Jalan-Jalan ke Kota Tua
Mengunjungi Museum Fatahillah
Sabtu, 11 Agu 2007 09:11 WIB
Jakarta - Museum Fatahillah dikenal juga sebagai Museum Sejarah Jakarta. Museum ini adalah bagian dari Kota Tua Jakarta. Pembangunan pertamanya dimulai tahun 1620 oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterszoen Coen.Museum tersebut terletak di Jalan Taman Fatahillah No 2, Jakarta Barat. Semula gedung yang dipakai museum ini adalah stadhuis atau balaikota.Bangunan balaikota itu dibangun sama dengan Istana Dam di Amsterdam. Bangunan tersebut terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat, serta bangunan yang digunakan sebagai kantor balaikota, kantor urusan perkawinan, dan ruang pengadilan.Bangunan ini dibangun dengan gaya barok klasik. Bangunanya terdiri dari dua lantai dan kelihatan sangat elegan. Luasnya mencapai 13.588 meter.Di balik arsitekturnya yang memukau, terdapat ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Di penjara ini Pangeran Diponegoro dan Tjoet Njak Dhien pernah ditahan di dalamnya.Penjara ini juga diperuntukan bagi para narapidana kriminal, politik, dan mereka yang tidak bisa melunasi utang-utangnya. Sampai sekarang, bola-bola pemberat yang digunakan untuk merantai tahanan masih dapat disaksikan di penjara yang gelap dan pengap ini.Pada 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah. Di dalamnya aneka koleksi museum mulai dari zaman batu, masa klasik Kerajaan Hindu-Budha, masuknya Islam, kolonial, era kemerdekaan, hingga abad moderenbisa disaksikan di sini.Koleksi paling banyak berasal dari masa kolonial. Pengunjung bisa menyaksikan aneka barang yang digunakan pada masa itu, mulai dari perlengkapan rumah tangga hingga aneka senjata tajam dan senjata api yang masih sangat kuno.Tentunya menarik melihat aneka benda yang usianya sudah ratusan hingga ribuan tahun tersebut. Mempelajari sejarah Kota Jakarta menjadi tidak membosankan. Tak heran museum ini ramai dikunjungi, mulai dari anak sekolah sampai turis asing.Seperti tiga turis asing dari Inggris yang ditemui detikcom di dalam Museum Fatahillah. Mereka kelihatan sangat antusias dengan lukisan Gubernur Jenderal VOC, JP Coen yang terpajang di dinding museum."Ini sangat menyenangkan, memasuki gedung ini seakan-akan diajak kembali ke masa lalu. Pesonanya luar biasa," kata David, salah seorang turis asing itu pada detikcom.Koleksi Museum Fatahillah yang cukup diminati pengunjung adalah meriam Si Jagur. Pengunjung yang datang biasanya tak melewatkan kesempatan untuk berpose dengan meriam ini.Meriam besar ini dipajang di bagian belakang museum. Beratnya mencapai 3,5 ton dengan panjang 3,85 meter dan diameter laras 25 sentimeter. Ada tulisan berbahasa Latin yang berbunyi 'Ex me ipsa renata sum' yang artinya 'Dari diriku sendiri, aku dilahirkan lagi'.Konon Si Jagur ini dibuat dengan melebur 17 meriam yang lebih kecil. Senjata ini dulunya milik Portugis yang dipakai untuk mempertahankan Malaka dari seranganBelanda. Namun walau sudah memiliki senjata ampuh, Portugis akhirnya kalah, dan Si Jagur pun dibawa ke Batavia.Berkunjung ke Museum Fatahillah sama sekali tidak mahal. Pengunjung umum cukup membayar tiket masuk sebesar Rp 2000, mahasiswa Rp 1.000, dan pelajar serta anak-anak Rp 600. Museum ini buka setiap hari, kecuali hari Senin, mulai pukul 09.00-15.00 WIB.
(rdf/nvt)