Fadli Zon Apresiasi Pameran 'Dinamika dalam Diam' 2 Maestro Seni Rupa

Fadli Zon Apresiasi Pameran 'Dinamika dalam Diam' 2 Maestro Seni Rupa

Hana Nushratu Uzma - detikNews
Rabu, 22 Okt 2025 21:19 WIB
Menteri Kebudayaan RI (Menbud) Fadli Zon hadir sekaligus membuka pameran seni rupa bertajuk Dinamika dalam Diam di Balai Budaya Jakarta, Menteng.
Foto: Kemenbud
Jakarta -

Menteri Kebudayaan RI (Menbud) Fadli Zon membuka pameran seni rupa bertajuk 'Dinamika dalam Diam' di Balai Budaya Jakarta, Menteng. Pameran ini menampilkan karya-karya dua perupa terkemuka, Tulus Warsito dan Ar Soedarto, yang telah lama berkiprah dalam dunia seni rupa Indonesia dengan pendekatan dan karakter visual yang khas.

"Dalam diam pun, sesungguhnya ada dinamika," ujar Fadli, dalam keterangan tertulis, Rabu (22/10/2025).

Fadli mengatakan pameran ini memperlihatkan kedalaman pemikiran dan kekuatan visual dalam menyampaikan gagasan tentang 'diam' dan 'dinamika' dalam seni rupa, sebuah konsep yang menunjukkan pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam budaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pameran ini, menurut Fadli, lahir dari gejolak pemikiran dua seniman yang dituangkan dalam bentuk visual yang begitu kuat, tetapi tetap hening dalam penyampaiannya.

Fadli menekankan bahwa karya-karya yang ditampilkan memang 'diam', tetapi di dalamnya banyak gejolak yang menimbulkan berbagai perspektif bagi siapa saja yang melihat. Ia menilai pameran ini sebagai bentuk refleksi mendalam atas perjalanan kreatif para seniman, tetapi tetap menggugah dan bergerak di ruang batin penikmatnya.

ADVERTISEMENT

Sebanyak 31 karya yang dipresentasikan dalam pameran ini menunjukkan intensitas dinamika yang kuat, yakni permainan warna, komposisi bentuk, eksplorasi simbol, serta kekuatan tema yang diangkat.

"Diam dapat menjadi bentuk kepekaan, kekuatan, dan ketajaman rasa. Dalam diam, para seniman justru menemukan ruang yang luas untuk menggali nilai, menggugah perasaan, dan menyampaikan pesan melalui karyanya," kata Fadli.

Dalam pameran ini, Ar Soedarto menampilkan karya-karya, seperti 'Gunungan Aksoro Jowo', 'Looking Javanese Script', dan 'Bulan Biru' yang merepresentasikan aliran abstrak dengan muatan simbol-simbol budaya lokal dan spiritual.

Sebagai seniman yang telah berkarya sejak era 1970-an, Ar Soedarto menggabungkan berbagai unsur tradisi, seperti gunungan wayang, kaligrafi, serta aksara Jawa yang dipadukan dengan teknik dan material kontemporer yang progresif, menghasilkan karya yang sarat makna dan estetik.

Sementara itu, seorang Guru Besar di bidang Ilmu Politik, Tulus Warsito, yang juga memiliki rekam jejak kuat dalam dunia seni rupa, menampilkan karakter visual yang menonjol melalui permainan ilusi optik serta sapuan ekspresif yang menjadi ciri khas karyanya.

Dalam karya-karyanya, seperti 'Homage to Dali', 'Pohon Keluarga', 'Behind the Window', dan 'The Warrior', Tulus menghadirkan dunia visual yang dibangun dari perpaduan antara realitas empiris, pengalaman personal, serta imajinasi yang terstruktur.

Perjalanan artistiknya telah menembus berbagai belahan dunia, termasuk Pameran Kebudayaan Indonesia di Amerika Serikat (KIAS, 1990), Biennale III Yogyakarta (1996), EXPOSIGN (2009), hingga Geoje International Art Festival di Korea Selatan (2021). Melalui karya-karyanya, Tulus menghadirkan seni rupa sebagai bentuk pemikiran visual yang tajam dan reflektif.

Dibuka untuk umum mulai hari ini, pameran 'Dinamika dalam Diam' akan berlangsung hingga 29 Oktober 2025. Fadli turut menyampaikan bahwa Kemenbud menyambut baik kehadiran pameran ini sebagai sebagai wadah edukasi dan apresiasi seni yang sangat berarti bagi masyarakat luas.

"Pameran ini memberikan ruang bagi publik untuk mengenal sosok para seniman secara lebih mendalam serta membuka wacana tentang pemikiran dan proses kreatif yang melandasi karya-karya para seniman Indonesia yang penuh makna dan inovasi," ujar Fadli.

Fadli berharap pameran ini tidak hanya memperluas wawasan publik terhadap proses kreatif para seniman, tetapi juga mempertegas kekayaan budaya Indonesia yang multikultural.

"Sebagai negara dengan mega-diversity, Indonesia memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang sangat beragam. Pameran ini mempertegas keberagaman tersebut melalui karya seni yang mewakili berbagai perspektif dan identitas budaya. Hal ini sekaligus mengingatkan kita akan pentingnya menjaga, merawat, dan melestarikan warisan budaya sebagai bagian dari jati diri bangsa yang unik," kata Fadli.

"Saya berharap pameran ini dapat menumbuhkan rasa cinta dan bangga masyarakat terhadap kekayaan budaya Indonesia, serta mendorong kesadaran kolektif untuk terus melestarikan dan mengembangkan warisan budaya bangsa demi generasi yang akan datang," sambungnya.

Dalam pernyataan yang disampaikan bersama, Ar Soedarto dan Tulus menjelaskan latar belakang pemilihan tema. Mereka menyampaikan karya-karya yang ditampilkan memang diam dalam bentuknya, tetapi dirancang untuk menghadirkan dinamika, baik dalam ruang, gerak, warna, maupun isu yang dibawa.

"Tidak seperti patung kinetik yang secara fisik memang bergerak, karya-karya kami adalah karya statis yang ingin menghadirkan dinamika. Pilihan ini bukan perkara baik atau buruk, melainkan karena kami menyukai bentuk tersebut," ungkap mereka.

"Diksi 'diam' atau 'statis' muncul karena perjalanan seni rupa kami sudah sedemikian jauh, sementara 'dinamika' adalah gejolak berkarya yang tidak bisa dihentikan," sambungnya.

Keduanya menegaskan bahwa diam bukan berarti pasif. Sebaliknya, diam adalah ruang kontemplatif yang tetap menggema dengan dinamika, refleksi, dan pencarian makna.

'Dinamika dalam Diam', lanjut mereka, adalah bentuk dari kesadaran akan proses berkesenian yang sudah begitu jauh ditempuh dan kini dituangkan menjadi ekspresi.

Sebagai informasi, pembukaan pameran 'Dinamika dalam Diam' turut dihadiri oleh jajaran seniman dan budayawan ternama Indonesia, di antaranya Taufiq Ismail; Kepala Balai Budaya Jakarta, Syahnagra Ismail; dan seniman Akbar Linggaprana.

Sementara itu, dari Kemenbud turut mendampingi Fadli antara lain Staf Ahli Menteri Bidang Hukum dan Kebijakan Kebudayaan Masyithoh Annisa Ramadhani Alkatiri; dan Direktur Pengembangan Budaya Digital Andi Syamsu Rijal.

Lihat juga Video 'Launching Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Ditargetkan Desember':

(akd/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads