Barru - Bukan hanya suku Minahasa yang memiliki rumah panggung di daratan Sulawesi. Suku Bugis yang mendiami selatan Sulawesi juga punya dan tak kalah indah.Jika dilihat sekilas, rumah panggung Bugis mirip dengan Minahasa. Namun jika diperhatikan dengan seksama, rumah panggung Bugis lebih luwes, tidak terikat pada pakem gaya tertentu.Sepanjang perjalanan Tim Ekspedisi Bahan Bakar Nabati (BBN) 2007 di Sulawesi Selatan, 3-4 Agustus 2007 lalu, detikcom menyaksikan berbagai bentuk rumah panggung Bugis.Misalnya ada yang berbentuk letter L, letter T, atau bentuk standar persegi empat dengan ukuran yang berbeda-beda. Juga ada rumah-rumah yang memiliki tangga begitu megah, bahkan dibeton dengan semen serta diberi kanopi yang indah.Menurut Rosman, seorang pemilik rumah panggung di Lomporiaja, Kecamatan Taneteriaja, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, semakin besar rumah panggung itu menunjukkan status ekonomi pemiliknya. Semakin besar, tentu semakin banyak membutuhkan tiang penyangga."Ada rumah yang memiliki tiang 100. Kabarnya sudah habis Rp 400 juta untuk membangun rumahnya itu," kata Rosman menyebutkan seorang tetangganya yang membangun rumah itu.Rumah yang didiami Rosman bersama isteri dan 3 anaknya itu dibangun tahun 1997. Saat itu Rosman menghabiskan hampir Rp 100 juta dengan bantuan beberapa tukang."Pakai kayu ulin dari Kalimantan," ujar Rosman bangga."Ayo, silakan naik. Melihat-lihat," imbuh Rosman menawari detikcom untuk melihat isi rumahnya.Kaki pun mengayun menaiki tangga-tangga kayu. Rosman naik lebih dulu dan langsung memanggil istrinya.Terlihat seperangkat sofa yang nyaman dan sebuah televisi di sudut ruangan rumah panggung menyambut. Ternyata, terdapat 3 kamar tidur di dalam rumah itu.Dua kamar tidur berjejer dengan ruang tamu, serta satu ruang tidur lagi sejajar dengan dapur dan kamar mandi. Kamar mandi?!Ternyata, Rosman membangun kamar mandi berkeramik di atas rumah panggung. Sebuah kloset jongkok, bak air dan kran menggantung di kamar mandi yang dialasi keramik namun berdinding kayu itu.Di sebelah kamar mandi, terdapat dapur. Namun Rosman tidak menggunakan bangunan keramik untuk tempat kompor, alat masak dan pecah belahnya.Semuanya diletakkan di atas meja panjang. Terdapat juga kran air yang siap ditampung ember-ember untuk mencuci gelas, piring dan alat memasak.Mengapa Rosman dan mayoritas tetangganya tidak membangun rumah permanen, tanpa panggung saja? Untuk diketahui, sangat sulit menemukan rumah yang dibuat dari semen dan beton di desa Lomporiaja tempat Rosman tinggal itu."Soalnya kalau dibangun dengan semen, gampang retak-retak. Tanah di sini tidak goyang, jadi tidak cocok dengan rumah semen," kata Rosman.Lain Rosman, lain lagi alasan Syarifah yang tinggal tak jauh dari Rosman. Bagi Syarifah, rumah panggung menunjukkan ke-Bugis-an seseorang."Rumah bagi orang Bugis ya seperti ini," kata Syarifah yang sejak lahir sampai sekarang berumur 55 tahun tinggal di rumah panggung itu.
Bentuk Atap sebagai CiriLalu apa yang mencirikan sebuah rumah panggung Bugis? "Ujung atapnya itu bersilang," kata Rosman.Memang jika dilihat seksama, atap rumah panggung Minahasa hanya berbentuk seperti 'V' terbalik. Sementara rumah panggung Bugis ujung 'V' terbalik itu diteruskan sehingga membentuk 'X'."Jika (rumah panggung) suku Mandar, bagian ujung itu mengatup. Ujung atap rumah panggung Mandar memiliki bentuk seperti <>.
(aba/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini