Tantangan Iptu Bastian Jadi Guru Warga Adat Bursel: Sempat Ditolak dan Dicurigai

Farih Maulana Sidik - detikNews
Selasa, 30 Sep 2025 15:44 WIB
Jakarta -

Kapolsek Leksula Iptu Bastian Tuhuteru memulai pengabdiannya untuk menjadi pendidik atau guru bagi masyarakat adat di pelosok Buru Selatan, Maluku, pada 2016. Namun di awal pengabdiannya, Iptu Bastian sempat mendapat penolakan dari masyarakat setempat.

Dalam Hoegeng Corner 2025 detikPagi, Iptu Bastian bercerita dirinya pada 2016 ditugaskan menjadi Bhabinkamtibmas di Dusun Walafu. Saat itu, masyarakat di dusun itu belum mengenal baca tulis hingga hidup nomaden atau berpindah-pindah tempat.

"Dari situ tergerak hati saya untuk bagaimana mengubah pola pikir mereka dan bisa mengajak mereka mengenal baca tulis," kata Iptu Bastian, Selasa (30/9/2025).

Iptu Bastian Tuhuteru (Foto: Dok Ist)

Di awal Iptu Bastian 'terjun' pengabdian untuk mengajarkan masyarakat membaca dan menulis, dirinya mendapat tantangan yang tidak mudah. Kehadiran Iptu Bastian sempat ditolak karena kecurigaan masyarakat adat terhadap polisi.

"Kegiatan itu kami lakukan sempat juga ada tantangan, kami sempat juga ditolak. Jadi awalnya orang tua anak-anak itu curiga sama saya sehingga waktu saya mengajar itu banyak yang melihat saya dipikir ini ya bapak polisi ada misi lain. Tapi ya puji tuhan, setelah kami berjalan sekitar satu minggu, hampir dua minggu, di situ orang tua mulai rasa kepercayaan kepada saya," ucap Iptu Bastian.

Tak patah semangat, Iptu Bastian memakai sejumlah cara untuk melakukan pendekatan dan menjelaskan kepada masyarakat tentang tujuan kehadiran dirinya. Iptu Bastian menjelaskan kepada masyarakat bahwa dirinya merupakan Polri yang tidak memiliki kepentingan lain selain mengabdi untuk mencerdaskan masyarakat.

Menurut Iptu Bastian, dahulu kebiasaan masyarakat di Dusun Walafu itu berkebun dan berburu hingga pernikahan usia dini. Anak-anak di desa adat itu yang belum tersentuh dunia pendidikan, sering kali ikut berburu ke hutan dengan orang tuanya.

"Memang kita mau mengubah mindset itu kita butuh proses, kita harus ketulusan hati dan itu betul-betul terus menerus. Jadi bukan hanya satu kali kita datang, kalau saya punya program ini mulai dari 2016 sampai 2019," ujar Iptu Bastian.

Awalnya, Iptu Bastian tidak langsung mengajarkan masyarakat baca-tulis. Tapi ia melakukan pendekatan yang humanis kepada masyarakat desa adat setempat hingga muncul kepercayaan kepada dirinya.

"Jadi awalnya tidak langsung mengajar, kita datang, kita bawa mereka jalan-jalan dengan motor dulu keliling kampung, kemudian kita juga bawa sabun-sabun mandi, bawa mereka ke kali ajarin mereka mandi dan kemudian baru kita belajar," katanya.

Setelah kehadiran Iptu Bastian mendapat kepercayaan masyarakat adat setempat, ia pun semakin semangat dan gencar melakukan pengabdian. Pada akhirnya masyarakat adat perlahan bisa membaca dan menulis hingga kini wilayah itu terjamah sekolah resmi dari pemerintah.

"Sehingga saya sebagai guru, dan anak-anak yang awalnya belum tahu nulis, belum tahu baca, sehingga 3 tahun lebih saya mengabdi di situ hingga anak-anak mulai ada perubahan mindset, yang awalnya anak-anak kawin usia dini, ketika adanya perkembangan pola pikir yang diubah, maka perlahan mulai terbentuk karakter mereka," imbuhnya.




(fas/aud)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork