Dalam rangka memperkuat harmoni dalam keberagaman budaya, Menteri Kebudayaan RI (Menbud) Fadli Zon memberikan apresiasi sekaligus dukungan terhadap ajang Grand Final Miss Tionghoa Indonesia 2025'. Bertempat di Hotel Aryaduta Menteng, Jakarta, perhelatan tersebut menjadi bentuk upaya dalam menjaga tradisi serta budaya Tionghoa di era modern.
"Ajang ini adalah wadah penting untuk merayakan dan melestarikan budaya Tionghoa yang akulturasinya yang telah menjadi bagian integral dari kekayaan budaya Nusantara. Melalui ajang ini, kita perkuat semangat harmoni dalam keberagaman dan menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas budaya kita," terang Fadli, dalam keterangan tertulis, Senin (6/10/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Fadli menyampaikan apresiasi dan dukungan terhadap penyelenggaraan ajang pemilihan Miss Tionghoa Indonesia 2025. Menurut Fadli, Miss Tionghoa Indonesia bukan sekadar kontestasi semata, melainkan bukti nyata ragam identitas budaya Nusantara dapat menjadi 'kekuatan pengikat' atau binding power.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih jauh, Fadli menyebutkan bahwa jejak budaya Tiongkok di Nusantara bukanlah fenomena baru. Masyarakat Tionghoa memberikan peran besar terhadap perkembangan budaya dan kemerdekaan Indonesia, terlihat dari nama-nama tokoh nasional yang memajukan budaya serta literasi di Nusantara.
"Kita lihat banyak sekali tokoh-tokoh masyarakat Tionghoa yang sangat memajukan literasi dan kebudayaan kita. Sebagai contoh misalnya Tan Khoen Swie, yang merupakan perusahaan penerbitan tua di Jawa, yang menerbitkan hampir 300 buku-buku penting dari sastra Jawa," ujar Fadli.
"Termasuk karya-karya besar dari Ronggo Arsito, Yasadipura dan banyak lagi," sambungnya.
Fadli turut menjelaskan akulturasi budaya Tiongkok memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Hal tersebut dibuktikan dari artefak dan bukti-bukti sejarah di pelosok Nusantara yang menunjukkan kekayaan budaya Indonesia.
Fadli mengharapkan ragam budaya tersebut bisa menjadi motor penggerak dalam pertumbuhan industri kreatif dan budaya (cultural and creative industry).
"Mudah-mudahan semakin banyak generasi emas kita, termasuk perempuan Tionghoa Indonesia ke depannya yang bisa menjadi duta-duta budaya. Saya kira kita harus menjadikan budaya sebagai garda depan," kata Fadli.
"Selain untuk jati diri dan identitas kita, peluang ke depan untuk cultural and creative industry ini akan menjadi semakin tren untuk menjadi driver dan engine di dalam pertumbuhan bangsa," tambahnya.
Fadli menyampaikan pesan khusus kepada generasi muda untuk terus berpartisipasi aktif dalam merawat budaya, menjunjung nilai-nilai yang diwariskan oleh leluhur, serta bangga dan berani tampil dengan budaya Indonesia.
"Saya berharap ajang Miss Tionghoa Indonesia menjadi ruang ekspresi pelestarian dan pemersatu bangsa. Selamat dan sukses untuk Miss Tionghoa Indonesia, semoga terus menjadi wadah yang inspiratif, inklusif dan memperkuat semangat kebangsaan melalui budaya," kata Fadli.
Miss Tionghoa Indonesia 2025 merupakan ajang kecantikan (beauty pageant) yang bertujuan untuk menginspirasi, mengedukasi dan membingkai budaya Tionghoa, khususnya pada generasi muda Indonesia. Terdapat 27 finalis yang datang dari berbagai penjuru Indonesia, mulai dari DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, dan Bali.
Mengusung tema 'Merangkai Budaya, Meraih Masa Depan', Miss Tionghoa Indonesia 2025 dibagi menjadi tiga kategori umur, yakni cilik (7-12 tahun), remaja (13-16 tahun), dan dewasa (17-27 tahun).
Sebagai informasi, acara Miss Tionghoa Indonesia 2025 dihadiri oleh National Director Miss Tionghoa Indonesia Nita Kartika; Founder Miss Tionghoa Indonesia Roy E Mahieu; serta motivator sekaligus pengusaha wanita, Merry Riana.
Adapun jajaran dewan juri yaitu Putri Indonesia Pendidikan dan Kebudayaan 2024 Melati Tedja; Gubernur Distrik 3420 Organisasi Rotary International District Dyah Anggraeni; Akademisi President University Fransiska Wiratikusuma; Lektor Chinese Department Binus University Juniana; Direktur Color Models Agung Soedir Putra; serta pengusaha bidang hospitality, Meiline Tenardi. Hadir mendampingi Fadli dalam kesempatan ini, Direktur Pengembangan Budaya Digital Kemenbud RI Andi Syamsu Rijal.
(hnu/ega)











































