Menteri Transmigrasi RI (Mentrans), M. Iftitah Sulaiman Suryanagara mengatakan kawasan Yichang menjadi contoh bagaimana relokasi penduduk bisa menjadi motor penggerak industrialisasi modern. Menurutnya, ini menjadi pembelajaran penting bagi transformasi transmigrasi yang sedang dijalankan di Indonesia.
"Kota Yichang awalnya dibangun sebagai kawasan relokasi bagi 1,3 juta warga yang terdampak pembangunan Dam, pusat energi listrik terbesar yang ada di Tiongkok. Dari proyek besar itu, pemerintah Tiongkok menata kembali wilayah tersebut menjadi kota baru yang kini tumbuh sebagai pusat energi, perdagangan, dan industri hijau," ujar Iftitah dalam keterangannya, Senin (13/10/2025).
Hal tersebut disampaikannya usai diterima jajaran Pemerintah Kota Yichang, Minggu (12/10). Diketahui, butuh waktu 32 tahun Yichang berubah menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang maju dan sejahtera. Saat ini, Yichang memiliki fasilitas lengkap pendidikan, kesehatan, industri, dan lapangan kerja yang menopang kehidupan warganya secara berkelanjutan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Proses pembangunan Yichang membutuhkan kesabaran dan kesepahaman antara pemerintah dan masyarakat, ekosistem transmigrasinya terbentuk. Proses relokasinya saja memakan waktu 16 tahun, dan pembangunan kotanya butuh 16 tahun lagi. Total 32 tahun hingga mencapai kemajuan seperti sekarang jadi keterikatan kepercayaan masyarakat dengan pemerintahnya adalah tantangan terbesarnya," kata Iftitah.
Menurutnya, keberhasilan Yichang tidak hanya terletak pada pembangunan fisik, tetapi juga pada pembangunan manusianya. Empat pilar utama yang menopang kesuksesan kota ini adalah pendidikan yang baik, layanan kesehatan yang merata, infrastruktur yang modern, serta penyediaan lapangan kerja bagi seluruh warga.
"Yang paling penting adalah kepercayaan masyarakat. Janji pemerintah untuk memberikan pendidikan, jaminan kesehatan, dan pekerjaan benar-benar diwujudkan. Itu yang membuat masyarakat mau ikut berpindah dan membangun bersama," jelasnya.
Iftitah juga menambahkan bahwa tantangan yang dihadapi China dalam membangun Yichang sangat mirip dengan situasi di Indonesia, terutama dalam hal relokasi warga dan pembangunan pusat ekonomi baru di wilayah pedesaan dan terpencil.
"Indonesia ingin belajar langsung dari pengalaman Tiongkok. Kami ingin menjajaki bagaimana model pembangunan seperti Yichang bisa diadaptasi untuk mempercepat kemajuan kawasan transmigrasi di Indonesia. Prinsipnya sama: membangun dari manusia, bukan hanya dari infrastruktur," tegasnya.
Dalam kunjungan ke Yichang, Iftitah dan delegasi juga akan meninjau beberapa lokasi pembelajaran, seperti Desa Xujiaachong sebagai lokasi relokasi warga terdampak bendungan, Three Gorges Project sebagai pusat energi listrik terbesar di dunia yang dibangun oleh BUMN Tiongkok, serta Desa Guanzhuang yang berhasil mengembangkan industri jeruk hingga produksi mencapai satu juta ton per tahun.
"Jadi industrialisasi itu tidak hanya dalam skala industri besar-besaran namun ada juga hilirisasinya dalam hal ini pengelolaan lanjutannya. Kemudian kami akan meninjau PT. Angle Group yang mengelola industri ragi yang ilmunya dapat kami pelajari untuk kawasan transmigrasi di Indonesia," ujar Iftitah.
"Kami menyadari bahwa Indonesia membutuhkan pendampingan, mengingat Tiongkok memiliki kapital yang lebih besar. Di Tiongkok, kami menemukan model yang menarik, yaitu semacam Bapak Asuh, di mana kota atau provinsi yang lebih kaya membantu kota atau provinsi yang kurang beruntung. Kami berencana untuk mengembangkan hal serupa di Indonesia," imbuhnya.
Sebagai salah satu kota di pedalaman Sungai Yangtze yang berkembang lebih awal, Yichang membuka diri terhadap dunia. Kota ini memiliki hubungan kerja sama persahabatan dengan 36 kota luar negeri dan mengekspor produk ke lebih dari 180 negara.
"Hubungan ekonomi Yichang-Indonesia cukup kuat; volume perdagangan impor-ekspor antara keduanya mencapai 1,98 miliar yuan pada 2024, naik 9,4% dari tahun sebelumnya," kata Wakil Walikota Yichang, Liu Jinsong.
Adapun kunjungan ini diharapkan dapat mempererat saling pengertian, memperkuat persahabatan, dan mendorong kerja sama nyata di bidang ekonomi, perdagangan, pembangunan kota, serta revitalisasi pedesaan. Tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan membangun komunitas masa depan bersama antara Tiongkok dan Indonesia.
Kementerian Transmigrasi berharap pengalaman Yichang bisa menjadi inspirasi untuk mempercepat pembangunan kawasan transmigrasi di Indonesia agar menjadi pusat pertumbuhan baru yang produktif, berkelanjutan, dan sejahtera bagi masyarakat.
(anl/ega)