Waka Komisi XI DPR soal Pemotongan TKD: Kepala Daerah Bersabar Dulu

Waka Komisi XI DPR soal Pemotongan TKD: Kepala Daerah Bersabar Dulu

Rumondang Naibaho - detikNews
Sabtu, 11 Okt 2025 14:36 WIB
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Fraksi NasDem, Fauzi Amro
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Fraksi NasDem, Fauzi Amro (dok. Istimewa)
Jakarta -

Wakil Ketua Komisi XI DPR Fauzi Amro menanggapi protes pemotongan transfer ke daerah (TKD). Dia meminta para kepala daerah bersabar terkait kebijakan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026 itu.

"Kita minta kepala daerah bersabar dulu. Gubernur, bupati, wakil bupati untuk bersabar dulu karena memang kondisi fiskal kita, kondisi pendapatan negara kita, belum maksimal," kata Fauzi kepada wartawan di NasDem Tower, Jakarta Pusat, Sabtu (11/10/2025).

Dia kemudian mengatakan, jika pendapatan negara sudah maksimal, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa akan membantu agar TKD setidaknya tidak berkurang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan janji Pak Menteri Keuangan, kalau pendapatan negara kita maksimal, dia akan membantu kawan-kawan daerah, minimal TKD-nya tidak berkuranglah," tutur Fauzi.

ADVERTISEMENT

Fauzi menjelaskan alasan pemangkasan TKD adalah angka pendapatan negara tidak mengalami kenaikan signifikan karena adanya program-program baru pemerintah.

"Belanja negara kita bertambah, terutama ada beberapa program Pak Prabowo yang unggulan-unggulannya itu yang memang membutuhkan anggaran yang besar, seperti MBG, hilirisasi pangan, hilirisasi energi," jelasnya.

Namun, menurutnya, pemangkasan TKD bukan jadi alasan kepala daerah tidak merealisasikan janji kampanyenya. Kepala daerah, lanjutnya, bisa memanfaatkan potensi untuk mengerek pendapatan asli daerah (PAD), baik dari pajak maupun retribusi.

"Persoalan mengatakan janji kampanye nggak terealisasi, ya menurut saya kan, siapa yang berjanji, siapa yang realisasi. Jangan sampai berjanji memberikan harapan yang tidak pasti," ujar Fauzi.

Terkait itu, Fauzi menyoroti janji kepala daerah yang sering kali tak masuk akal saat berkampanye. Menurutnya, para kepala daerah harus memahami kondisi fiskal dan keuangan daerahnya sebelum mencalonkan diri.

"Kalau orang mau jadi calon, ini kan janjinya kadang-kadang nggak masuk akal. Nah, jangan sampai kita mau calon bupati, gubernur, kepala daerah itu, harus juga paham dengan kondisi fiskal atau keuangan daerah masing-masing. Sehingga antara yang kita bicarakan harus sesuai," pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa didatangi kepala daerah yang tergabung dalam Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI). Tercatat sebanyak 18 gubernur hadir langsung, 15 daerah diwakili, dan 5 daerah tidak hadir.

Para kepala daerah ini datang untuk menolak pemotongan transfer ke daerah (TKD) yang dilakukan Kementerian Keuangan untuk 2026. Pemotongan itu disebut sangat memberatkan.

Purbaya pun menilai kemarahan itu normal karena anggaran yang diberikan lebih kecil. Hanya, ia meminta pemda memperbaiki dahulu kinerja belanja yang selama ini dicap kurang bagus.

"Semuanya tergantung pada kepala daerahnya lagi nanti ke depannya. Saya kan pemerintahan baru, image mereka kan kurang bagus kan di mata pemimpin-pemimpin di atas kelihatannya. Jadi kalau mereka bisa perbaiki image itu, ya nggak ada keberatan," kata Purbaya di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, dilansir detikFinance, Selasa (7/10).

"Kalau mereka mau bangun daerahnya, kan harusnya dari dulu sudah bagus, anggarannya nggak ada yang hilang sana-sini. Salah satu concern di sana adalah banyak melesetnya," tambahnya.

TKD dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026 diputuskan sebesar Rp 693 triliun. Jumlah itu sudah ditambah dari sebelumnya Rp 650 triliun, tapi masih lebih rendah dari alokasi 2025 yang mencapai Rp 919,9 triliun.

Simak juga Video 'Mendagri Sebut Dalam Konstitusi, Kepala Daerah Mungkin Dipilih DPRD':

(ond/isa)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads