Prihatin Ponpes Al Khoziny Ambruk, HNW Dukung Pembentukan Ditjen Pesantren

Prihatin Ponpes Al Khoziny Ambruk, HNW Dukung Pembentukan Ditjen Pesantren

Rahmat Khairurizqi - detikNews
Selasa, 14 Okt 2025 13:33 WIB
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW)
Foto: Dok. MPR RI
Jakarta -

Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) prihatin dengan peristiwa robohnya bangunan Masjid di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny yang mengakibatkan wafatnya 67 Santri. Ia mendukung ditingkatkannya status Direktorat Pesantren menjadi Direktorat Jendral Pesantren, agar Pemerintah lebih kuat lagi dalam memperhatian kondisi Pesantren.

Termasuk bila ada masalah pada Pesantren seperti robohnnya bangunan Masjid di Pesantren Al Khoziny, kata HNW, Pemerintah perlu mengoptimalkan dana abadi Pesantren agar dapat dipergunakan untuk program renovasi dan rehabilitasi bangunan pesantren, di tengah rencana pemerintah menggunakan APBN untuk merenovasi Ponpes Al Khoziny Sidoarjo dan audit kelayakan bangunan di berbagai Ponpes lainnya.

Menurutnya, musibah yang terjadi pada santri Al Khoziny selain perlu menjadi bahan evaluasi, bisa dijadikan momentum penguatan hadirnya Negara terhadap institusi Pesantren melalui pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren di Kemenag.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pesantren merupakan institusi menyejarah yang berjasa bagi perjuangan bangsa dan berperan besar membantu negara melaksanakan kewajiban konstitusionalnya, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Tentu pada prinsipnya dan sesuai dengan konstitusi, Pemerintah harusnya memberikan dukungan, baik melalui regulasi, pendampingan, bantuan via APBN atau manfaat Dana Abadi Pesantren yang juga bersumber dari APBN," ujar HNW dalam keterangannya, Selasa (14/10/2025).

"Bahkan sejak lama saya mendorong agar antara lain untuk keperluan di atas penting dibentuk Ditjen Pesantren sehingga lebih banyak lagi bantuan, program, dan pendampingan terhadap Pesantren di Indonesia yang sebagiannya sudah berusia tua," imbuhnya kegiatan Ngobrol Pendidikan Islam (NGOPI) bersama Pesantren Al Qalam Jakarta, (12/10).

ADVERTISEMENT

Anggota DPR RI Fraksi PKS ini menjelaskan selama ini APBN memang sudah digunakan untuk pembangunan ruang kelas baru ataupun rehabilitasi di lingkungan lembaga pendidikan umum maupun keagamaan seperti Madrasah dan Pesantren, baik melalui program Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama maupun Kementerian Pekerjaan Umum (PU).

Namun, anggaran yang disalurkan untuk Madrasah apalagi Pesantren, lanjut HNW, belum adil dan belum sebanding dengan jumlah Pesantren yang ada, sehingga dibutuhkan dukungan anggaran lain seperti berasal dari Dana Abadi Pesantren.

"Sayangnya hingga saat ini Pesantren belum benar-benar merasakan manfaat dari Dana Abadi Pesantren tersebut, karena program yang disalurkan baru berbentuk beasiswa, dengan alokasi dana yang juga jauh dari optimal dan proporsional," jelas HNW.

Sementara aspirasi yang disampaikan para santri dan Ustadz/ah di antaranya agar manfaat dari dana abadi pendidikan termasuk dana abadi pesantren bisa lebih besar sehingga semakin banyak peluang beasiswa untuk generasi muda melanjutkan di berbagai bidang studi yang lebih tinggi.

Selain itu, HNW mengatakan saat ini Dana Abadi Pesantren masih digabung dengan Dana Abadi Pendidikan dengan dikelola LPDP. Dari perolehan imbal hasil LPDP Rp 9,3 Triliun di tahun 2023 misalnya, alokasi untuk Pesantren hanya Rp 250 Miliar. Padahal, jumlah santri Pesantren sekitar 5 juta santri atau setara dengan sekitar 9 persen siswa nasional yang mencapai 52 juta siswa.

"Sehingga sudah selayaknya alokasi manfaat Dana Abadi Pesantren mengikuti proporsi jumlah santri dengan siswa tersebut, yakni bisa disalurkan sekitar Rp 900 Miliar untuk Pesantren. Dan pada nominal tersebut sudah sewajarnya selain dikerjakan oleh lembaga selevel Direktorat Jenderal yakni Ditjen Pesantren, tidak hanya direktur saja, juga agar peruntukannya mencakup beasiswa dan pembangunan sarana dan prasarana Pendidikan, untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan rasa aman Santri," lanjut Hidayat.

Maka dirinya mendorong selain program beasiswa untuk jurusan keagamaan, juga bisa diberikan beasiswa bagi setiap Pesantren untuk jurusan umum, seperti kedokteran, ekonomi, termasuk arsitek dan teknik sipil.

Sehingga setelah lulus dari Pesantren, lanjut HNW, para santri bisa berkontribusi kembali ke Pesantren dan berkontribusi sesuai bidang keilmuan yang dimiliki, untuk memastikan kesehatan dan keselamatan bangunan beserta seluruh santri di dalamnya, agar tidak terulang lagi kasus robohnya bangunan Pesantren.

HNW mengungkapkan tentu pihaknya yakin tidak ada pengasuh Pesantren yang ingin mencelakakan santrinya sendiri dengan hadirnya bangunan yang rapuh atau tidak sesuai aturan bernegara.

"Maka Negara juga harus hadir meningkatkan profesionalitas, keahlian dan keterampilan santri dan alumni Pesantren baik dalam ilmu-ilmu Agama maupun umum, agar para alumni Pesantren bisa berkontribusi membangun gedung-gedung di Pesantren yang memenuhi standar, dan mengembangkan Pesantren sesuai dengan standar mutu dan kelayakan yang berlaku," ungkapnya.

"Sehingga tidak terjadi lagi misalnya pembangunan gedung yang tidak sesuai spesifikasi, dengan adanya alumni Pesantren yang melalui beasiswa Dana Abadi Pesantren telah menjadi ahli di bidang teknik sipil, arsitek, ahli gizi, dokter dll, yang dengan keberadaan mereka di Pesantren bisa turut memastikan keamanan bangunan gedung/masjid, dan tidak terulangnya tragedi yang korbannya dari puluhan Santri itu," pungkas HNW.

Simak juga Video Istana Kaji Wacana Perbaikan Ponpes Pakai APBN

(akd/akd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads