau, Abdul Wahid terkena operasi tangkap tangan (OTT) KPK di sebuah barbershop. Pelaksana Tugas Gubernur Riau SF Hariyanto mengungkapkan detik-detik penangkapan Abdul wahid.
"Memang saat itu, kebetulan, saya bersama Abdul Wahid dan Bupati Siak Afni Zulkifli duduk bersama di kafe," kata Hariyanto di Pekanbaru, dilansir Antara, Kamis (6/11/2025).
Saat mereka sedang ngopi, suasana berubah menjadi ramai. Dia pun curiga akan terjadi sesuatu. Meski demikian, Hariyanto mengatakan dirinya pamit lebih dulu karena hendak salat ashar. Dia mengaku tak tahu lebih lanjut peristiwa yang terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami lagi ngopi lalu pada ramai tamu di luar jadi memang Wagub tahu kami di dalam kafe belakang. Ada Bupati Siak, saya lihat keluar sudah ramai. Jadi kalau saya tahu memang saya tahu, setelah itu saya langsung pulang, sholat, dan tak tahu lagi kejadian," ungkapnya.
"Saya dengan gubernur saat itu ngopi barang dan ibu Bupati Siak dan Faisal berempat ngopi, tahu-tahu ketangkap. Kalau tahu gitu nggak ke situ saya. Setelah ramai saya pulang, barang itu datang ke situ, saya kabur juga nanti saya diangkut pula," tambahnya.
Meski demikian dia berharap semoga gubernur dilancarkan dipermudah, diringankan bebannya. Dia pun memastikan roda pemerintahan dan pelayanan publik tetap berjalan.
"Saya ada, sekda ada, asisten I II dan III, semua OPD siap tak ada satupun lumpuh dan tidak bekerja," ujarnya.
Abdul Wahid Sudah Janjian dengan Kepala UPT
Sementara, Plt Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK, Asep Guntur Rahayu, menjelaskan KPK lebih dahulu menangkap para Kepala UPT Wilayah I-VI Dinas PUPR PKPP Riau. Adapun para Kepala UPT tersebut merupakan pihak yang diduga bakal menyerahkan uang yang telah dikumpulkan kepada Abdul Wahid.
"Nah, memang yang tim melakukan penangkapan itu adalah Kepala UPT yang awal, yang membawa uang itu dulu yang kita tangkap," ujar Asep.
Para Kepala UPT itu telah menjadwalkan pertemuan dengan Abdul Wahid. Namun, karena Kepala UPT tak datang juga, Abdul kemudian curiga adanya peristiwa OTT.
"Kami menduga bahwa memang sudah janjian, sudah janjian. Kemudian, 'loh kok janjian jam segini, kok nggak datang, nggak ada'," ucap dia.
"Kemungkinan dia (Abdul Wahid) sudah mulai curiga dengan itu akhirnya karena tim juga datang ke lokasi," sebutnya.
Lebih lanjut, Asep menyebutkan lokasi itu tidak berjauhan dengan rumah Abdul. Lokasi penangkapan itu berada di jejeran rumah Abdul Wahid.
"Jadi di rumahnya itu tidak berjauhan dengan, jadi jejeran mungkin kalau nanti ke Pekanbaru. Karena saya baru dari sana bisa dicek. Jadi Kafe itu bukan kafe yang jauh bukan, kafe itu ada di jejeran itunya, nanti bisa lihat jejeran-jejeran," ucap dia.
"Jadi ada jalan apa namanya jalan kalau kita, backdoornya lah jalan pintu ke belakangnya gitu," tambahnya.
Abdul Wahid ditangkap dalam OTT KPK pada Senin (3/11). Dalam kasus ini, KPK menetapkan Abdul Wahid sebagai tersangka kasus dugaan pemerasan terhadap para bawahannya di Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (PUPR PKPP) Riau.
Selain Abdul Wahid, KPK juga menetapkan dua orang lainnya sebagai tersangka. Dua tersangka lainnya ialah Kadis PUPR Riau M Arief Setiawan dan Tenaga Ahli Gubernur Riau, Dani M Nursalam.
KPK juga menyita uang pound sterling hingga dolar AS dari rumah Abdul di kawasan Jakarta Selatan. Para tersangka dijerat Pasal 12e dan/atau Pasal 12f dan/atau Pasal 12B UU Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Pada Jumat (7/11), Asep menjelaskan kafe yang dimaksud bukan yang berada di dalam rumah dinas Gubernur. Kafe yang menjadi lokasi penangkapan Abdul Wahid itu berada di dalam salah satu barbershop di Jalan Paus, Pekanbaru.
(Sebagian isi berita telah diubah pada 7 November 2025 setelah mendapat penjelasan lebih lanjut dari KPK)











































