Upaya Pemprov DKI Targetkan Seluruh RW Punya Bank Sampah

Upaya Pemprov DKI Targetkan Seluruh RW Punya Bank Sampah

Hana Nushratu Uzma - detikNews
Rabu, 05 Nov 2025 12:39 WIB
Bank Sampah Budhi Luhur
Foto: Pemprov DKI
Jakarta -

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta memberikan pelatihan kepada para pendamping bank sampah di seluruh kelurahan. Langkah ini merupakan upaya mewujudkan target satu Rukun Warga (RW) punya satu bank sampah aktif.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berharap program ini memperkuat gerakan pengurangan sampah dari sumbernya, sekaligus mendorong partisipasi masyarakat dalam ekonomi sirkular berbasis lingkungan.

Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menjelaskan para pendamping bank sampah akan bekerja intensif selama dua bulan untuk membentuk dan mengaktifkan kembali bank-bank sampah di wilayah masing-masing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Asep, bank sampah menjadi sarana pengelolaan yang efektif karena warga tidak hanya diajak memilah sampah dari rumah, tetapi juga memperoleh manfaat ekonomi dari hasil pengelolaannya.

"Jakarta memiliki potensi besar menjadi kota percontohan pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Indonesia. Jika seluruh RW memiliki bank sampah aktif dan warga konsisten memilah sampah dari rumah, maka kita tidak hanya menjaga kebersihan kota, tetapi juga membangun Jakarta yang berkelanjutan," ujar Asep, dikutip dari laman Pemprov DKI Jakarta, pada Rabu (5/11/2025).

ADVERTISEMENT

Menurut Asep, ada 840 RW yang belum memiliki bank sampah. DLH DKI Jakarta menargetkan 840 RW dapat segera punya bank sampah.

"Jumlah RW itu sekitar 2.748 RW, yang belum ada bank sampahnya 840 RW. Jadi, masih cukup banyak, dan target kami, 840 RW yang belum punya bank sampah, belum membentuk bank sampah, wajib membentuk bank sampah tersebut," kata Asep.

"Kewajiban 1 RW ada 1 bank sampah itu menjadi hal yang memang harus kami percepat. Kalau tidak, nanti pada saat pemberlakuan retribusi, bank sampahnya belum terbentuk, maka itu akan menyulitkan masyarakat. Kalau memang mereka memilih menjadi nasabah bank sampah, tidak dikenai retribusi," lanjutnya.

Asep mengatakan saat ini hanya sekitar 30-40% warga di setiap RW yang menjadi nasabah bank sampah. Jika nantinya instruksi sudah resmi dikeluarkan, hal itu akan menjadi alat ukur dari setiap kecamatan hingga kelurahan dalam melaksanakan pemilahan sampah. Selain itu, dengan adanya retribusi, jumlah nasabah bank sampah akan meningkat, sehingga operasional bank sampah dapat lebih optimal.

"Kami berharap, dengan pemberlakuan retribusi itu, nantinya, yang masih kami tunda, nasabah bank sampah akan bertambah, maka operasional dari bank sampah tersebut bisa terpenuhi. Dan kami saat ini juga, dalam waktu dekat, akan melakukan kerja sama antara bank sampah hidup dengan pihak off taker," kata Asep.

Sementara itu, Ketua Bank Sampah Budhi Luhur, Tutik Sri Susilowati, menyebut bank sampah bukan sekadar tempat menimbang atau menjual sampah, tetapi juga wadah kebersamaan warga dalam menumbuhkan kesadaran cinta lingkungan.

"Bank sampah adalah ruang belajar bagi masyarakat untuk menumbuhkan perilaku yang lebih peduli terhadap lingkungan. Karena itu, sosialisasi, pembinaan, dan pendampingan berkelanjutan menjadi kunci agar pengelolaan sampah berjalan efektif dan memberikan manfaat nyata," ungkap Tutik.

Senada, Ketua Umum Asosiasi Bank Sampah Indonesia (ASOBSI), Wilda Yanti, menegaskan, pentingnya peran pendamping dalam memastikan optimalnya pengelolaan bank sampah. Menurutnya, komunikasi yang baik dengan warga serta edukasi berkelanjutan merupakan kunci utama keberhasilan program ini.

"Dengan semakin banyak bank sampah yang aktif, warga Jakarta dapat berdaya melalui ekonomi hijau berbasis komunitas, sekaligus membantu mengurangi beban sampah yang dikirim ke TPST Bantargebang," kata Wilda.

Bank Sampah di Lenteng Agung Kumpulkan 2,5 Ton Sampah

Tak sedikit warga yang antusias menggerakkan bank sampah di lingkungannya. Salah satunya, warga RW 08, Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Melalui Bank Sampah Sehati (BSS), warga berhasil mengumpulkan sampah daur ulang sebanyak 2,5 ton setiap bulan.

Pendamping BPS RW Suku Dinas Lingkungan Hidup (Sudin LH) Jakarta Selatan, Novalia Magdalena menjelaskan, bank sampah di RW 08 tersebar di 14 titik. "Penimbangan dilakukan satu minggu dua kali, setiap Selasa dan Kamis dengan cara jemput bola ke masing-masing lokasi," ujarnya, dikutip dari Berita Jakarta.

Nova merinci, untuk kategori sampah beling dihargai Rp300 per kilogram, kardus minimal Rp1.700 per kilogram. Untuk sampah plastik Rp800-4.000 per kilogram. Sementara, besi dan tembaga mencapai Rp60.000 rupiah per kilogram.

"Semoga dengan pemilahan sampah rumah tangga yang baik akan menciptakan lingkungan yang bersih. Hasil penjualan sampah yang bisa didaur ulang ini juga dapat meningkatkan perekonomian warga," terang Novalia.

Sementara itu, Ketua BSS RW 08 Kelurahan Lenteng Agung, Acing Mamim, menjelaskan, di bank sampah tempatnya sudah terdapat lebih dari 300 nasabah dari 14 RT. Dalam satu bulan, sampah yang terkumpul bisa mencapai 2,5 ton. Sampah ini selanjutnya dipilah dan ditimbang. Sebagian sampah akan digunakan untuk meningkatkan kreativitas melalui Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K).

"Alhamdulillah, dengan adanya bank sampah, lingkungan RW 08 semakin bersih dan warga mempunyai penghasilan tambahan," pungkasnya.

(akd/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads