Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi PAN Eddy Soeparno melanjutkan rangkaian agenda MPR Goes to Campus. Kali ini Eddy menjadi pembicara di kampus ke 34 dalam MPR Goes to Campus yakni Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus).
Dalam materinya, Eddy menegaskan situasi saat ini tidak lagi tepat disebut sebagai perubahan iklim. Namun lebih tepat bahwa yang saat ini dihadapi adalah ancaman krisis iklim.
"Krisis iklim berada satu tingkat di atas perubahan iklim, dan satu langkah sebelum kondisi bencana iklim. Saat ini dampak ekstrem seperti kekeringan panjang, banjir bandang, polusi udara, dan kenaikan suhu rata-rata telah nyata dirasakan sehingga lebih tepat jika kita berada dalam situasi krisis iklim," kata Eddy dalam keterangannya, Sabtu (27/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menghadapi situasi ini, dia menyampaikan serius untuk memperjuangkan Undang-Undang pro lingkungan untuk mencegah meluasnya dampak krisis iklim.
"Perlu saya laporkan kepada bapak Ibu Civitas Academica di Unimus bahwa Fraksi PAN DPR RI merupakan inisiator dari RUU Pengelolaan Perubahan Iklim (RUU PPI) yang saat ini terus kami perjuangkan menjadi UU. Alhamdulillah pada Rapat Paripurna 23 September 2025 lalu RUU PPI sudah disepakati menjadi Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas untuk 2026 mendatang," ujar Eddy.
Selain RUU PPI, Eddy menyampaikan bahwa saat ini terus memperjuangkan pengesahan RUU Energi Baru dan Terbarukan (RUU EBET) di Komisi XII DPR RI. Pengesahan RUU EBET akan menjadi produk hukum yang penting untuk mempercepat transisi menuju energi terbarukan.
"Sejak menjadi Pimpinan Komisi VII DPR RI di periode lalu, kami terus perjuangkan RUU EBET ini menjadi UU sebagai lompatan awal transisi menuju energi terbarukan. Saat ini pelaku usaha dalam dan luar negeri menunggu dasar hukum untuk melakukan investasi energi terbarukan di Indonesia," tuturnya.
"Dengan potensi energi terbarukan di Indonesia yang mencapai 3600 gigawatt (GW) maka dukungan regulasi, investasi, dan teknologi harus dipercepat," sambungnya.
Anggota DPR RI Komisi XII yang membidangi energi dan lingkungan hidup ini menekankan pentingnya peran kampus dan generasi muda dalam mendorong riset energi bersih serta gaya hidup ramah lingkungan.
"Unimus dan kampus lain bisa menjadi laboratorium energi bersih. Generasi muda harus mengambil peran strategis karena dampak krisis iklim paling berat akan dirasakan oleh kalian," tutupnya.
(anl/ega)