Menteri Kebudayaan RI (Menbud), Fadli Zon secara resmi membuka UISPP Inter-Regional Conference 2025 bertajuk 'Asian Prehistory Today: Bridging Science, Heritage, and Development' yang diselenggarakan di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga.
Dalam sambutannya, Fadli mengapresiasi perhelatan konferensi UISPP Inter-Regional Conference 2025 sebagai ruang percakapan mengenai peradaban manusia, memori budaya, dan masa depan kebudayaan dunia.
"Indonesia bangga menjadi tuan rumah konferensi ini karena nilai yang dibahas lebih luas dari sekadar warisan nasional kita. Ini adalah catatan prasejarah bersama Asia, dan dalam banyak hal, dunia," ucap Fadli, dalam keterangan tertulis, Senin (27/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Forum ini turut mengakui bahwa kepulauan ini adalah salah satu pusat sejarah manusia. Forum ini juga mengakui bahwa Asia merupakan koridor penting pergerakan dan inovasi manusia," sambungnya.
Konferensi ini merupakan bagian dari agenda internasional Union Internationale des Sciences Préhistoriques et Protohistoriques (UISPP) dan bekerja sama dengan Kemenbud melalui Museum dan Cagar Budaya.
Konferensi UISPP menjadi forum penting bagi para akademisi, peneliti, konservator, dan praktisi dari berbagai negara untuk berdiskusi, berbagi temuan terbaru, dan meninjau perkembangan ilmu prasejarah.
Tidak hanya fokus pada penemuan dan penelitian di Indonesia, konferensi UISPP juga membuka wawasan terhadap warisan budaya prasejarah di seluruh Asia Tenggara, Asia, dan dunia.
Dengan mengundang pakar dan akademisi dari berbagai institusi prasejarah dunia, konferensi ini diharapkan meningkatkan eksposur akademik Indonesia dalam kajian arkeologi global serta membuka peluang kolaborasi lintas negara dalam penelitian dan pelestarian warisan budaya.
Pada kesempatan tersebut, Fadli juga menyoroti kekayaan sejarah dan budaya Indonesia yang menjadi warisan dunia dan keragaman peradaban.
"Kami menjadi rumah bagi lebih dari 1.340 kelompok etnis yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau, serta penjaga 718 bahasa, sekitar 10% dari warisan linguistik dunia. Lebih dari sekadar biodiversitas, ini adalah keragaman peradaban yang terdiri dari sistem pengetahuan, ritual, epos lisan, pengelolaan air dan tanah, garis keturunan seni, dan tradisi maritim," jelas Fadli.
"Di sini kita dapat menelusuri jejak kehidupan manusia sepanjang milenium, bahkan jutaan tahun," sambungnya.
Fadli turut menyampaikan rencana repatriasi fosil Pithecanthropus Erectus yang ditemukan oleh Eugène Dubois 135 tahun yang lalu di tepi Sungai Bengawan Solo. Repatriasi ini, lanjut Fadli, menjadi tonggak sejarah bangsa Indonesia dalam mengembalikan hak dan kedaulatan budaya nasional.
"Lebih dari 50% fosil Homo Erectus dunia ditemukan di Indonesia. Namun selama lebih dari satu abad, dunia membahas asal-usul manusia menggunakan fosil itu, sementara sebagian besar masyarakat Indonesia tidak dapat melihatnya di Tanah Air," tutur Fadli.
"Era itu berakhir sekarang. Bulan lalu, Kementerian Kebudayaan berhasil memulangkan Dubois Collection dari Belanda sebanyak 28.131 fosil beserta catatan kontekstual dari Jawa dan Sumatra. Ini merupakan tonggak sejarah bagi kita, sebuah tindakan keadilan restoratif dan rekonsiliasi historis," sambungnya.
Selain fosil, Fadli turut menyampaikan Indonesia memiliki gua-gua prasejarah yang menyimpan narasi kontinu tentang asal-usul manusia, adaptasi, dan kreativitas.
"Indonesia juga memiliki lukisan naratif tertua dunia berusia 51.200 tahun yang ditemukan di Gua Leang Karampuang, Maros, Sulawesi Selatan. Di Sumatra Barat, terdapat Gua Lida Ajer yang menunjukkan Homo Sapiens hidup di hutan hujan tropis lebih dari 60.000 tahun yang lalu," ucap Fadli.
"Di Gua Harimau, Sumatera Selatan, terdapat urutan budaya dari sekitar 22.000 tahun yang lalu hingga Zaman Logam awal. Di Kalimantan Timur dan Sulawesi Tenggara juga terdapat gua-gua karst yang menyimpan ribuan piktograf tentang berburu, menari, ritual, serta penggambaran aktivitas pelaut Austronesia yang kemudian membentuk Asia Tenggara dan Indo-Pasifik," sambungnya.
Lebih lanjut, Fadli menyampaikan di era globalisasi dan kemajuan teknologi yang begitu cepat, masa depan warisan budaya Indonesia sangat bergantung pada upaya pelestarian, pemanfaatan, dan pengembangan yang berkelanjutan.
Tema konferensi 'Asian Prehistory Today: Bridging Science, Heritage, and Development' dinilai sangat relevan karena menekankan sinergi antara sains, warisan, dan pembangunan sebagai pilar kemajuan pengetahuan dan budaya.
Di sisi lain, Fadli turut menegaskan komitmen Indonesia dalam memajukan budaya, sesuai amanat konstitusi UUD 1945 pasal 32 ayat 1 yang mewajibkan negara untuk memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia. Hal ini juga sejalan dengan Asta Cita Presiden RI Prabowo dalam menjadikan budaya sebagai fondasi pembangunan bangsa.
"Budaya Indonesia tidak hanya berakar kuat di Tanah Air, tetapi juga memiliki resonansi global. Budaya adalah soft power untuk menyatukan bangsa, membangun dialog, memperkuat kepercayaan lintas batas, dan mendorong transformasi ekonomi," tegas Fadli.
"Pemerintah Indonesia melalui Kementerian kebudayaan berkomitmen membangun identitas Indonesia dan menempatkan bangsa ini sebagai World Capital of Culture melalui pelindungan dan revitalisasi warisan budaya; pengembangan, pemanfaatan, dan pemberdayaan budaya; serta diplomasi, promosi, dan kerja sama budaya," sambungnya.
Fadli mengajak komunitas UISPP dan para peserta yang hadir untuk dapat bersinergi dalam membangun kebudayaan bersama, khususnya Indonesia. Fadli menilai kolaborasi dan sinergi yang kuat dapat membuka transformasi budaya sepenuhnya.
"Mari bekerja bersama dengan kami di Sangiran, Maros-Pangkep, Goa Harimau, Lida Ajer, Sangkulirang-Mangkalihat, dan Muna. Bergabunglah sebagai mitra dalam pengelolaan dan penelitian, berdiri bersama kami untuk menjaga semua warisan budaya ini tetap hidup," kata Fadli.
"Mari kita tetapkan standar baru dalam bidang ini: restitusi, pengelolaan bersama, akses koleksi, dan sains yang memperkuat kehidupan serta hak komunitas lokal," sambungnya.
Hadir memberikan sambutan, UISPP President Jacek Kabaciński menyampaikan apresiasinya atas terselenggara konferensi yang diikuti oleh perwakilan dari 40 negara.
Kabaciński berujar penyelenggaraan konferensi ini menjadi salah satu bagian dari rangkaian acara dalam memperingati 75 tahun hubungan diplomatik Prancis-Indonesia.
"Saya mengucapkan selamat kepada perwakilan dari 40 negara yang menghadiri konferensi ini. Semoga diskusi selama 10 hari ke depan dapat sukses dan produktif," ujar Kabaciński.
Konferensi UISPP akan berlangsung di tiga lokasi utama, antara lain Kampus Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga; Museum Manusia Purba Sangiran; dan Museum Ullen Sentalu Yogyakarta.
Berlangsung selama 10 hari, 27 Oktober-6 November 2025, konferensi UISPP menghadirkan berbagai kegiatan, mulai dari simposium dan seminar; pameran temporer eksklusif; hingga tur situs warisan budaya dunia UNESCO.
Kehadiran konferensi UISPP diharapkan tidak hanya menjadi ajang untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia, namun sebagai ruang strategis dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan prasejarah, serta memperkuat posisi Indonesia dalam komunitas ilmiah internasional.
Sebagai informasi, pembukaan konferensi ini turut dihadiri oleh Wali Kota (Walkot) Salatiga Robby Hernawan; Presiden UISPP Prof Jacek Kabaciński; Koordinator Komite Ilmiah APT 2025 Prof Harry Widianto dan Prof François Sémah; Rektor UKSW Prof Intiyas Utami; Ketua Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Herry Yogaswara; dan Direktur Institut Français d'Indonésie (IFI) Jules Irmann.
Hadir mendampingi Fadli, Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Industri Kebudayaan Anindita Kusuma Listya; Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Prof Dr Ismunandar; Kepala Museum Cagar Budaya Abi Kusno; serta Penanggung jawab Museum Manusia Purba Sangiran Marlia Yulianti Rosyidah.
Tonton juga video "Fadli Zon: PR Kita di Kemenbud Masih Banyak" di sini:
(prf/ega)










































