Panjat Pinang, Primadona Agustusan yang Mulai Turun Pamor

Panjat Pinang, Primadona Agustusan yang Mulai Turun Pamor

- detikNews
Senin, 13 Agu 2007 10:53 WIB
Jakarta - Peringatan HUT RI 17 Agustus tinggal menghitung hari. Namun puluhan batang pohon pinang dagangan Dodi (22) masih teronggok. Lima hari menjelang Agustusan, dia baru berhasil menjual tiga batang pohon.Padahal bertahun-tahun lalu, panjat pinang sempat menjadi primadona. Agustusan tanpa panjat pinang ibarat sayur tanpa garam. Anyep!Dulu, panjat pinang menjadi hiburan yang paling dinanti-nantikan warga. Namun primadona tujuhbelasan itu kini mulai kehilangan pamornya. Seiring berkembangnya zaman, kedudukannya kini tergeser. "Tahun ini sepi sekali, saya sudah seminggu dagang di sini tapi baru laku tiga batang. Padahal tahun-tahun sebelumnya hari gini sudah laku banyak," keluh Dodi yang menggelar dagangannya di bawah jembatan jalan layang Jagakarsa, Tanjung Barat, Jakarta Selatan, saat ditemui detikcom, Senin (13/8/2007).Soal harga, Dodi menduga tidak ada masalah. Sebab harga per batang pohon pinang yang sudah dirakitnya itu tidak berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebatang pohon pinang yang sudah siap pakai dihargai sekitar Rp 300 ribu-Rp 350 ribu. Harga itu untuk pohon dengan tinggi sekitar 9 meter. Sedangkan untuk pohon yang tingginya 7 meter, dia melepasnya dengan harga Rp 250 ribu. Tahun lalu dia bahkan sempat menjual seharga Rp 400 ribu-Rp 500 ribu per batang. "Sekarang jual Rp 300 ribu aja susah sekali. Ada sih yang datang, tapi hanya lihat-lihat dan tanya-tanya aja," kata Dodi. Batang-batang pohon tersebut dibawanya dari Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat. Di daerah tempat tinggalnya itu, Dodi yang sudah 9 tahun berdagang batang pinang membeli per batang pohon seharga Rp 20 ribu. Untuk membawa dagangannya ke Jakarta, dia harus menyewa truk. Jika ditambah ongkos yang harus dikeluarkannya, rata-rata modal per batang pohon pinang mencapai Rp 100 ribu. Dagangannya itu dia bawa dalam bentuk mentahan.Agustusan tahun ini, Dodi yang ditemani kerabat dan kakaknya berhasil menghimpun sekitar 130 batang pinang. Di Jakarta, batang-batang pinang itu dipasarkan di tiga tempat, Jagakarsa, Pasar Minggu dan Kali Malang, Jakarta Timur. "Saya kebagian di sini, di tempat lain ada kakak saya. Ini pengalaman pertama berdagang di sini," kata Dodi yang sudah mendapat izin berdagang dari Lurah Jagakarsa. Dodi mengaku akan menggelar dagangannya hingga tanggal 20 Agustus. Namun diakuinya, dia hanya bisa menangguk untung besar jika dagangannya terjual sebelum 17 Agustus. Sebab setelah tanggal itu dia akan banting harga. Harga per batang pohon bisa menyusut hingga menjadi Rp 100 ribu. "Asal balik modal saja. Kalau nggak laku juga paling-paling dipotong-potong jadi sampah," ujarnya.Di kolong jalan layang Jagakarsa, Dodi tidak sendirian menggelar dagangannya. 50 Meter dari tempatnya berjualan, pedagang lain yang menumpuk batang pinang di sisi rel kereta juga tampak menantikan pembeli. (umi/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads