Cerita keteladanan datang dari Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Demi menghadirkan air bersih bagi warga di wilayahnya, Aiptu Ahmad Syamsul rela merogoh kocek pribadi hingga meminjam kredit ke bank.
Kisah Aiptu Syamsul yang membuat tiga sumur bor diceritakannya saat berbincang dengan detikcom pada Rabu (24/9/2025). Atas dedikasinya, Ps Kanit Samapta Polsek Tongkuno Polres Muna itu diusulkan oleh Polda Sultra dalam program Hoegeng Corner 2025.
Awal pengabdian Syamsul sebagai polisi bermula sejak 1998 di Polda Sulsel. Selama lebih dari 10 tahun bertugas di sana, Syamsul kemudian dimutasikan untuk bertugas di Polda Sultra sejak 2009.
Adapun pengabdiannya yang membuat sumur bor bagi masyarakat dilatarbelakangi oleh kondisi masyarakat di sana yang kesulitan mendapatkan air bersih. Di Desa Oempu, Kecamatan Tongkuno, misalnya, warga harus pergi sampai puluhan kilometer untuk membeli air bersih.
Atas dasar itu, Syamsul berinisiatif untuk membuat sumur bor. Namun usahanya itu sempat tak berjalan mulus dan di luar perkiraan awal.
"Perkiraan kami sebelum menggali 60 sampai 70 meter, ternyata kurang lebih 6 bulan (pekerjaan) kedalamannya kurang lebih 143 meter. Itu karena daerah bebatuan," kata Syamsul.
Bertambahnya kedalaman penggalian juga berdampak pada biaya yang dikeluarkan. Syamsul bahkan harus mengeluarkan biaya kurang lebih Rp 350-400 juta. Biaya itu dikeluarkan secara bertahap dan berasal dari tabungan hingga pinjaman kredit ke bank.
"Pertimbangan kami gini, saya berhenti sudah habis, jadi mendingan saya lanjut," kata Syamsul.
Setelah dijalankan berbulan-bulan, akhirnya air dari sumur bor itu bisa dimanfaatkan oleh warga. Aksi Syamsul yang menggagas sumur bor itu pun menuai respons positif dari warga.
Selanjutnya, Syamsul juga melakukan penggalian di daerah lain. Namun kali ini penggalian sumur bor itu gagal karena ada alat mesin yang tertanam di lubang.
Pada 2022, Syamsul juga menerima laporan bahwa masyarakat di Masjid Darul Falah, Desa Labasa, yang kesulitan mendapatkan air. Dia kemudian turun tangan untuk membantu warga dengan melakukan penggalian sumur bor di lokasi tersebut.
Penggalian di lokasi ketiga ini relatif berhasil dengan kedalaman kurang lebih 50 meter. Air bisa digunakan oleh warga, terutama ketika musim kemarau melanda.
"Itu (habis) sekitar Rp 30 jutaan," kata Syamsul.
Titik keempat pengeboran sumur ada di Kelurahan Lawama, Kecamatan Tonkuno Selatan, pada 2025. Biaya dan kedalaman pengeboran hampir sama dengan titik yang kedua.
"Itu biaya kurang lebih 30 juta dengan kedalaman kurang lebih 52 meter. Alhamdulillah air berguna bagi masyarakat, artinya saat ini mereka pagi sore banyak yang minta ambil air di masjid," imbuh dia.
Dalam melakukan penggalian sumur ini, Syamsul merekrut tukang bor yang biasa melakukan hal tersebut. Dia menaruh penuh kepercayaan pada tukang untuk menyelesaikan pekerjaan.
"Ada orang lain, saya bayar," kata Syamsul.
Total ada empat titik pengeboran yang telah dikerjakan Syamsul, dengan tiga di antaranya yang berhasil. Dari upayanya itu, Syamsul menghabiskan uang sekitar Rp 500-600 juta.
"Saya tidak pernah menduga pekerjaan saya seperti ini, terutama masalah air ini," ujar dia.
Namun dia enggan membicarakan mengenai biaya. Sejak 2019, dia mengatakan sebenarnya dirinya tidak pernah mengekspos kegiatan pengeboran itu. Bahkan dia mengaku kerap datang ke lokasi tanpa sepengetahuan warga.
Syamsul menegaskan niatnya hanya untuk membantu masyarakat. Dia tidak pernah berharap imbal balik dari apa yang dilakukannya itu.
"Tidak ada niat saya mau viral karena ini semata-mata buat saya ini sedekah untuk masyarakat apalagi tentang masalah kehidupan," kata Syamsul.
Tonton juga Video: Kick-Off Hoegeng Corner 2025
(knv/lir)