Semangat boikot terhadap Israel dan produk terafiliasi Israel di tengah masyarakat Indonesia cenderung fluktuatif atau naik turun. Hal ini diungkap CEO Drone Emprit, Ismail Fahmi, saat memaparkan hasil analisis tren digital gerakan boikot Israel dalam acara detikcom Leaders Forum beberapa waktu lalu.
Analisis ini menunjukkan gelombang boikot sangat bergantung pada adanya peristiwa atau kampanye besar. Tanpa adanya pemicu yang signifikan, kesadaran dan partisipasi publik dalam gerakan ini cenderung melemah.
"Kami melihat dari grafik tren sepanjang Januari hingga September, pergerakannya sangat dinamis. Puncaknya terjadi ketika ada event atau gerakan internasional yang kemudian diangkat oleh para aktivis di Indonesia," ujar Ismail.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan tanpa adanya momentum tersebut, tren boikot bisa jadi datar. Salah satu pemicu terbesar yang berhasil mengangkat kembali semangat boikot adalah Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 83 Tahun 2023 tentang hukum dukungan terhadap perjuangan Palestina. Fatwa ini secara tegas menyatakan haram hukumnya bagi umat Islam untuk mendukung agresi Israel, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebaliknya, fatwa tersebut mewajibkan dukungan terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina.
"Drone emprit itu memonitor sudah cukup lama, ada kata kunci boikot terutama di Bahasa Indonesia. Kemudian ada beberapa nama gerakan boikot seperti BDS, BDS Indonesia. Kita ada grafik tren istilahnya, di mana kita ambil data itu dari bulan Januari kemarin itu hingga hari ini, September," jelas Ismail.
![]() |
Ismail menjelaskan pembahasan di media sosial memuncak pada 7 April 2025 (495 mentions) didorong oleh maraknya seruan boikot terhadap beberapa produk. Kemudian, perdebatan efektivitas boikot serta dampaknya bagi pekerja lokal, hingga dukungan terbuka terhadap Gerakan BDS.
Kemudian, pada 7 Juli 2025, pemberitaan media online melonjak (59 mentions). Hal ini didorong oleh aksi damai One Million Women for Gaza, seruan boikot restoran cepat saji pro-Israel melalui kampanye #GantiProduk. Kemudian, penguatan narasi moral dan fatwa MUI No. 83/2023 sebagai bentuk dukungan terhadap kemerdekaan Palestina.
"Trennnya itu naik turun, naik turunnya itu biasanya pada saat, misalnya pada bulan Maret, April itu ada naik tinggi sekali, 2025. Itu tinggi sekali, ada event, ada event gerakan internasional juga memboikot beberapa produk. Kemudian diamplifikasi oleh aktivis yang di Indonesia. Kemudian juga ada pada saat MUI membuat fatwa, menyamankan fatwa lagi, haram menggunakan produk-produk dari perusahaan yang mendukung Israel. Dan itu menciptakan peak lagi dan itu membangun kesadaran," lanjutnya.
Sementara itu, Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis, mempertegas landasan fatwa tersebut.
"Fenomena yang terjadi sudah sangat jelas merupakan genosida, yaitu pembunuhan massal terhadap rakyat yang tidak berdosa. Maka, siapa pun yang memberi dukungan terhadap keberadaan Israel, hukumnya adalah haram," papar Kiai Cholil.
Dampak dari fatwa ini terasa nyata. Menurut Kiai Cholil, penjualan produk-produk terafiliasi Israel mengalami penurunan signifikan hingga 9% pada November 2023, tepat setelah fatwa dikeluarkan. Tren penurunan ini bahkan berlanjut lebih dalam pada April dan Mei 2024. Menariknya, kondisi ini diiringi dengan peningkatan penjualan produk-produk dalam negeri yang menjadi alternatif atau substitusi.
Wakil Ketua Umum Dewan Pakar PP Dewan Masjid Indonesia (DMI), Imam Addaruqutni, menambahkan bahwa suatu produk bisa menjadi haram bukan hanya karena zatnya, tetapi juga karena faktor eksternal.
"Dalam Fatwa MUI, sebuah usaha yang produknya halal bisa menjadi haram karena berhubungan langsung dengan upaya menguatkan genosida dan penjajahan yang dilakukan Israel. Keharaman itu muncul karena hal yang mengikutinya," jelasnya.
Melihat efektivitas dan tantangan yang ada, para ulama mengajak masyarakat untuk menjaga konsistensi atau istikamah dalam menyuarakan boikot. Menurut Kiai Cholil, melemahkan kekuatan ekonomi Israel adalah salah satu cara paling efektif yang bisa dilakukan oleh masyarakat sipil untuk mendukung perjuangan Palestina dan menolak agresi militer.
Simak juga Video: Ancaman Boikot Kontes Lagu Eurovision Jika Israel Ikut