Pengabdian Panjang Bripka Rudi di Pedalaman Kalimantan Meski Tanpa Akses Jalan

Pengabdian Panjang Bripka Rudi di Pedalaman Kalimantan Meski Tanpa Akses Jalan

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Selasa, 07 Okt 2025 10:29 WIB
Bhabinkamtibmas Desa Long Sule dan Long Pipa, Bripka Rudi.
Bhabinkamtibmas Desa Long Sule dan Long Pipa, Bripka Rudi. (Foto: dok. Istimewa)
Jakarta -

Keterbatasan akses jalan hingga tidak adanya aliran listrik tak menyurutkan semangat Bripka Rudi untuk mengabdi di Desa Long Sule dan Long Pipa, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara (Kaltara). Bhabinkamtibmas itu terus berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk menjawab semua masalah masyarakat.

Bripka Rudi menjadi Bhabin di Desa Long Sule dan Desa Long Pipa sejak 2011. Desa ini berada di Kecamatan Kayan Hilir, dikelilingi oleh pegunungan dan hanya bisa dijangkau dengan pesawat perintis.

"Saya di sini sudah 15 tahun, dekat dengan masyarakat, tahu situasi, selalu mendampingi. Walaupun di sini banyak keterbatasan yang kami miliki. Pertama transportasi hanya pakai pesawat saja dari kabupaten ke desa sini, tidak ada akses lain selain pesawat," kata Bripka Rudi saat berbincang dengan detikcom, Senin (29/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bripka Rudi merupakan salah satu kandidat untuk Hoegeng Corner 2025. Dia diusulkan oleh SDM Polres Malinau atas pengabdian untuk warga Desa Long Sule dan Long Pipa. Berbagai permasalahan masyarakat selalu dijawab Bripka Rudi.

ADVERTISEMENT

"Dulu saya pernah mengajar di SD tapi tidak lama, karena dulu kekurangan guru, setelah itu masuk PNS yang dari kabupaten masuk ke sini," kata dia.

Dua desa ini ada di perbatasan Indonesia dan Malaysia. Kondisi geografis desa berada di tengah hutan. Aliran listrik PLN belum ada, warga hanya mengandalkan aki dan panel surya.

"Jalur darat nggak ada jalan dari Kabupaten Malinau, karena kami ini perbatasan langsung dengan Malaysia. Kami di sini banyak masyarakat yang mengatakan bahwa Indonesia sudah merdeka tapi kita tidak merdeka dalam segi kehidupan kita, contohnya seperti barang-barang makanan, gula 60 ribu satu kilo, bensin 60 ribu per liter," kata dia.

Dengan keterbatasan kondisi di desa tersebut, Bripka Rudi tetap bersyukur. Sebab, menurutnya bahwa polisi harus ada di tengah masyarakat.

"Itu yang dirasakan masyarakat saya, tapi mereka bersyukur dari segi keamanan, ini aman dan nyaman, karena didampingi oleh Bhabinkamtibmas, Babinsa, dari TNI satu dari TNI satu," tutur dia.

Operasional pesawat perintis dari dan ke desa Long Sule dan Long Pipa setiap Senin, Rabu dan Kamis, dengan harga tiket sekitar Rp 600 ribu. Rudi menyebut warga kerap kali mengalami kesulitan jika mengurus administrasi ke kantor kecamatan atau ke kantor kabupaten.

"Mungkin sedikit masalahnya, mereka mau daftar PPPK, mereka mau buat SKCK, saya bantu dari sini, saya hubungkan ke Polsek, karena Polsek saya juga berpisah harus pesawat lagi dari Pospol sini. Jadi semua di sini butuhnya pesawat, kalau di kota masih ada ojek online," jelas dia.

Bripka Rudi mengenang awal mula dia menjadi Bhabin di Desa Long Sule dan Long Pipa. Pada tahun 2010, Bripka Rudi ditugaskan di Polsek Kayan Hilir. Dia kemudian sowan ke kantor kecamatan.

"Saya waktu itu berbincang dengan Pak Camat di sana, kita di kecamatan berapa desa sih, Pak Camat menjawab 5 desa, loh yang saya tahu cuma 3 desa. Duanya terpisah, harus (naik) pesawat lagi. Saya penasaran di mana desa itu," jelasnya.

Kemudian, Rudi ditugaskan untuk mengantarkan logistik Pilkada 2010 ke desa tersebut. Dia berbincang dengan warga. Usai perbincangan tersebut warga setempat meminta kehadiran polisi di wilayah setempat.

"Sekitar 20 tahun nggak ada polisi 'kalau bisa bapak bertugas bersama kami', mulai dari situ saya merasa perlu ada kehadiran polisi di dua desa ini. Langsung mereka menyatakan tempat tinggal saya," jelasnya.

Bhabinkamtibmas Desa Long Sule dan Long Pipa, Bripka Rudi.Bhabinkamtibmas Desa Long Sule dan Long Pipa, Bripka Rudi. (Foto: dok. Istimewa)

Rudi mengatakan tantangan terbesar saat bertugas di Desa Long Sule dan Long Pipa adalah akses jalan. Dia pun sempat mencarter pesawat untuk mengirim motor dinas ke lokasi.

"Dicarter pesawat, ini saya pernah bawa motor Bhabin itu 18 juta saya bayar, sedangkan biaya operasional dari Polda itu hanya 500 ribu dana dikeluarkan, selama 3 bulan saya nabung untuk itu saja bawa sepeda motor. Karena memang diwajibkan untuk satu Bhabin ada satu kendaraan, tapi di sini tidak ada jalan yang layak untuk sepeda motor, jalan kaki semua, jalan setapak," jelasnya.

Pasang Jaringan Internet

Hingga saat ini, jaringan seluler belum bisa diakses di Desa Long Sule dan Long Pipa. Untuk memudahkan berkomunikasi, Rudi memasang jaringan internet dengan biaya pribadi.

"Wifi, jadi selama saya sudah merasakan sakitnya tidak ada jaringan seluler di sini, saya berinisiatif beli jaringan satelit, saya tarok di Desa Long Sule satu dan di Long Pipa satu, dengan catatan mereka membeli dengan harga yang murah, untuk bulanan saya bayarkan dari hasil itu, cukup nggak cukup saya bayarkan," jelasnya.

Pemasangan jaringan internet ini dilakukan Rudi sejak tahun 2016. Total biaya yang dia keluarga sekitar Rp 60 juta.

"Itu 21 juta saya beli perangkatnya, baterainya 4 biji yang 6 jutaan, panel surya 10 juta. Sekitar mungkin 60-an. Pribadi saya. Saya pikir kalau nombok itu sudah menjadi risiko untuk saya bantu, ibaratnya sedekah sama masyarakat," ujar dia.

Brikpa Rudi pasang jaringan internet di Desa Long Sule dan Long Pipa, Malinau, Kaltara.Brikpa Rudi pasang jaringan internet di Desa Long Sule dan Long Pipa, Malinau, Kaltara. (Foto: dok. Istimewa)

Selain itu, Bripka Rudi juga rutin menyambangi siswa-siswa di sekolah setiap minggunya. Dia akan memberikan sosialisasi tentang bahaya narkoba, kenakalan remaja hingga cara baris berbaris.

"Saya selalu sambang setiap hari Senin, bergilir, baik dalam rangka mengulang pelajaran PBB, sosialisasi soal narkoba, kenakalan anak dan lain-lain," tutur dia.

Terkait akses jalan ke Desa Long Sule dan Long Pipa, Bripka Rudi mengatakan pemerintah kabupaten sudah mulai melakukan pembangunan. Namun, masih belum sampai ke dua desa tersebut.

"Sudah diajukan, ini sudah ada pekerjaan kemarin dari Sungai Bo dari desa Long Sule, tapi belum bisa dilewati oleh mobil, dari belum 100 persen, sudah ada untuk itu. Tinggal desa ini aja yang belum ada akses jalan darat, semua di Kabupaten Malinau ada, di sini belum," ucap dia.

(lir/knv)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads