HNW Dukung Sikap Menlu RI & Negara Arab-Islam yang Apresiasi Langkah HAMAS

HNW Dukung Sikap Menlu RI & Negara Arab-Islam yang Apresiasi Langkah HAMAS

Rahmat Khairurizqi - detikNews
Senin, 06 Okt 2025 19:02 WIB
MPR
Foto: Dok. MPR
Jakarta -

Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid (HNW) mengapresiasi sikap Menteri Luar Negeri (Menlu), Sugiono yang telah mengeluarkan pernyataan bersama dengan Menlu dari Negara Arab-Islam, yang mengapresiasi dan mendukung sikap Hamas yang demi menghentikan genosida dan menyelamatkan warga Gaza.

Adapun Hamas telah bermusyawarah dengan kelompok-kelompok perlawanan Palestina dan negara-negara mediator seperti; Mesir, Turki dan Qatar, hingga HAMAS telah menyatakan bisa menerima proposal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, untuk hadirkan perdamaian, hentikan perang, bebaskan para sandera dan selamatkan warga Gaza dari genosida hingga terealisasinya Negara Palestina merdeka yang telah diakui oleh lebih dari 156 negara anggota PBB, yang nantinya akan dipimpin oleh teknokrat independen yang berasal dari Palestina, bukan dari luar Palestina.

Pernyataan sikap para Menlu itu disampaikan bersama dengan Menlu dari Qatar, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA), Pakistan, Turki, Arab Saudi dan Mesir di Doha, Qatar, hari Minggu (5/10).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa poin yang di-highlight dalam pernyataan sikap tersebut, di antaranya, adalah apresiasi mereka terhadap Hamas, yang sekalipun menyampaikan sikap tetap konsisten bela eksistensi warga Gaza dan negara Palestina merdeka, tapi tetap terbuka menerima dan siap mendiskusikan lebih lanjut terkait dengan proposal penghentian perang hadirkan perdamaian yang diinisiasi Presiden Trump tersebut. Para Menlu itu juga menyambut baik seruan Presiden Trump agar Israel segera menghentikan serangannya ke Gaza, Palestina.

ADVERTISEMENT

"Sikap Menlu Sugiono dari Indonesia ini konsisten dengan apa yang sebelumnya telah disampaikan di New York setelah mengikuti KTT dan SU PBB 23 September 2025 yang lalu. Di mana beliau menegaskan sikap Indonesia bahwa Gaza adalah milik bangsa Palestina, dan masa depan Gaza/Palestina ditentukan oleh warga Palestina sendiri, bukan oleh orang lain," ujar HNW dalam keterangannya, Senin (6/10/2025).

"Ini sejalan dengan amanat UUD NRI 1945, bahwa segala bentuk penjajahan harus dihapuskan, termasuk penjajahan melalui pemerintahan transisi di Palestina melalui orang asing seperti Tony Blair yang didapuk oleh Trump untuk menjadi salah satu pimpinan teknokrat independen mengelola Gaza pasca gencatan senjata. Apalagi Blair sangat dikenal dengan jejak sejarah hitamnya yang tidak independen," sambungnya.

HNW menyatakan bahwa pernyataan sikap bersama itu juga menunjukkan komitmen negara Arab-Islam, termasuk Indonesia yang mendukung segala bentuk upaya penghentian penyerangan dan genosida di Gaza, Palestina.

"Itu juga sejalan dengan dukungan Sekjen PBB dan beberapa negara Eropa seperti Perancis, Italia dll, yang menyambut baik proposal Trump yang kini hadirkan sikap positif HAMAS yang sekalipun konsistensi dengan prinsip perlawanan untuk kemerdekaan Palestina dan keselamatan warga Gaza, kini siap menerima dan siap mendiskusikan detail proposal penghentian perang dan hadirkan perdamaian itu," tuturnya.

Namun, sayangnya, lanjut HNW, sikap Israel kembali menunjukkan yang berlawanan kepada keinginan negara-negara dan warga dunia yang menghendaki diakhirinya serangan terhadap Gaza dengan adanya perdamaian di sana. Salah satunya ketika Israel secara terbuka tidak melaksanakan seruan dari sekutu terdekatnya, Presiden AS Trump, agar Israel segera menghentikan serangan ke Gaza, dan mendiskusikan pelaksanaan proposal tersebut.

"Sekalipun Trump menyatakan bahwa serangan Israel berhenti, tapi faktanya serangan Israel tidak berhenti ke Gaza, dan korban-korban warga sipil di Gaza masih terus berjatuhan. Dilaporkan oleh TV Al Jazirah bahwa tidak kurang dari 77 warga sipil Gaza, tewas akibat serangan militer Israel pasca larangan Trump itu," jelas HNW.

"Korban serangan Israel juga makin banyak berjatuhan karena Israel juga tetap menyerang kamp pengungsian Al Mawashi di Gaza Selatan. Belum lagi dan dalam waktu bersamaan, tentara Israel juga menculik dan memenjarakan ratusan aktivis kemanusiaan Global Shumud Flotilla sehingga memunculkan protes masif dari berbagai kawasan dunia," imbuhnya.

HNW menuturkan tindakan Israel tersebut seharusnya bisa semakin membuka mata masyarakat dunia bahwa Israel melalui Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang terus meneror warga Gaza dan tidak menghendaki penghentian perang, pembebasan sandera apalagi perdamaian dengan format 'two state solution' dengan hadirnya negara Palestina merdeka yang sudah diakui oleh mayoritas negara-negara anggota PBB.

"Justru HAMAS yang dilabeli sebagai organisasi teroris yang kembali menunjukkan konsistensi dengan sikap positifnya agar peperangan segera dihentikan, pertukaran tahanan Israel dan tahanan Palestina segera dilakukan, dan masyarakat sipil di Gaza dapat terselamatkan dari genosida . Dengan melihat dua fakta ini, masyarakat dunia malah tercerahkan untuk mengetahui siapa sebenarnya pihak yang layak disebut sebagai teroris?," jelasnya.

Lebih lanjut, HNW berharap, agar Presiden Trump bersama-sama negara Arab-Islam bisa memainkan perannya lebih maksimal dalam menekan PM Netanyahu untuk segera menghentikan serangan dan genosida di Gaza.

"Ini juga menunjukkan kewibawaan Presiden Trump, apakah dia memang benar-benar dihormati oleh sekutunya PM Netanyahu. Bila serangan Israel terus dilakukan, artinya instruksi Presiden Trump diabaikan begitu saja dan tidak didengarkan sama sekali oleh Netanyahu, PM Israel. Dan dengan cara itu, Israel justru telah memposisikan diri untuk menolak kehendak masyarakat dunia, yang muak dengan kelakuan Pemerintah dan tentara Israel, sehingga kini Israel justru menjadi musuh bersama umumnya masyarakat global yang mengekspresikannya dalam dukungan di PBB terhadap kemerdekaan Palestina, dan demo masif ratusan ribu massa di Spanyol, Belanda, Belgia, Perancis, bahkan jutaan massa seperti di Italia," ujarnya HNW.

"Maka mestinya, Presiden Trump perlu bersikap lebih tegas kepada PM Netanyahu. Karena bila hal ini berlarut-larut justru menunjukkan kegagalan proposal perdamaian yang diajukannya. Dan bila proposal itu berhasil dengan diakomodasinya usulan-usulan dari HAMAS, tentu itu dapat menjadi legacy bagi dirinya untuk menghentikan perang dan menghadirkan perdamaian dan keamanan di kawasan Timur Tengah, sebagaimana janji kampanyenya saat maju sebagai calon Presiden," pungkasnya.

Tonton juga video "MK Tolak Syarat Capres Minimal S-1, HNW: Guru SD Aja Ada Syarat Ijazah" di sini:

(akn/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads